Yang Terlupakan

Reza Fahlevi
2 min readJun 23, 2021

--

Foto oleh: Breaking Reza

Berlalu dari setiap detik, berjalan mundur perlahan setapak. Coba mengunci kenangan di luar ingatan. Sama sekali tak mengingat setiap adegan…

Yang terjadi di masa lalu, terukir kata per kata dalam wujud lisan. Terucapkan, keluar dari setiap lekukan bibir. Mereka berargumen untuk dilihat, mereka berbicara untuk dimengerti. Mereka memohon…

Lalu kau mencoba memahami setiap alunan rasa di balik emosi-emosi yang tertuang di dalam sebuah wadah. Kau mencoba membuka lembaran lama untuk menjelajahi waktu yang telah terlewati. Tapi, buram yang hanya didapat.

Ada jutaan kepedihan menyait hati. Mereka seakan bertarung tanpa henti. Di sisa-sisa serpihan semangat yang dimiliki, api jiwa mereka sudah terlanjur padam.

Banyak hal-hal tersirat tersangkut di dasar sanubari. Mereka mencoba berterus terang tentang jeritan hati. Tapi… tak ada yang peduli.

Dapatkah kau lihat setiap kejadian yang tertulis dalam secarik kertas utuh? Mereka menulis tentang penderitaan batin.

Dapatkah kau dengar rasa takut yang tertanam di lubuk kalbu? Mereka seakan trauma untuk kembali mencoba.

Dapatkah kau rasakan tekanan hidup yang bergejolak? Mereka terus mencoba bertahan bersama laju ketidakpastian.

Dapatkah kau ilustrasikan rasa sakit mereka? Itulah yang telah menyerang mereka dari dalam.

Seakan nadi mencoba mengeluh, mengeluh karena tak kuasa menahan beban yang semakin menjadi kenyataan. Kebenaran yang tersembunyi di balik tinta hitam, mereka hanya dilupakan karna tak seorang pun mau mengerti.

Seakan jantung remuk, meledak sebab tak kuasa memompa darah yang terbalut bara kepedihan. Mereka diabaikan bersama mimpi buruk imajinasi.

Lalu bagaimana caranya untuk dapat merasakan perdamaian di dalam hati?

Dan bagaimana caranya agar mereka tidak menganggap diri sebagai orang yang lemah?

Jarak yang ditempuh untuk mencari jalan keluar, drama yang dilalui untuk bertahan hidup, air mata yang menitik untuk mencoba tegar, rasa takut yang menghantui untuk mengukur keberanian. Mereka… benar-benar menghadapinya. Mereka telah terjatuh. Mereka butuh bantuan. Dan mereka terlupakan begitu saja.

Seandainya kau berada di garis yang sama seperti mereka, coba katakan, apa kau sanggup menahan batinmu yang menjerit meronta memohon pertolongan…? Bahkan di saat tak ada seorang pun yang akan datang memberimu tangan…?

Jangan sampai catatan terakhir mengukir darah yang berlandaskan depresi dan keputusasaan.

Jangan sampai nyawa berpisah dari raga oleh sebab tekanan hidup yang terasa begitu berat.

Jangan sampai…

Jangan sampai kau membunuh dirimu sendiri,

seperti yang mereka lakukan.

Ya, seperti mereka yang terlupakan itu.

Syiah Kuala, 23 Juni 2021

— Breaking Reza

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet