Yang Telah Lenyap

Puisi oleh Reza Fahlevi

Reza Fahlevi
3 min readFeb 6, 2025
Photo by Kristina Tripkovic on Unsplash

Kesakitanku ini

Telah mengubah sikap

Mengubah kepribadian

Juga jati diri

.

Kesakitan ini

Melenyapkan impian

Hasrat dalam menggapai cita-cita

Hancur tak berbekas

.

Aku berjalan

Melihat

Merasakan

Tak ada satu pun jiwa

Yang singgah memberi secuil hiburan

Secuil hiburan untuk membuatku sedikit tersenyum

.

Telah lama hilang

Semua kata-kataku

Telah lama musnah

Semua ungkapan-ungkapan suci

Kini terduduk seorang diri

Tanpa tau harus menyapa siapa

.

Aku merasakan beban di ulu hati

Aku merasa tekanan yang cukup deras

Semua menyerangku dari dalam

Tak terbendung

Tak berbelas kasih

.

Aku tersiksa

Dari segala macam bentuk pengabaian

Aku terasingkan

Karna kebaikanku tak pernah terlihat oleh mereka

Aku terabaikan begitu saja

Dan dilupakan dengan cukup mudah

.

Bagaimana kukatakan bahwa aku butuh pengakuan?

Bagaimana kujelaskan bahwa aku ingin dianggap ada?

Ini bukan tentang harta

Bukan tentang jabatan

Bukan pula tentang wanita

Ini hanya tentang manusia

Sebab aku juga sama seperti kalian

.

Selalu kudengar petuah mutiara

Yang mengatakan agar aku bersabar

Tapi petuah itu tidak memberi tahuku

Betapa perihnya bertindak sabar

.

Selalu kudengar kata-kata motivasi

Yang mendorongku untuk tidak menyerah

Tapi kata-kata motivasi itu tidak memberi tauku

Kalau sikap tidak menyerah itu ternyata terlalu menyesakkan dada — menghimpitku di tengah perjalanan

.

Lantas

Tertegunlah aku

Membatu di atas pijakan tandus

Membisu di tengah keramaian

Bagaimana kujelaskan…?

Bagaimana kuberi tau?

Saat mereka juga memiliki problematik yang tak jauh berbeda dari yang kurasakan

.

Haruskah aku berjuang dengan batin yang tercabik-cabik ini?

Atau …

Haruskah aku menyerah hingga dianggap sebagai manusia terlemah yang pernah ada?

Dua pilihan itu

Membawaku terhenti di sebuah persimpangan

Aku terjebak …

buta pandangan hati …

juga tidak berperasaan lagi …

.

Kuketahui sejak dulu

Bahwa setiap insan pasti akan bersua dengan segala macam permasalahan

Dan dunia ada … mengujiku dari berbagai sisi

Aku tau bagaimana rasa dari diabaikan ini

Membuatku benci kepada mereka dan juga diriku sendiri

.

Kehidupan yang ku jalani ini terasa tak bermakna

Aku berburuk sangka setelah kalian berburuk sangka padaku

Aku benci setelah kalian membenci diriku

Aku masa bodoh karena kalian juga melakukan hal yang serupa

Atas semua perlakuan itu

Aku merasa tak ada ketenangan di dasar hati ini

Tak ada serpihan damai yang kurasakan dalam jiwa ini

.

Hingga kemudian ku putuskan satu perkara

Kulupakan semua tragedi

Meski sebagian masih membekas di seluk beluk urat nadi

Pada akhirnya aku pun berlalu pergi

Tanpa harus menyiska diri sendiri

.

Hingga kemudian aku memutuskan

Kuanggap semua pengabaian bagaikan desir angin yang lewat dan berlalu tanpa singgah

Kucoba yakinkan semuanya

Meyakinkan bahwa tak semua permasalahan mesti kuungkapkan

.

Aku tau diriku belum pulih

Tapi, terus-menerus berharap batinku pulih

Waktu itu sebenarnya takkan pernah tiba

Maka, aku hanya bisa pasrah tanpa perlu berputus asa

.

Kulalui jalan berliku menuju jalan yang penuh liku lainnya

Tak kuketahui apa yang ‘kan ku temui di depan sana

Aku hanya diam sembari menahan diri untuk mencaci

Karna itulah yang terus membuatku bijak

.

Karna mungkin

Yang tak terucap memang tak seharusnya diucapkan

Sebab kalian takkan pernah peduli

Dan takkan ada yang mau peduli

Lantas, kubisikkan satu puisi untuk menghibur diri

Sebab ku tau … hanya akulah yang dapat memberi rasa kepedulian kepada diri sendiri

.

Kini kuketahui

Setelah kumengerti rasanya diabaikan

Setelah kurasakan betapa sakitnya tak dianggap

Aku pun berhenti …

berhenti mengeluh

Dan mulai menganggap diriku sendiri ada

Mulai kutaruh diri ini ke dalam satu tempat terbaik

Karna … jika bukan aku, lalu siapa lagi?

.

Pengabaian memang membuatku seolah-olah mati

Dan orang mati tidak lagi bercerita

Tapi aku tak ingin mati sia-sia

Ketika kalian menolak mendengar cerita ini

Akan kuceritakan pada diriku sendiri

Dalam bentuk puisi suci

Dan mempersembahkannya dengan cukup mewah

Karna aku pantas menerimanya dari diriku sendiri

.

Kalian takkan mengerti

karna kalian tidak peduli

Namun …

Bukan berarti aku harus berhenti peduli

Kalian mengabaikanku

Bukan berarti aku harus mengabaikan diriku sendiri

Begitulah kebijaksanaan dalam jiwaku

.

Sampai nanti nyawa terpisah dari raga

Sampai nanti Tuhan menampakkan seluruh kebaikan serta pengorbananku

Setidaknya… aku aku bisa berbahagia karna tidak mengusik kehidupan kalian

.

Karna aku manusia

Akan mati di waktu yang sudah ditentukan

Aku hanya mencoba untuk tidak melawan ketentuan itu

Sebab …

Diriku sudah cukup menderita

Dan aku tak perlu lagi membuatnya semakin menderita saat berada di alam baka nanti

.

Aku mulai menerima semua ini dengan penuh ketulusan meski tertinggal ribuan serpihan rasa sakit di dasar batin ini.

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet