Yang Telah Lenyap
Puisi oleh Reza Fahlevi
Kesakitanku ini
Telah mengubah sikap
Mengubah kepribadian
Juga jati diri
.
Kesakitan ini
Melenyapkan impian
Hasrat dalam menggapai cita-cita
Hancur tak berbekas
.
Aku berjalan
Melihat
Merasakan
Tak ada satu pun jiwa
Yang singgah memberi secuil hiburan
Secuil hiburan untuk membuatku sedikit tersenyum
.
Telah lama hilang
Semua kata-kataku
Telah lama musnah
Semua ungkapan-ungkapan suci
Kini terduduk seorang diri
Tanpa tau harus menyapa siapa
.
Aku merasakan beban di ulu hati
Aku merasa tekanan yang cukup deras
Semua menyerangku dari dalam
Tak terbendung
Tak berbelas kasih
.
Aku tersiksa
Dari segala macam bentuk pengabaian
Aku terasingkan
Karna kebaikanku tak pernah terlihat oleh mereka
Aku terabaikan begitu saja
Dan dilupakan dengan cukup mudah
.
Bagaimana kukatakan bahwa aku butuh pengakuan?
Bagaimana kujelaskan bahwa aku ingin dianggap ada?
Ini bukan tentang harta
Bukan tentang jabatan
Bukan pula tentang wanita
Ini hanya tentang manusia
Sebab aku juga sama seperti kalian
.
Selalu kudengar petuah mutiara
Yang mengatakan agar aku bersabar
Tapi petuah itu tidak memberi tahuku
Betapa perihnya bertindak sabar
.
Selalu kudengar kata-kata motivasi
Yang mendorongku untuk tidak menyerah
Tapi kata-kata motivasi itu tidak memberi tauku
Kalau sikap tidak menyerah itu ternyata terlalu menyesakkan dada — menghimpitku di tengah perjalanan
.
Lantas
Tertegunlah aku
Membatu di atas pijakan tandus
Membisu di tengah keramaian
Bagaimana kujelaskan…?
Bagaimana kuberi tau?
Saat mereka juga memiliki problematik yang tak jauh berbeda dari yang kurasakan
.
Haruskah aku berjuang dengan batin yang tercabik-cabik ini?
Atau …
Haruskah aku menyerah hingga dianggap sebagai manusia terlemah yang pernah ada?
Dua pilihan itu
Membawaku terhenti di sebuah persimpangan
Aku terjebak …
buta pandangan hati …
juga tidak berperasaan lagi …
.
Kuketahui sejak dulu
Bahwa setiap insan pasti akan bersua dengan segala macam permasalahan
Dan dunia ada … mengujiku dari berbagai sisi
Aku tau bagaimana rasa dari diabaikan ini
Membuatku benci kepada mereka dan juga diriku sendiri
.
Kehidupan yang ku jalani ini terasa tak bermakna
Aku berburuk sangka setelah kalian berburuk sangka padaku
Aku benci setelah kalian membenci diriku
Aku masa bodoh karena kalian juga melakukan hal yang serupa
Atas semua perlakuan itu
Aku merasa tak ada ketenangan di dasar hati ini
Tak ada serpihan damai yang kurasakan dalam jiwa ini
.
Hingga kemudian ku putuskan satu perkara
Kulupakan semua tragedi
Meski sebagian masih membekas di seluk beluk urat nadi
Pada akhirnya aku pun berlalu pergi
Tanpa harus menyiska diri sendiri
.
Hingga kemudian aku memutuskan
Kuanggap semua pengabaian bagaikan desir angin yang lewat dan berlalu tanpa singgah
Kucoba yakinkan semuanya
Meyakinkan bahwa tak semua permasalahan mesti kuungkapkan
.
Aku tau diriku belum pulih
Tapi, terus-menerus berharap batinku pulih
Waktu itu sebenarnya takkan pernah tiba
Maka, aku hanya bisa pasrah tanpa perlu berputus asa
.
Kulalui jalan berliku menuju jalan yang penuh liku lainnya
Tak kuketahui apa yang ‘kan ku temui di depan sana
Aku hanya diam sembari menahan diri untuk mencaci
Karna itulah yang terus membuatku bijak
.
Karna mungkin
Yang tak terucap memang tak seharusnya diucapkan
Sebab kalian takkan pernah peduli
Dan takkan ada yang mau peduli
Lantas, kubisikkan satu puisi untuk menghibur diri
Sebab ku tau … hanya akulah yang dapat memberi rasa kepedulian kepada diri sendiri
.
Kini kuketahui
Setelah kumengerti rasanya diabaikan
Setelah kurasakan betapa sakitnya tak dianggap
Aku pun berhenti …
berhenti mengeluh
Dan mulai menganggap diriku sendiri ada
Mulai kutaruh diri ini ke dalam satu tempat terbaik
Karna … jika bukan aku, lalu siapa lagi?
.
Pengabaian memang membuatku seolah-olah mati
Dan orang mati tidak lagi bercerita
Tapi aku tak ingin mati sia-sia
Ketika kalian menolak mendengar cerita ini
Akan kuceritakan pada diriku sendiri
Dalam bentuk puisi suci
Dan mempersembahkannya dengan cukup mewah
Karna aku pantas menerimanya dari diriku sendiri
.
Kalian takkan mengerti
karna kalian tidak peduli
Namun …
Bukan berarti aku harus berhenti peduli
Kalian mengabaikanku
Bukan berarti aku harus mengabaikan diriku sendiri
Begitulah kebijaksanaan dalam jiwaku
.
Sampai nanti nyawa terpisah dari raga
Sampai nanti Tuhan menampakkan seluruh kebaikan serta pengorbananku
Setidaknya… aku aku bisa berbahagia karna tidak mengusik kehidupan kalian
.
Karna aku manusia
Akan mati di waktu yang sudah ditentukan
Aku hanya mencoba untuk tidak melawan ketentuan itu
Sebab …
Diriku sudah cukup menderita
Dan aku tak perlu lagi membuatnya semakin menderita saat berada di alam baka nanti
.
Aku mulai menerima semua ini dengan penuh ketulusan meski tertinggal ribuan serpihan rasa sakit di dasar batin ini.