Wisuda
Momen Sakral — Momen Penuh Kebanggaan
Oleh: Reza Fahlevi
Salah satu momen penting yang tak boleh dilewatkan oleh setiap mahasiswa tentu saja wisuda. Siapa yang tak ingin wisuda? Namanya disebut, apalagi bagi mahasiswa yang lulus cumlaude, pasti akan disebut dengan cara yang spesial. Belum lagi, wisuda ini merupakan momen yang membanggakan bagi kita sendiri atau para orang tua serta kerabat-kerabat yang dekat dengan kita.
Tak ayal momen wisuda dirayakan dengan berbagai cara; ada yang berfoto bersama keluarga dan teman seangkatan; berfoto di tempat-tempat yang punya ciri khas tertentu ataupun mengundang kerabat-kerabat makan bersama. Macam-macam cara yang dilakukan oleh mahasiswa untuk merayakan momen wisuda. Tentu mereka pantas merayakannya setelah melalui berbagai macam perjuangan. Jatuh bangun dalam melewati setiap semester, serta hambatan yang mereka hadapi ketika menyusun skripsi, pada akhirnya wisuda adalah hadiah terbaik untuk mengobati atau menghibur kisah-kisah setiap mahasiswa.
Namun, ada hal yang membuat saya tak habis pikir, bahkan terkesan sedikit benci terhadap cara para mahasiswa merayakan momen wisuda. Khususnya mahasiswa yang ada di sekitaran Banda Aceh, ada satu momen di saat mahasiswa selesai melaksanakan upacara wisuda, lalu mereka berkeliling ria ke sekitaran kota sambil meneriaki yel-yel. Bahkan, baru-baru ini ada segelintir mahasiswa yang mengelilingi ruas jalan sempit hingga membuat jalan menjadi macet. Secara pribadi, saya risih terhadap perayaan model seperti itu.
Saya paham, siapa yang tidak bahagia saat di hari wisuda. Saya paham para mahasiswa merayakan momen itu dengan cara yang mereka sukai. Tapi, mengapa sampai harus mengganggu kenyamanan orang lain saat mereka malah dengan suka cita sedang berbahagia? Mengelilingi area kota menggunakan truk besar, lalu di belakang ada beberapa orang yang mengendarai sepeda motor, hal ini bagi saya pribadi tak patut untuk dilakukan karena dapat mengganggu kenyamanan para pengendara lain. Coba bayangkan, kita yang sedang terburu-buru malah harus tertahan oleh sebab mahasiswa sedang bersuka cita merayakan momen wisudanya. Bayangkan, kita yang ingin menjemput anak di sekolah tepat waktu, malah telat karena hadirnya segelintir mahasiswa itu.
Hal ini belum lagi para mahasiswa berkeliling ke jalanan sempit, menggunakan truk, dan di belakang diikuti oleh sejumlah sepeda motor dari kalangan mahasiswa juga. Aksi mereka sampai memakan seluruh ruas jalanan, menyebabkan para pengendara dari arah berlawanan tak bisa melaju dan harus menepi.
Lalu ada yang berkata, “ah… apa salahnya berhenti sebentar…? kan cuma satu dua menit.”
Ya, memang. Tapi ini bukan perkara satu atau dua menit. Ini semua tentang sikap; tak sewajarnya mahasiswa berilmu dan beradab mengganggu ketertiban lalu lintas. Jika dilakukan, lantas untuk apa berkuliah? Untuk apa kita disebut sebagai mahasiswa? Dan untuk apa kita diwisudakan?
Maaf saja, bagi adik-adik mahasiswa yang pernah merayakan momen wisuda seperti itu, cara kalian itu terkesan rendahan dan sama sekali tidak mencerminkan orang-orang berilmu, apalagi beradab. Dengan merayakan kelulusan seperti itu, sebenarnya kalian sedang menampakkan wujud atau sisi yang paling rendah kepada masyarakat.
Merayakan wisuda bukan berarti boleh membuat orang lain risih. Ketahuilah bahwa kita berkuliah, selain untuk mendapatkan ilmu, juga agar memiliki adab.
Hal ini patut untuk diperhatikan bersama-sama. Jangan sampai setelah lulus kuliah, setelah merayakan momen wisuda, para mahasiswa menjadi sosok-sosok yang tidak memiliki adab; hilang jati diri mereka, hilang karakternya, hilang pula pengetahuan mereka dalam membedakan mana perbuatan yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan mana yang malah sampai merugikan orang lain.
Jalan dipakai oleh bersama. Lalu lintas dijaga bersama-sama. Jangan sampai hanya demi merayakan momen kebahagiaan “wisuda” itu, malah mengganggu kenyamanan orang lain dalam berkendara. Walaupun hanya dalam satu hari, tapi ini bukan hanya tentang hari. Lebih daripada itu, cara merayakan hari wisuda dengan berkeliling kota menggunakan truk besar sampai membuat kemacetan… ketahuilah bahwa cara seperti itu telah mencoreng etika mahasiswa sebagai sosok intelektual.
Carilah cara lain untuk merayakan wisuda. Berkumpul dengan keluarga, mengajak teman-teman ngopi, mengundang kerabat-kerabat makan bersama, atau pergi liburan sama-sama. Hal-hal itu malah lebih menyenangkan dilakukan sebagai momen peraayaan hari wisuda. Gunakan hari perayaan itu sebaik mungkin. Jangan sampai di hari wisuda, kita merayakannya dengan mengganggu kenyamanan orang lain.
Jadi wahai mahasiswa/mahasiswi, yang perlu diingat adalah jangan terlalu ria, jangan terlalu terbawa suasana saat merayakan hari wisuda. Sebaliknya, yang perlu diingat baik adalah perjuangan kalian selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sadarlah bahwa kalian sudah jatuh bangun agar lulus, sadarlah bahwa ada rasa lelah dalam diri kalian dalam menyelesaikan skripsi. Jika kamu sadar terhadap hambatan yang sudah kamu lalui, semestinya kamu tidak merayakan hari kelulusan dengan berlebihan, bahkan sampai mengganggu ketertiban lalu lintas.
Pada akhirnya, saya mendoakan yang terbaik bagi mahasiswa/mahasiswi yang sudah lulus. Semoga dapat menjadi sosok yang berpengaruh di kalangan masyarakat, sosok yang punya karakter dan juga dihargai oleh siapapun. Semoga, mahasiswa/mahasiswi di kampus manapun, khususnya yang ada di sekitar Banda Aceh, saya harap kamu semua punya sikap teladan, punya sikap yang bijak serta mampu mencoptakan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Karena… tujuan berkuliah bukan tentang siapa yang cepat selesainya, ataupun tentang semeriah apa kita merayakan hari wisuda. Tujuan berkuliah adalah memperdalam ilmu, menerapkannya hingga ada serpihan manfaat yang dapat dirasakan oleh diri kita sendiri serta orang-orang sekitar lainnya.