Waktu Berkisah
Puisi
Sebagaimana hari dimulai, sebagaimana petang menjadi gelap, sebagaimana esok cahaya kembali. Aku mengerti apa yang telah terjadi saat hitam berubah menjadi secercah cahaya
Namun apabila suatu hari aku kembali menyapamu, akankah kau menjawabnya? Dan bila sewaktu-waktu aku melihatmu, akankah kau menatapku juga?
Dalam ruang rindu yang sunyi, aku telah menunggu bertahun-tahun. Entah bagaimana perjalanan yang dulu ku lalui. Aku pun bingung. Tapi di kala mentari kembali bersinar di ufuk timur, aku yakin masih sanggup ‘tuk melaluinya.
Suatu hari di kala itu, ada waktu yang tiba. Datang dan menyapa kita yang terduduk di sana. Waktu bercerita akan pancaran bola matamu. Dan memahami apa yang ku katakan dari dalam hatiku
Untuk kemudian semua berlalu, seperti yang ku takutkan saat itu. Aku harus mengenang bayanganmu untuk ku abaikan apa yang dapat menarikku jauh ke dalam.
Jika seandainya waktu kembali dan ku gambarkan sebuah cahaya matamu tepat di hadapanmu,
apa kau suka?
Dan bila saat ini ku nyatakan padamu bahwa aku mengagumimu,
apa kau suka?
Dan seandainya…
Ku goresi rasa rindu di telapak tanganmu, agar kau tau betapa tiada kata yang terucap dari bibir saat malam tiba, kecuali hanya namamu saja…
apa kau suka?
Seandainya ku ukir semua air mataku di wajahmu, untuk kau rasakan tangisanku di setiap petang tiba. Lalu…
apa kau menyukainya?
Apabila,
aku tak peduli untuk tetap mencintaimu hingga menggoresi luka. Walau kau berkata rasa di hati kita tak sama, namun aku tak peduli…
apa kau suka?
Dan…
Dan tak ku hiraukan diriku yang terus berlari mencari cintamu, agar kau mengukir diriku di dalam buku harianmu.
Maka aku kan bertanya, apa kau suka itu?
Sepanjang jalan ku telusuri. Apa yang telah hilang dalam genggamanku, dan apa yang telah pudar dari hatiku, perlahan dan pasti aku telah melihat hari-hariku menjadi gelap.
Dan ku rasakan saat itu
Sendiri
Begitu hitam, begitu dingin, begitu sunyi cintamu padaku
Sudah seharusnya aku putus asa. Sudah seharusnya aku menjerit. Dan sudah seharusnya aku menyerah ketika melihatmu berlalu
Tapi aku masih di sini dengan secangkir kopi masa lalu.
Seandainya waktu dapat bercerita lagi, maka kebenaran cintaku memang hadir dari dalam lubuk hatiku. Yang membuatku sulit untuk menjelaskannya padamu. Karna sungguh sangat dalam.
Biarkan aku mengenalmu sebagai wanita syahdu. Yang pernah menyinari harapanku, juga pernah mewarnai hari-hariku. Karna mungkin Tuhan kembali membawa kita berada di bawah sinar jingga
Sebagaimana aku menyimpan namamu di dalam doaku, sebagaimana kau mengukir kisahmu di dalam buku harianmu.
Biarkan ku rasakan getaran hatimu agar ku tau bahwa kau juga harus dimengerti dari setiap pilihan yang telah. kau tentukan… di kala itu
Karna tak seharusnya aku memaksamu
— —
Dan dia berkata,
"I Plant my own garden, instead of waiting for someone to bring me flowers"
Banda Aceh,
20 April 2020