Ungkapan di Ujung Pena
“Cinta di antara dua rasa yang berbeda”
Puisi oleh: Reza Fahlevi
Tersentuh mata batinmu
Tersentak langkahmu
Terhenti detik yang berjalan
Semua terpana heran
Saat sebuah ungkapan datang dan menerobos masuk ke dalam singgasana milikmu
Bermula dari kata
Berakhir pula demikian
Terlintas dalam pikiran dengan tanda tanya
Siapakah pria itu?
Beraninya ia menjejakkan langkah
Berlandaskan cinta
Menuju padamu...
Dan terasa mendadak
Begitu terburu-buru
Kau mungkin belumlah siap untuk membalasnya
Atau mungkin kau sama sekali tak ingin melakukannya
Sebab tak cinta
Di antara dua rasa…………….
Terlahirlah kemudian rasa sakit
Dari satu pihak
Tersangkut sebuah beban berat
Karna kenyataan tak seperti yang diharapkannya
Tapi bukankah kau punya tujuan?
Bukankah engkau punya pilihan?
Bukankah dirimu juga makhluk perasa?
Itu sebabnya ada hak dari setiap insan
Kau dan dia adalah satu permasalahan
Yang mungkin akan saling mengajarkan
Untuk berperan menjadi dewasa
Dalam bersikap
Atau saat bertindak
Ketika embun pagi tak hadir
Menghapus mimpi buruk di satu malam
Maka bergeraklah
Untuk kau cari caranya
Ketika senja tidak memberi perpisahan syahdu
Pejamkanlah mata
Rasakan di hati keteduhan itu
Semua akan baik-baik saja
Yang berbohong demi kebaikan
Berlisan dirimu demi menjaga rasa pria itu
Ribuan kata terucap dari bibir
Kau tak terlalu kuat untuk berada dalam ruang cinta
Bersamanya
Ketika, ada dua rasa yang berlawanan
Lalu, terbentuklah
Waktu ini beranjak menjadi masa lalu
Ada yang harus dikubur jauh dalam liang
Beberapa harus kau tangguhkan
Untuk mencari kebenaran yang tersembunyi
Mungkin ada satu,
Untuk kau ambil sebagai pelajaran
Karna semua telah terjadi
Dan segalanya sudah ditakdirkan
Meskipun menyisakan luka batin
Walaupun meninggalkan kesan hampa
Keraguan yang terbit perlahan
Resah yang semakin membara
Jangan menunggu waktu untuk menghukum kedua kalinya
Pena itu telah menulis sebuah ungkapan
Dalam secarik kertas yang kini berdebu
Tapi adalah engkau yang telah memutuskan
Dan dia yang seharusnya paham dan menerima
Kau tak perlu benci
Dia tak mengerti alur rasa yang tersembunyi di balik kalbu
Sejak hari di mana semua berawal
Akan ada sebuah tempat untuk mengakhirinya
Mengerti dan biarkanlah
Ada pria yang mencintaimu dalam diam
Terus berdoa melantunkan nama syahdumu
Sebagaimana yang kau lakukan
Di sepertiga malam
Akan selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan
Biarkan Tuhan yang menentukan waktunya
Tapi, jangan berhenti di belakang koma
Sebagaimana ungkapan pria itu telah berada di ujung penanya
Di kala itu
Akhirilah dengan titik
Yang teduh di dalamnya
Yang anggun saat dibaca
Yang sarat makna ketika dipahami
Cinta akan terbalas
bersama orang yang telah tertulis di dalam sebuah buku suci
Itulah,
Di situlah,
Semua bab rasa akan kembali diawali
Untuk kemudian menjadi ukiran abadi
Dalam bait-bait doa,
Bersama,
Selamanya.
— breaking reza
Judul puisi berdasarkan quote dari Fajar Fitrian