Teman Yang Hebat

Puisi oleh Reza Fahlevi

Reza Fahlevi
4 min readNov 5, 2024
Photo by Greg Rosenke on Unsplash

Hey, kawan …

Lihatlah aku di sini

Duduk seorang diri

Termenung

Bertanya-tanya

Tentang nasib kehidupan ini

.

Kukilas balik ke belakang

Jauh ke masa lalu

Di mana diriku masih berdiri sebagai seorang lelaki kecil

Kurasakan dulu diriku pernah tertawa lepas

Kini sudah memudar

.

Dulu …

Aku masih mampu bermain ria

Bercerita tentang mimpi

Kini

Mimpi itu seakan sirna

.

Hambatan yang kuhadapi

Telah mengubah persepsi hati

Yang kukira kehidupan ini hanya tentang cerita bahagia

Ternyata banyak kesedihan di dalamnya

Memberi kisah-kisah pilu yang terasa cukup berat jika diingat kembali

.

Banyak yang terjadi

Semua membuatku menjelma menjadi pria kesepian

Hampa rasanya

Tanpa ada yang menghibur

Kecuali hanya tawa-tawa yang penuh dengan kesakitan

.

Banyak yang kualami

Membuatku sadar bahwa kehidupan ini adalah tempat ujian

Bagiku dan semua orang

Tanpa terkecuali

.

Aku ingin menceritakan

Semua keluh kesah ini

Tapi … kepada siapa?

Siapa yang akan menengarkannya?

Semua hanya sibuk pada kehidupan masing-masing

.

Aku ingin melampiaskan kekesalan

Lantas, siapa yang berhak menerimanya?

Semua orang …

Mereka semua …

Punya kekesalan juga

.

Barangkali

Duduk sendirian sambil merenungi nasib adalah cara terbaik

Aku mencaci maki sekaligus memaafkan diriku sendiri

Atas ketidak berdayaan menghadapi kenyataan

.

Maaf …

Aku memang berada di ambang rasa putus asa

Semua membawaku melihat apa pun dari sisi negatif

Menutup aura kebaikan yang dulu pernah menjadi sosok bijak mengajariku

Mengajariku arti untuk tidak menyerah

.

Tapi …

Aku benar-benar putus asa

Hanya saja

Selama ini masih kututupi

Hingga mereka sama sekali tidak menyadariya

kecuali hanya melihatku sebagai seorang pria hebat

.

Tidak …

Aku tidak hebat

Aku tidak sehebat yang kau bayangakan

Ada banyak keluh kesah yang tersangkut di dasar batin

Begitu banyak amarah yang kupendam

Karna sebenarnya aku memang ingin meluapkannya

Namun

Semua itu hanya menyia-nyiakan waktuku saja

.

Tidak … bukan …

Jangan anggap aku sebagai orang yang punya sejuta kebaikan

Sebab aku selama ini hanya diam

Diam dalam ketidakberdayaan

Tak mampu menghadapi segala hambatan

.

Aku ini hanya sosok yang telah hancur berkeping-keping

Tak ada lagi yang tersisia

Kecuali secuil harapan kecil

Kulangsungkan hidup

Karna jika pun aku memilih mati

Semua hanya akan membawaku kepada neraka jahannam

.

Jangan menganggap diriku sebagai sosok yang penuh dengan panutan

Aku jauh dari anggapan lelaki yang berpanutan

.

Jangan berpikir aku pria sejati

Bahkan aku tak bisa memegang janji

.

Jangan mengira aku ini orang yang bijak

Sebab, yang kau lihat hanyalah apa yang kulakukan di hadapan orang-orang

Kau tidak melihat saat-saat aku sendirian

Yang termenung panjang sambil menulis sebait puisi

Seperti saat menulis puisi ini

.

Asaku telah tenggelam

Cita-citaku buram

Kisah cintaku berakhir pilu

Kehidupanku hampa di tengah keramaian

Aku hanya laki-lali yang semangatnya sudah patah

Aku adalah pria yang tidak lagi mengenali jati diri

.

Lantas,

jika kau masih menganggapku sebagai teman

Maka maafkan diriku ini

Maafkan ketidak sanggupanku dalam menjalani segala lika-liku kehidupan

Aku sudah mengecewakanmu

.

Jika kau masih menganggapku sebagai teman

Maafkan aku karna tak bisa menepati janji

Kubilang aku sanggup menghadapinya

Tapi aku malah terseok-seok

Aku … sudah mengkhianatimu

.

Jika kau masih menganggapku sebagai teman terbaikmu

Maka maafkan diriku

Yang dulu pernah punya mimpi besar

Namun kini lenyap entah ke mana

Aku sudah menipumu

.

Dan jika kau datang menjumpaiku

Tamparlah aku

Cacilah aku

Marahi aku

Bentaklah semaumu

Aku telah siap menerima semuanya

.

Jika kau geram karna aku

Datang dan kutuklah aku

Beri kata-kata terburuk yang belum pernah kau lontarkan

Untukku sebagai teman terdekatmu

.

Aku tau

Kau kecewa

Kau pun mungkin juga murka

Dan tak ingin melihatku lagi

Karna itu

Datanglah dan hancurkan saja diriku yang tinggal serpihan ini

Aku … merasa sangat tidak berguna di dunia ini

.

Tapi, mungkin kau takkan melakukannya

Karna kau tau bahwa hanya kaulah seorang yang mampu menerimaku

Menerima diriku yang lemah ini

.

Kau mungkin akan mencaci maku diriku

Kau mungkin saja memarahiku

Tapi, aku tau kau takkan membunuhku dengan cara itu

Sebab, kau pun tau …

di dunia ini …

hanya kaulah teman yang ku miliki

.

Di saat aku ingin menyerah dan berhenti berharap

Kau selalu datang dan membentakku

Kau pun juga membentuk asaku kembali

Membuatku terus hidup di tengah rasa putus asa ini

.

Kau tau aku lemah

Kau tau aku tak berguna

Dan karna itulah alasannya

Kau terus berada di sisiku

.

Kau membuatku terus bernapas di tengah rasa sesak di dada

Kau terus membuatku bermimpi meskipun semua cita-cita sudah lenyap

Kau juga menyuruhku untuk terus berharap tentang cinta

Karna … kaulah satu-satunya yang mengerti alur kehiudpanku

.

Sebab yang kuingat darimu adalah

Saat kau berkata “aku takkan menyerah sebelum kau menyerah.”

Padahal, aku sudah berulang kali menyerah

Tapi di matamu, aku belum sampai ke tahap itu

.

Dan berulang kali pun aku menyatakan sudah tak sanggup lagi

Ingin berhenti dan menyerah di tengah keputus asaan

Kau tetap menganggap aku belum …

Belum menyerah

.

Lantas sampai kapan?

Sampai kapan kau mengira aku sudah menyerah

Kau malah menjawab, “di mataku, kau takkan pernah menyerah. Dan sebanyak apa pun kau menyerah, di mataku kau masih punya kekuatan.”

.

Entahlah …

Kupikir diriku sudah tak sanggup lagi memikul semua ini

Tapi kau terus saja bergumam, “kupikir, kau cukup hebat karna sudah memikul semua beban itu di pundakmu.”

.

Aku melihat diriku sebagai orang yang gagal

Namun lucunya …

Kau malah melihatku sebagai orang yang yang hebat

Membuatku membatin, “sebenarnya, persepsi siapa yang salah …? milikmu …? atau malah milikku sendiri …?”

Banda Aceh, 5 November 2024

--

--