Teman Yang Hebat
Puisi oleh Reza Fahlevi
Hey, kawan …
Lihatlah aku di sini
Duduk seorang diri
Termenung
Bertanya-tanya
Tentang nasib kehidupan ini
.
Kukilas balik ke belakang
Jauh ke masa lalu
Di mana diriku masih berdiri sebagai seorang lelaki kecil
Kurasakan dulu diriku pernah tertawa lepas
Kini sudah memudar
.
Dulu …
Aku masih mampu bermain ria
Bercerita tentang mimpi
Kini
Mimpi itu seakan sirna
.
Hambatan yang kuhadapi
Telah mengubah persepsi hati
Yang kukira kehidupan ini hanya tentang cerita bahagia
Ternyata banyak kesedihan di dalamnya
Memberi kisah-kisah pilu yang terasa cukup berat jika diingat kembali
.
Banyak yang terjadi
Semua membuatku menjelma menjadi pria kesepian
Hampa rasanya
Tanpa ada yang menghibur
Kecuali hanya tawa-tawa yang penuh dengan kesakitan
.
Banyak yang kualami
Membuatku sadar bahwa kehidupan ini adalah tempat ujian
Bagiku dan semua orang
Tanpa terkecuali
.
Aku ingin menceritakan
Semua keluh kesah ini
Tapi … kepada siapa?
Siapa yang akan menengarkannya?
Semua hanya sibuk pada kehidupan masing-masing
.
Aku ingin melampiaskan kekesalan
Lantas, siapa yang berhak menerimanya?
Semua orang …
Mereka semua …
Punya kekesalan juga
.
Barangkali
Duduk sendirian sambil merenungi nasib adalah cara terbaik
Aku mencaci maki sekaligus memaafkan diriku sendiri
Atas ketidak berdayaan menghadapi kenyataan
.
Maaf …
Aku memang berada di ambang rasa putus asa
Semua membawaku melihat apa pun dari sisi negatif
Menutup aura kebaikan yang dulu pernah menjadi sosok bijak mengajariku
Mengajariku arti untuk tidak menyerah
.
Tapi …
Aku benar-benar putus asa
Hanya saja
Selama ini masih kututupi
Hingga mereka sama sekali tidak menyadariya
kecuali hanya melihatku sebagai seorang pria hebat
.
Tidak …
Aku tidak hebat
Aku tidak sehebat yang kau bayangakan
Ada banyak keluh kesah yang tersangkut di dasar batin
Begitu banyak amarah yang kupendam
Karna sebenarnya aku memang ingin meluapkannya
Namun
Semua itu hanya menyia-nyiakan waktuku saja
.
Tidak … bukan …
Jangan anggap aku sebagai orang yang punya sejuta kebaikan
Sebab aku selama ini hanya diam
Diam dalam ketidakberdayaan
Tak mampu menghadapi segala hambatan
.
Aku ini hanya sosok yang telah hancur berkeping-keping
Tak ada lagi yang tersisia
Kecuali secuil harapan kecil
Kulangsungkan hidup
Karna jika pun aku memilih mati
Semua hanya akan membawaku kepada neraka jahannam
.
Jangan menganggap diriku sebagai sosok yang penuh dengan panutan
Aku jauh dari anggapan lelaki yang berpanutan
.
Jangan berpikir aku pria sejati
Bahkan aku tak bisa memegang janji
.
Jangan mengira aku ini orang yang bijak
Sebab, yang kau lihat hanyalah apa yang kulakukan di hadapan orang-orang
Kau tidak melihat saat-saat aku sendirian
Yang termenung panjang sambil menulis sebait puisi
Seperti saat menulis puisi ini
.
Asaku telah tenggelam
Cita-citaku buram
Kisah cintaku berakhir pilu
Kehidupanku hampa di tengah keramaian
Aku hanya laki-lali yang semangatnya sudah patah
Aku adalah pria yang tidak lagi mengenali jati diri
.
Lantas,
jika kau masih menganggapku sebagai teman
Maka maafkan diriku ini
Maafkan ketidak sanggupanku dalam menjalani segala lika-liku kehidupan
Aku sudah mengecewakanmu
.
Jika kau masih menganggapku sebagai teman
Maafkan aku karna tak bisa menepati janji
Kubilang aku sanggup menghadapinya
Tapi aku malah terseok-seok
Aku … sudah mengkhianatimu
.
Jika kau masih menganggapku sebagai teman terbaikmu
Maka maafkan diriku
Yang dulu pernah punya mimpi besar
Namun kini lenyap entah ke mana
Aku sudah menipumu
.
Dan jika kau datang menjumpaiku
Tamparlah aku
Cacilah aku
Marahi aku
Bentaklah semaumu
Aku telah siap menerima semuanya
.
Jika kau geram karna aku
Datang dan kutuklah aku
Beri kata-kata terburuk yang belum pernah kau lontarkan
Untukku sebagai teman terdekatmu
.
Aku tau
Kau kecewa
Kau pun mungkin juga murka
Dan tak ingin melihatku lagi
Karna itu
Datanglah dan hancurkan saja diriku yang tinggal serpihan ini
Aku … merasa sangat tidak berguna di dunia ini
.
Tapi, mungkin kau takkan melakukannya
Karna kau tau bahwa hanya kaulah seorang yang mampu menerimaku
Menerima diriku yang lemah ini
.
Kau mungkin akan mencaci maku diriku
Kau mungkin saja memarahiku
Tapi, aku tau kau takkan membunuhku dengan cara itu
Sebab, kau pun tau …
di dunia ini …
hanya kaulah teman yang ku miliki
.
Di saat aku ingin menyerah dan berhenti berharap
Kau selalu datang dan membentakku
Kau pun juga membentuk asaku kembali
Membuatku terus hidup di tengah rasa putus asa ini
.
Kau tau aku lemah
Kau tau aku tak berguna
Dan karna itulah alasannya
Kau terus berada di sisiku
.
Kau membuatku terus bernapas di tengah rasa sesak di dada
Kau terus membuatku bermimpi meskipun semua cita-cita sudah lenyap
Kau juga menyuruhku untuk terus berharap tentang cinta
Karna … kaulah satu-satunya yang mengerti alur kehiudpanku
.
Sebab yang kuingat darimu adalah
Saat kau berkata “aku takkan menyerah sebelum kau menyerah.”
Padahal, aku sudah berulang kali menyerah
Tapi di matamu, aku belum sampai ke tahap itu
.
Dan berulang kali pun aku menyatakan sudah tak sanggup lagi
Ingin berhenti dan menyerah di tengah keputus asaan
Kau tetap menganggap aku belum …
Belum menyerah
.
Lantas sampai kapan?
Sampai kapan kau mengira aku sudah menyerah
Kau malah menjawab, “di mataku, kau takkan pernah menyerah. Dan sebanyak apa pun kau menyerah, di mataku kau masih punya kekuatan.”
.
Entahlah …
Kupikir diriku sudah tak sanggup lagi memikul semua ini
Tapi kau terus saja bergumam, “kupikir, kau cukup hebat karna sudah memikul semua beban itu di pundakmu.”
.
Aku melihat diriku sebagai orang yang gagal
Namun lucunya …
Kau malah melihatku sebagai orang yang yang hebat
Membuatku membatin, “sebenarnya, persepsi siapa yang salah …? milikmu …? atau malah milikku sendiri …?”
Banda Aceh, 5 November 2024