Surat Untuk Pak Bukhari

Reza Fahlevi
4 min readFeb 12, 2021

--

Terima kasih untuk semuanya. Sekarang beristirahatlah dengan tenang, Pak…

Telah pergi engkau duhai guru, pergi jauh ke dalam dimensi lain. Beristirahat panjang setelah perjalanan panjang di dunia ini. Pergi untuk pulang sebab Tuhan telah memanggil.

Begitu cepat waktu berlalu sejak terakhir kali pertemuan kita. Banyak kenangan yang tercipta di antara murid dan gurunya. Aku selalu melihatmu sebagai sosok bijaksana.

Bagaimana tidak? Setelah ayahku, engkaulah lelaki yang memiliki prinsip besar, berkarakter, bijak, menghargai janji, punya segudang ilmu. Engkaulah orang kedua setelah ayahku.

Dirimulah yang paham agama, ketika ada segelintir orang mencoba menjebakmu ke dalam dosa, tapi engkau punya sebuah pendirian kokoh untuk terus berpegang teguh di bawah syariat Islam. Di situlah cahaya batin menyinari wajah serta langkahmu.

Engkau yang dipercaya oleh masyarakat untuk terus memimpin, sebab cinta yang engkau berikan kepada mereka, rasa peduli yang engkau tanamkan di balik setiap hati, kerja nyata yang engkau tunjukkan kepada semuanya.

Sebagai guru, dirimulah yang telah membuat mimpi para murid untuk terus hidup dan bersinar. Tak pernah meragukan setiap kemampuan pribadi. Tak pernah menyalahkan ketika ada kesalahan yang terjadi.

Berjumpa denganmu adalah berkah dan merupakan sebuah hal istimewa untuk dapat berbagi cerita bersama. Caramu berbicara, caramu menatap, caramu bersikap adalah bukti betapa bijaknya engkau.

Ilmu yang engkau berikan bukanlah apa-apa melainkan semua berisi kebaikan untuk siapa saja yang ingin menangkapnya. Langkahmu berjalan bukan apa-apa, hanya mengajak setiap orang untuk menuju kepada cahaya Ilahi.

Kini, aku telah berpisah denganmu untuk selamanya. Tak pernah ku ucapkan salam perpisahan, tak pernah ku utarakan terima kasih, belum juga sempat ku katakan betapa kagumnya diri ini terhadap engkau.

Begitu tiba-tiba, di tengah malam yang gelap, di situlah engkau pergi berlalu membawa sejuta kebaikan yang ada di dalam hatimu. Semua itu akan mewarnai alam baru milikmu, yang mungkin berisikan permadani indah, cahaya yang tiada ujung, teduh serta sejuk, seperti yang dijanjikan Tuhan.

Wahai guruku, terima kasih atas kepercayaanmu, ilmu yang telah engkau ajarkan, kepribadianmu, bantuanmu, dan semuanya hingga aku dapat merasakan bagaimana menggantikan posisimu; berdiri di depan murid-murid, mendengar ucapanku… seperti saat dirimu berbicara di depanku dan teman-temanku.

Sekarang yang tertinggal di sisiku hanyalah kerinduan, rindu ingin kembali berjumpa denganmu. Meneguk secangkir kopi sambil membahas sebuah bahasa ibu kita, Bahasa Aceh. Mendengar masa lalu hebatmu, memberi saran untuk menggapai semua mimpiku. Waktu kita hanya sebentar saat itu, aku hanya ingin mengulanginya lagi ke masa lau, walau sekarang ku tau itu memang tak akan mungkin lagi terjadi.

Wahai guruku, terima kasih telah membuka pikiranku untuk memulai sebuah perjalanan di kampus ini. Semua perjuangan yang ku lalui, semua lelah yang kini tertinggal dibelakangku, semua air kata yang pernah ku titikkan di tengah malam, hingga berhasil diriku ini menapakkan kaki di puncak tertinggi. Tapi ketahuilah, semua itu karna ada dirimu di belakangku yang terus percaya bahwa aku pasti dapat melaluinya.

Guruku, sosok penginspirasi. Bijaksana dalam berlisan dan bertindak, dicintai oleh murid, kerabat, serta masyarakat. Aku tak perlu menjelmakan engkau menjadi pribadi lain. Sebab namamu itu sudah cukup menggambarkan siapa dirimu sebenarnya.

Ada cinta yang masih tersangkut di sini, dan walaupun ku ungkapkan sekarang, engkau takkan pernah mendengarnya lagi. Tapi biarlah, karna sejak saat itu aku tak pernah takut lagi untuk berusaha dan mencoba. Rasa cinta ini akan terus membawaku sejuta keberanian untuk menatap diri sebagai seorang lelaki. Karna ini adalah cinta di antara guru dan murid.

Selamat jalan Pak Bukhari. Namamu akan dikenang sebagai simbol kebijaksanaan. Sebagaimana aku telah melihat banyak bukti bahwa mereka mengenalmu sebagai seorang guru, pemimpin, kerabat kerja, bahkan seorang ayah… yang dikelilingi oleh kebaikan dari hatimu.

Dirimu telah menjadi seorang pahlawan di saat engkau tak pernah mengharapkannya

Walaupun surat ini takkan pernah sampai padamu di alam sana, biarkan ku kirim bait-bait doaku, sekedar menyapa dan melampiaskan rindu ini. Sebagaimana yang ku kupercayai, Tuhan Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di balik hati ini.

Selamat jalan Pak Bukhari… Selamat tinggal untuk selamanya.

Izinkan aku untuk meneruskan tongkat estafet, meskipun ku tau tak mungkin bisa sepertimu dengan banyaknya kekurangan yang ku punya ini.

Puisi ini ditulis untuk mengenang jasa dosen penulis, Dr. Bukhari Daud, M.Ed. Semoga semua kebaikan yang telah beliau ajarkan kepadaku dan mahasiswa lainnya menjadi pahala jariyah untuk beliau. Serta kepada keluarga agar diberi kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi ini.

— Reza Fahlevi

Foto diambil pada akhir Agustus 2019, tepat setelah ujian sidang penulis. Pak Bukhari menjadi salah satu penguji dalam sidang ini.

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet