Siapa Yang Pantas Menghukum?

Reza Fahlevi
4 min readJun 18, 2020

--

“Seberapa penting agama berperan dalam kehidupan? Tentu setiap orang punya pandangan yang berbeda. Sebagai orang yang beragama, khususnya Islam, penulis beranggapan bahwa agama benar-benar sangat penting dalam mengatur pola kehidupan manusia. Sebab, seiring dengan berjalannya waktu dan bergantinya zaman, Islam tetap tidak berubah. Maksudnya adalah apa-apa yang telah terjadi di masa lalu, semua yang telah terjadi di masa sekarang, hingga nanti peristiwa yang akan terjadi di masa depan, Islam tetap dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW. Termasuk dalam memberi hukuman kepada pencuri, ada aturan yang tertera dalam agama ini.”

Pencuri memang membuat resah, membangkitkan rasa benci serta amarah bagi para korbannya. Hingga jika menurut kacamata beberapa orang, sah-sah saja jika para pencuri harus dihukum seberat-beratnya agar mereka jera.

Hukuman dalam Islam jelas ada bagi mereka yang melanggar ketentuan-ketentuan-Nya. Yang sudah pasti terngiang jelas dalam hati setiap muslim adalah, bagi siapa saja yang tidak melaksanakan perintah Allah SWT, maka mereka akan dihukum dengan dimasukkan ke dalam neraka. Hukuman ini juga sebagai pembalasan di akhirat kelak.

Tapi Islam tidak hanya tentang akhirat. Segala urusan tentang duniawi juga telah tertera jelas dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, ada hukuman yang berlaku bagi para pencuri, perampok, pembunuh serta para pelaku tindak kriminal lainnya. Adanya hukuman dalam agama Islam jelas agar mereka yang melanggar aturan-aturan terhadap agama juga dapat menerima haknya sebagai umat manusia.

Maksudnya seperti ini, hukuman yang ada dilakukan hanya untuk menghukum dengan tujuan si pelaku tidak mengulangi lagi perbuatannya dan segera bertaubat kepada Allah. Dengan kata lain, hukuman tidak dibuat hanya untuk sekedar melampiaskan kekesalan ataupun mempermalukan para pelaku. Maka sebenarnya dalam agama Islam, sudah sedemikian rupa Allah mengajarkan kepada kita tentang cara berkehidupan dengan seksama.

Baru-baru ini, terjadi sebuah pencurian di daerah Ulee Gle, Pidie Jaya. Menurut kabar, seorang wanita kedapatan mencuri di sebuah pasar. Dan yang terjadi malah wanita itu mendapat perlakuan tidak manusiawi oleh beberapa orang di sana.

Seperti yang penulis jelaskan sebelumnya. Pencuri memang kerap membuat resah apalagi jika si pencuri tidak merasa bersalah atas perbuatannya. Namun yang disayangkan adalah, segelintir orang malah bertindak gegabah dengan menghukumnya di sana secara tidak manusiawi.

Secara pribadi, penulis mencoba memahami apa yang terjadi di sana dengan hal-hal positif. Mungkin segelintir orang di sana ingin membuat jera si pelaku dengan langsung menghukum wanita tersebut di keramaian. Namun tetap saja, seharusnya tindakan gegabah seperti ini tidak dilakukan.

Dari video yang beredar, terlihat wanita itu dihakimi dengan cara dipotong rambutnya, dikeramaian, dan tentu saja tidak manusiawi. Secara ptibadi, penulis menyayangkan kejadian tersebut mengingat ada tindakan yang dapat dilakukan selain perlakuan tersebut.

“Lalu kenapa Islam itu penting untuk mengatur tata kehidupan setiap manusia? Karena dalam Islam, Allah tidak hanya mengajarkan manusia untuk berinteraksi dengan-Nya saja, tapi melalui Rasulullah SAW, Islam juga mengajarkan manusia untuk berinteraksi antar sesama. Berinteraksi berarti saling peduli. Peduli berarti saling mengasihi, tentu dengan ketentuan-ketentuan yang ada.”

Lalu pertanyaannya, apakah pencuri perlu untuk dikasihi? Apakah pencuri pantas untuk diberi kepedulian? Selama dia masih manusia, tentu harus dan pantas. Namun, ketentuan-ketentuan ini tentunya kita semua sebagai umat Islam khususnya, kembali lagi kepada ajaran kita. Ada bagian-bagian khusus bagaimana kita memperlakukan para pencuri ataupun para pelaku tindak kriminal lainnya. Maka ambil dan terapkanlah dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Dan tugas kita sebagai orang yang tidak melakukan hal demikian di saat itu adalah memberinya pelajaran dalam pengertian agar dia tidak lagi mengulangi kesalahannya. Dan agar kesalahan itu dapat memberinya pelajaran hidup agar ia berubah menjadi pribadi yang baik. Begitulah pelajaran yang harusnya kita terapkan dan bukan malah melampiaskan kekesalan serta mempermalukan si pencuri di keramaian.

“Atas kejadian tersebut, banyak masyarakat serta netizen kemudian mengecam perlakuan segelintir orang terhadap pelaku pencurian tersebut. Karena bagi mereka hal itu melanggar hak-hak manusia, apalagi mereka tega melakukan hal tersebut kepada seorang wanita. Namun bagi penulis, tindakan bermain hakim sendiri tidak patut dilakukan baik kepada wanita ataupun laki-laki, baik kepada anak-anak maupun orang tua/dewasa. Karena, mereka semua adalah manusia, kita ini adalah manusia, makhluk ciptaan Allah SWT, yang kelak akan dimatikan dan dihidupkan kembali.”

Semua sudah terjadi. Dan dari segala kejadian, komentar, serta kecaman dari berbagai sisi, penulis berharap semoga hal yang seperti ini dapat menjadi pelajaran untuk kita semua. Dan agar kejadian serupa tidak lagi terulang karena hanya akan menjelekkan kita di mata Allah SWT.

Mulailah melakukan hal-hal kemanusiaan bahkan kepada pencuri sekalipun. Karena pencuri juga manusia, sama-sama makhluk Allah SWT. Kita doakan saja agar setiap pecuri dan para pelaku tindak kriminal lainnya, dalam bentuk apapun itu, baik yang sudah terjadi ataupun yang masih ada niat untuk melakukan kejahatan, kita doakan saja semoga mereka diberi hidayah oleh Allah serta dibukakan pintu hati mereka sesegera mungkin. Karena yang mereka lakukan itu terkadang bukan karena kemauan mereka sendiri, tapi karena ada bisikan syaitan yang membuat mereka melakukan kejahatan.

Berbicara tentang hukuman, tentu itu perlu bagi orang yang melanggar aturan khususnya pencuri. Sebagaimana yang sudah penulis sebutkan sebelumnya, hukuman tidak dibuat untuk melampiaskan kekesalan kita terhadap pelaku. Namun hukuman itu dibuat agar pelaku tidak lagi mengulangi perbuatannya dan diharapkan segera berubah.

Karena hakim yang paling adil hanya Allah SWT. Maka kita sebagai manusia tidak berhak menghakimi seseorang berdasarkan nafsu.

Aceh Besar, 18 Juni 2020

-Reza Fahlevi

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet