Sendiri Saja

Reza Fahlevi
2 min readJun 20, 2021

--

Di sinilah, aku menuangkan diriku ke dalam secangkir kopi. Larut bersama rasa pahitnya, seakan menyadarkanku akan lelah yang telah semakin bermain peran… tak karuan.

Di sinilah, aku terduduk sambil menatap nuansa langit petang, sesaat lagi cahaya akan menghilang lenyap. Hanya menunggu waktu sampai warna jingga menghiasi jalur terbangnya para burung, yang kembali menuju rumah.

Di sinilah… ya di sinilah aku merenung dan termenung. Semua yang ada di dalam pikiranku, semua yang ada di balik bola mataku, semua yang tersembunyi jauh di dasar hatiku… ku pahami bahwa aku hanya memikirkanmu; senyumanmu, suara lisanmu, dan tatapan matamu.

Ku akui bahwa kini aku memang lelah. Setelah ku coba bertahan dalam kobaran keraguan, mungkin saatnya kini untuk berhenti sejenak sambil mendengar irama petikan gitar.

Ku akui bahwa aku ini lelah, saat ku coba mempertahankan diri dengan terus berharap bahwa namamu akan sampai kepada Tuhan.

Ku akui bahwa, hatiku inilah yang masih terus melantunkan namamu. Dan ku sadari, aku memang masih mencintaimu meski telah beribu cara ku coba lepaskan kenanganmu.

Tapi, untuk apa aku terus berbohong…? padamu atau pada diriku. Mengakui kebenaran tersirat, adalah salah satu cara aku dapat berdamai demgan suasana hati yang sunyi.

Duhai wanita, aku menulis puisi tentangmu. Dan ku ukir keistimewaan yang ada pada dirimu, ku tulis keindahan yang memang telah melekat padamu sejak dulu. Dan ku sisipi tintaku tentang perasaan batin yang ingin sekali berlabuh di hati milikmu.

Hingga detik ini, apa aku memang telah berada di dalam garis yang selayaknya?

Sejauh ini, aku tak pernah ingin berhenti mengirim pesan.

Aku tak ingin…

Walaupun masih sendiri di sini, pasti…

Pasti kabar gembira akan singgah suatu hari nanti untuk menghiburku dari lelahnya penantian ini.

— Breaking Reza

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet