Sampai Akhir Hayat
Puisi oleh Breaking Reza
Matamu melukis harapan
Seperti membuka pintu asa yang telah kusam dan berdebu
Aku merasa ada sedikit serpihan rindu untuk kembali
Kembali merasakan diriku yang dulu
.
Senyumanmu berpuisi semu
Aku seperti terbawa arus dari syair-syair syahdu
Memberhentikanku di bawah sebuah pohon yang teduh
Mengistirahatkan jiwa yang telah tersesat
Sambil menyimak apa yang kau hasratkan
.
Di atas rerumputan ini
Batinku bediri sendirian
Setelah bertarung dengan diriku sendiri selama bertahun-tahun lamanya
Kini kupikir, aku sudah cukup lelah
Lelah menyalahkan keadaan
.
Hari terus berganti
Dan aku melewatinya dengan sekumpulan catatan hitam
Kau bilang aku masih punya makna dan warna
Tapi, entah kenapa wujudku masih tetap terasa kelabu
.
Aku mampu menyeberangi lautan sendirian
Atau mendaki puncak gunung tertinggi
Berada seorang diri di tengah hutan belantara berkabut panjang
Tanpa takut sedikit pun
Semua karna … cahaya batinmu menyinari redupnya jiwaku
.
Kau memang tak banyak bicara
Juga tak banyak mengutarakan mimpi
Kau hanya menjalani hari seperti biasanya
Karna kau paham bahwa tak ada yang bisa dilakukan
Kecuali hanya terus bergerak
.
Aku yang terombang ambing
Seperti angin membawaku tersesat entah ke mana
Namun di titik jauhnya keberadaanku dari-Nya
Ia tetap menuntunku melalui sosokmu yang tak terlalu kukenali
.
Dan kau tau?
Banyak dosa tertulis di dalam buku harian ini
Yang jika kau baca … mungkin kau akan menitikkan air mata
Namun … aku juga tak bisa mengelak diri
Aku … tidak seperti yang kau kenal selama ini
Akan tetapi … kau masih saja tersenyum dan sudi menggenggam jemari hatiku
Seolah-olah kau ingin berkata, “aku selamanya milikmu.”
.
Entah bagaimana nanti akhir dari kehidupanku
Aku mengabaikan segala bentuk petuah suci
Kukhianati mereka yang penuh kasih sayang
Semua karna egoku yang membakar kebaikan hati
Hingga aku sama sekali tak bisa lagi merasa belas kasih
Sanubariku membeku dan tuli
.
Kau selalu bilang
Aku pasti akan bertemu dengan diriku yang dulu
Bahkan setelah bertahun-tahun berkelana
Mencari sosok yang hilang
Aku tak kunjung menemukannya
Tapi, dalam bentuk kepasrahan ini … kau terus memerhatikanku dengan penuh harapan
.
Kau … mungkin punya impian sejati
Kau seolah-olah percaya bahwa aku tak semestinya hidup seperti ini
Aku yang linglung dalam seribu pertanyaan
Hanya mampu menjawabmu dengan anggukan pasrah
.
Kini telah tiba diriku di penghujung tahun
Hari pun semakin redup
Aku masih belum juga menemukan jati diri yang sempat hilang
Justru … aku malah merasa semakin jauh dari-Nya
Lantas coba katakan … sejujur-jujurnya ..
“apa kau benci terhadapku yang telah berubah menjadi lelaki jahat dan pengecut ini? Atau … kau masih sudi menemani perjalananku sampai nanti aku benar-benar kembali menjadi diriku sendiri …? seperti sedia kala?”
Aku tau kau tetap takkan menjawabnya kecuali hanya mengumbar senyuman
Senyuman yang cukup indah hingga mampu memadamkan api di setiap sudut hatiku yang berharap
.
Namun demikian
Meski ada percikan-percikan api iblis yang kini telah bermain peran di dalam jiwaku
Aku tak ingin berhenti mengucapkat kalimat suci itu
“Bismillahir-rahmaanir-rahiim”
Sampai nanti akhir hayatku benar-benar tiba