Salam Terakhirku Untukmu

Biarkan aku berlalu tanpa rasa benci

Reza Fahlevi
2 min readJul 19, 2020

Picture by: Fadhlan FM

Ada sapaan yang tak terjawab, kini mulai memudar. Ada pembicaraan yang belum usai, kini terabaikan. Dan jika pun hendak dilanjutkan, hanya berakhir sia-sia.

Memang,

sulit untuk menerima kenyataan yang berlawanan dari keinginan. Seperti sulitanya menghembuskan napas, saat terasa sesak di dada.

Memang,

penuh dengan tanda tanya, saat yang diawali tak kunjung berakhir. Seperti, seutas pertanyaan tak kunjung ada jawabannya.

Tapi hari-hari kian berlalu dariku. Dan ku lihat pula sebagian dari harapanku sirna begitu saja. Karna aku tak kunjung berjalan menelusuri harapan baru. Masih saja terhenti dalam bayang-bayang masa lalu.

Dan merpati sepertinya lelah, lelah dirinya yang terus mencoba menghiburku dari kesedihan. Lelah dia yang terus berusaha membangkitkan gejolakku. Kini, terduduk lesu tak kuasa menenangkan diri; apa yang terjadi padaku.

Layaknya kau yang telah jauh melangkah, meninggalkan angan sendiri tanpa cahaya. Tetap anggun menyertaimu ke mana pun kau pergi, seperti hari hanya bergantung akan warna-warni jejakmu.

Tapi…

Apakah aku akan selamanya di sini? Di dalam ruang kegelapan, seorang diri bersama bayangan hitamku, yang bahkan aku sendiri tak mengenali wajahnya; hitam pekat seperti menggambarkan diriku kini yang sedang gelisah tak menentu.

Apakah aku sudah berakhir? Dari sekian banyak mimpi yang dulu ada sebagai motivasi, terbenam satu persatu ke dalam perut bumi.

Salam terakhirku memang sudah ku ucapkan, tapi tak pernah sampai padamu.

Maafku… sudah ku titipkan pada merpati putih, yang hingga kini masih mencari keberadaanmu.

Rasa penyesalanku… sudah ku lampiaskan dalam puisi-puisiku, namun tak pernah sekalipun singgah dalam lamunanmu.

Dan sudahlah

Bukankah memang sudah berakhir antara kau dan aku?

Bukankah sudah terbakar semua tentang ingatan kita di masa lalu?

Bukankah kini harapanku telah menghitam tak bercahaya sejak saat itu?

Ya…

Semua sudah terjadi dan aku tak lagi melihatmu. Maka, ku serahkan saja pada yang Maha Kuasa; tentangmu dan tentangku; yang kini telah hancur dan remuk.

Tapi dari sekian banyak yang telah berlalu, masih ada serpihan doa yang terlantun di bibirku, di waktu-waktu tertentu ketika senja dengan perlahan menghilang dari tatapan mata; serpihan doa yang ku harap akan sampai padamu di saat waktunya tiba.

Begitulah, jika kau ingin tahu.

Dirimu yang telah menutup pintu rapat-rapat. Aku tak akan memaksa batin tuk melakukan apa yang tak ku sanggupi.

Tak akan.

Berlalulah dengan anggun, sebagaimana saat aku menatapmu untuk pertama kalinya, saat semua berawal dan berakhir dengan remukan. Aku… meminta maaf seraya berdoa, agar semua kembali berwarna. Agar senyumanmu kembali hangat seperti sedia kala. Sampai jumpa.

19 Juli 2020

— breaking reza 

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet