Rantai Kebencian, Rantai Kasih Sayang
Oleh Breaking Reza
— —
Setiap jantung berdetak, mata memandang, hati merasa, dan kamu bertindak. Dapat dipastikan ada dua kemungkinan yang akan terjadi; disukai atau tidak disukai.
Dari sekian banyak kemungkinan, dua hal itu akan tetap dialami oleh aku, kamu, dia, mereka, dan semua orang yang berjiwa. Kenapa?
Semestinya untuk tidak ditanya mengapa. Dan semestinya jangan terlalu digubris lebih jauh. Sebab, akan ada percikan-percikan yang tinggal di hati dan membuatmu merasa ini itu dalam lika-likunya kehidupan ini.
Anggap saja dirimu sedang berinteraksi. Dan telusuri lebih dalam siapa yang datang, siapa yang menyapa, siapa yang hadir, siapa saja berbicara secara berhadapan atau tidak. Rasakan saja, dia yang kau sukai, dan dia yang tidak kau sukai kehadirannya.
Kenapa?
Bukankah kamu yang tau jawabannya.
Kamu suka dengan kehadiran seseorang, membuat suasana dan kondisi hati menjadi lebih bersahabat. Hingga akhirnya timbullah rasa cinta.
Cinta, tidak hanya tentang perasaan di antara laki-laki dan perempuan. Itu terlalu sempit.
Cinta adalah ikatan yang menyatukan para insan; persahabatan, kekeluargaan, kepedulian, hingga kasih sayang. Semua hadir dengan sendirinya. Semua muncul di dalam hati sebab seseorang yang datang memang murni karna ketertarikan kita, atau ada sebab lainnya yang membuat kita kagum.
Dan terjadilah interaksi sesama, aku menyebutnya sebagai jalinan komunikasi; secara lisan, secara batin.
Coba diketahui, apa yang kamu rasakan jika sedang bersua dengan mereka yang memang kamu anggap ada di dalam kehidupanmu.
Kamu pasti tau bagaimana rasanya. Karna kehadirannya sesuai dengan apa yang kamu inginkan.
Tapi apabila datang seorang yang sama sekali tidak kamu harapkan. Dia datang tersenyum. Dia datang menyapa. Dia mengirimimu pesan melalui telepon genggam.
Coba diketahui, apa yang kamu rasakan saat dia sama sekali bukan yang kamu harapkan untuk berhubungan dengan dirimu?
Disukai atau tidak disukai.
Aku yakin, kamu juga pasti merasakannya, bahkan juga mengalaminya.
Saat kamu merasa dia merupakan orang yang terbuka untuk mengutarakan segala hal, bahkan yang tidak penting sekalipun.
Saat kamu mendengar banyak hal yang ditanyakan olehnya tentangmu, bahkan sesuatu yang tidak kamu sangka-sangka.
Saat dia masih saja membalas pesan Whatsapp-mu di tengah malam.
Saat dia tak perlu memberi kode yang begitu sulit untuk kamu pahami apa maksudnya.
Ada kemungkinan, kehadiranmu disukai olehnya.
Akan tetapi,
Perhatikan, ketika ada seseorang yang mencoba menutup diri...
Ketika dia menghindar darimu.
Ketika dia spontan memalingkan wajah saat bertatapan.
Ketika dia menghentikan percakapan di Whatsapp padahal pembahasan belum juga selesai, atau ada pertanyaanmu yang tak lagi direspon... dan itu berulang kali terjadi tanpa adanya alasan yang jelas.
Bisa saja, kehadiranmu tidak disukai olehnya dan tidak diharapkan sama sekali.
Suka atau disukai…
Itu wajar, bukan? Lalu kenapa terlalu dibawa hati? Kenapa baper? Bukannya kamu juga (terkadang) melakukan cara yang demikian saat bersua dengan seseorang yang tidak kamu sukai?
Lantas, kenapa kamu menganggap dia itu terlalu egois hanya karna dia tidak lagi membalas pesan Whatsapp-mu? Atau saat dia buang muka ketika bersua denganmu? Atau ketika tak menganggap leluconmu itu lucu? Atau atau dan atau...
Jangan jadikan "dia" sebagai acuannya hingga membuatmu bertanya-tanya "kenapa?".
Tapi seharusnya kamu bertanya pada diri sendiri, kenapa ada beberapa orang yang kamu acuhkan, sadar atau pun tidak.
Jika kamu mengerti alasanmu melakukan demikian, kamu juga dapat menerima saat orang lain melakukan hal serupa.
Jika kamu memang mengabaikan orang lain, dapat dipastikan kamu juga akan mengalami nasib yang sama.
Karma???
Entahlah, tapi bukannya kita sudah diberitahu bahwa apapun yang kita perbuat, semua itu akan kembali lagi cepat atau lambat. Tergantung, jika yang kita lakukan adalah kebaikan, maka kebaikan itu akan kembali. Dan apabila keburukan, itu juga akan balik lagi ke kita.
Daripada terlalu menyalahkan orang lain, lebih baik berkaca pada diri sendiri. Barangkali kita mengalami suatu hal yang tak ingin itu terjadi, tapi malah terjadi, bisa saja ada kesalahan — yang kecil atau besar — pernah kita lakukan di masa lalu.
Daripada berpikir "dia" itu egois, anggap saja kamu juga seperti itu. Sederhana kan?
Bukan orang lain, tapi diri sendiri dulu. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatmu mengerti kenapa ada yang suka dan ada yang tidak disukai.
Tapi lebih baiknya lagi jika kamu sanggup menganggap "dia" yang kamu pikir tidak suka akan kehadiranmu, untuk senantiasa berpikir positif saja. Mungkin memang caranya seperti itu, mungkin dia sedang mengalami hari sial, mungkin dia sedang un-mood, mungkin mungkin dan mungkin...
Jika “mungkin” itu dihadirkan sisi positif padamu, bisa saja kamu tidak terbawa beban dengan cara mereka bersikap dan bertindak.
Lebih lagi, kamu bukanlah orang yang berhak menghakimi "dia". Terlepas dari ini itu, bukankah kamu juga tak suka jika dihakimi? Apalagi jika tanpa alasan yang jelas sama sekali.
Sudah waktunya kamu membuka mata dari sekian banyak mata yang kamu punya. Ketahuilah, sadarilah, dan terima sajalah. Dunia ini barangkali punya kemungkinan "dua di antara"; suka atau tidak disukai.
Suka dan tidak disukai... itu berlaku untuk aku, kamu, dia, mereka dan semuanya. Yang membedakan adalah nanti, cara kita bersikap dan menghadapinya.
Sampai di sini, masihkah kamu menganggap orang yang mengabaikanmu sebagai pribadi yang jahat dan tak punya rasa peduli sama sekali?
Entahlah, pilihan ada di setiap kita masing-masing.
Tapi, jangan buat kehidupanmu yang sudah kacau itu menjadi lebih kacau hanya karna terlalu memikirkan ini itu.
Kehidupanmu adalah mutlak menjadi milikmu seorang. Arah perjalanannya, alur dramanya, tempat persinggahanmu, orang yang kamu sukai dan tidak kau sukai, juga orang yang menyukaimu dan yang tidak. Itu semua sudah menjadi catatan di dalam sebuah buku harian, milikmu.
Tak perlu benci, tak perlu marah.
Tidak disukai atau tidak menyukai bukan berarti harus bersikap seperti itu.
Cukup basa-basi seadanya, ngobrol biasa-biasa saja, dan jangan coba-coba untuk masuk lebih dalam jika ada kemungkinan sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Karna, sebatas komunikasi di depan gerbang juga tidak buruk-buruk amat.
Semua punya alasan yang berbeda, pastinya kamu juga.
Hidup saja sebagaimana perintah Tuhan. Jika kamu menganggap diri tidak menyakiti perasaan mereka di saat mereka berpikir kamu telah memberi kesan perih, berdoa saja semoga Tuhan mengampuni kita.
Dan jika ada yang datang meninggalkan luka hati yang mengiris-iris hatimu. Maafkan saja walaupun mereka tidak memintanya. Bisa saja Tuhan akan mengangkatmu menjadi seorang yang lebih baik dari sebelumnya.
Bukankah cita-cita kita ingin menggapai surga. Maka hadirkan kasih sayang dan jauhi kebencian. Dengan demikian, kasih sayang Tuhan akan hadir sendirinya.
Sebab, surga itu hanya menjadi mimpi sia-sia jika tanpa kasih sayang-Nya.
Bijaklah hidup. Jika tidak bisa, sekurang-kurangnya jangan memendam benci.
“Tapi itu sifat manusiawi, bukankah wajar jika bersikap sepeeti itu?”
Ya.
Tapi jangan lupa istighfar, karna kita adalah manusia biasa yang sering lupa walaupun sebagiannya terkadang memang sengaja kita lupakan.
Aceh Besar, 23 September 2021