Ramadan Menulis 24
Kamu Seorang Bipolar Disorder? Keep Calm and Take A Deep Breath
Breaking Reza
Merujuk pada tulisan sebelumnya, Ramadan Menulis 23: Sosok Bipolar Disorder, pada kesempatan kali ini saya akan sedikit memberikan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para penderita bipolar disorder. Ada alasan tersendiri mengapa saya ingin menulis tentang kondisi mental ini, sebagaimana yang saya ketahui bahwa kelainan emosi yang terdapat dalam diri seorang bipolar ini benar-benar dianggap tak wajar oleh sebagian orang. Maka dari ini pula, saya mencoba masuk ke dalam jalur para penderita bipolar disorder ini.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bipolar disorder adalah perubahan emosi seseorang dari yang awalnya normal, lalu tiba-tiba tanpa ada sebab yang pasti emosinya berubah drastis. Contohnya, dari yang awalnya riang lalu di waktu bersamaan malah menangis tersedu. Sebagian menganggap orang yang mengalami bipolar ini disebabkan oleh kelainan batin. Namun sebenarnya, apakah demikian?
Sulit untuk menentukan jika seseorang mengalami bipolar disorder. Namun, gejalanya dapat dilihat yaitu seperti, dari yang awalnya senang lalu tiba-tiba murung, dari yang sangat bersemangat tiba-tiba menjadi tidak bersemangat. Tidak hanya itu saja, bisa saja dari yang awalnya sedih lalu di waktu bersamaan malah tertawa ria. Sederhananya adalah, perubahan emosi seseorang baik dari yang positif menjadi negatif atau sebaliknya dari yang negatif menjadi positif. Apabila dari kamu ada yang pernah mengalami perubahan emosi seperti itu, bisa saja kamu mengalami bipolar disorder.
Tapi tenang saja, penderita bipolar ini tidak seburuk yang dipikirkan oleh kebanyakan orang. Saya sendiri menganggapnya sebagai hal yang wajar dan bukan sama sekali sebuah hal yang harus ditakuti. Namun, ada baiknya jika kamu seorang bipolar disorder, coba untuk melakukan beberapa poin di bawah ini sebagai antisipasi.
- Menjalani hobi
Jika kamu seorang bipolar, jangan biarkan dirimu terjebak dalam minimnya aktivitas. Bergeraklah keluar dengan menjalani hobi-hobi yang kamu sukai. Karena, semakin kamu enggan untuk aktif beraktivitas, kamu akan semakin terbawa dengan perasaan atau emosi negatif. Dan emosi negatif ini akan melemahkan sistem imun kamu yang pada akhirnya akan menyerang fisik.
Coba untuk melawan keengganan kamu untuk menyalurkan hobi. Sudah pasti ketika kamu menyalurkan sesuatu yang kamu sukai, tanpa kamu sadari kamu akan terbawa ke dalam lingkaran positif. Lelahnya kamu saat melakukan hobi tidak terlalu terasa dan bahkan kamu menyukainya. Itu disebabkan karena kamu lelah sebab melakukan kegiatan yang kamu sukai. Dengan demikian, lelah itu malah membawa semangat positif ke dalam tubuhmu.
Selain itu, dengan menyalurkan hobi, emosi serta pikiranmu akan lebih stabil untuk dikontrol. Ini penting, karena tak jarang orang stres dikarenakan emosi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pikirannya, ataupun sebaliknya.
- Berkumpul bersama keluarga dan kerabat
Sama seperti poin di atas, kamu juga butuh berinteraksi dalam hal bertukar lisan. Ketika saling berinteraksi, ada pikiran-pikiran atau ide yang bertukaran. Ketika hal ini terjadi dalam kehidupanmu, kamu secara tak langsung sudah mempelajari sesuatu dari orang lain. Kamu bisa tahu karakter orang lain, kamu juga bisa membaca apa yang mereka sukai, ke arah mana jalan pikiran mereka, apa-apa saja yang mereka tidak suka. Intinya kamu mendapatkan hal baru sebagai acuan kamu untuk menjalani hidup.
Selain itu, dengan berinteraksi bersama keluarga atau kerabat, ada jalinan yang tersambung. Pada fase ini, kita harus menyadari bahwa setiap manusia itu hidup dengan saling ketergantungan. Dengan jalinan komunikasi baik di antara keluarga dan kerabat, mereka dapat membantumu seandainya kamu sedang berada dalam kondisi yang kurang mengenakkan. Atau mereka dapat menyanjungmu ketika kamu sedang berada dalam kondisi bahagia. Dengan demikian, kamu tidak akan merasakan kesepian.
Berinteraksi itu juga dapat membuatmu semakin peka terhadap perasaan orang lain. Kamu tahu bagaimana caranya untuk berbicara dengan orang yang sedang gelisah atau sedih, dan kamu juga paham bagaimana mengisi obrolan dengan mereka yang sedang bahagia.
- Coba untuk terbuka
Dengan segala tekanan yang kamu hadapi, tentu tidak semuanya dapat kamu selesaikan sendiri. Ada kalanya kamu harus menceritakan kondisi perasaanmu dengan orang lain, dalam hal ini kepada orang-orang terdekat; keluarga atau sahabat.
Jangan merasa bahwa kamu mampu melakukan segalanya atau mampu menyelasaikan masalah hidup seorang diri. Terkadang, duduk santai sambil membahas masalahmu itu penting. Ada masukan dan saran yang harus kamu dengar sebagai salah satu cara untuk menemukan jalan keluar seandainya kamu sudah menemui jalan buntu.
Jangan memendam tekanan itu. Semakin kamu memendamnya, semakin tekanan dalam dirimu itu bergejolak dan ini dapat mempengaruhi kondisi emosi dan fisikmu. Bahkan, jalan pikiranmu pun terganggu. Pada akhirnya, kamu berpotensi stres dan ujung-ujungnya kamu malah menyakiti diri sendiri hingga sampai mencoba untuk bunuh diri.
Cobalah untuk terbuka, kamu tidak hidup sendirian di dunia ini. Masih ada orang yang peduli dengan perasaanmu itu. Masih ada orang yang ingin membantumu keluar dari tekanan.
- Mengontrol emosi
Ini tahap yang sulit, saya sendiri mengakuinya. Tidak mudah untuk menahan diri dari bahagia berlebihan atau sedih berlebihan. Tapi, kamu yang mengalami bipolar disorder, ada masanya kamu akan menghadapi itu; bahagia berlebihan atau sedih berlebihan. Jika emosi itu muncul, maka cobalah untuk mengontrolnya.
Lalu pertanyaannya, bagaimana untuk mengontrol emosi yang berlebihan? Sejauh yang pernah saya lakukan adalah, saya mencoba menyadari bahwa kondisi yang sedang saya alami sekarang ini — bahagia atau sedih — dalam sewaktu-waktu dapat berubah. Dengan menyadari ini, maka saya akan mencoba untuk biasa-biasa saja. Sebab, ketika bahagia itu datang dan saya terlalu menyambutnya dengan ria, saat nanti ada situasi berubah, saya merasa begitu terpukul. Perasaan terpukul ini seolah menyerang batin saya hingga saya tidak bersemangat menjalani aktivitas. Oleh sebab itu, saya harus mencoba untuk mengontrol diri agar apapun yang saya alami tidak menjadi senjata mematikan untuk saya sendiri.
Lebih jauh, saya pernah membaca beberapa artikel yang membahas tentang mengontrol diri seperti berolahraga. salah satu contohnya adalah sepakbola. Ketika kamu sedang bermain bola, di tengah kondisi fisik yang lelah kamu mesti berpikir jernih agar terus dapat bermain sebaik mungkin dan membantu tim untuk menang. Saat kamu mampu mengontrol emosi agar tetap stabil, kamu akan tetap tenang untuk terus bermain walaupun timmu dalam situasi kalah. Kamu akan terus mencari celah untuk setidaknya menyamakan kedudukan. Tapi, apabila emosimu tidak terkontrol, maka kamu akan bermain buruk, visi bermainmu tidak lagi punya tujuan dan yang paling parah bisa saja kamu terpancing emosi dan berantam.
Merujuk ke hal lainnya, cara untuk mengontrol emosi bisa dengan membaca atau menulis. Saat kamu melakukan kedua hal itu, pastinya butuh konsentrasi ekstra. Membaca, apabila tidak fokus, maka kamu tidak akan mendapat inti dari bahan bacaanmu. Menulis pun demikian, jika kamu tak mampu tenang, kamu akan hilang ide bahkan sampai tidak tahu harus menulis apa lagi.
Dalam artikel lain juga dijelaskan bahwa public speaking atau berdiskusi ampuh untuk mengontrol emosi. Tentu saja dalam hal ini, kamu harus tetap tenang jika seandainya lawan bicaramu memiliki pandangan yang berbeda dari dirimu. Ketika kamu mampu menerima pikiran lawan bicaramu tanpa harus mementingkan apa yang ada dalam pikiranmu, emosi kamu sudah lebih stabil. Selain itu juga cara penyampaian. Apabila kamu menanggapi pernyataan orang lain, atau mengajukan pertanyaan menggunakan bahasa yang baik dan sopan, emosimu sudah terkontrol.
Maka dari sini sebenarnya dapat diambil kesimpulan bahwasanya, untuk mengontrol emosi, kamu harus tetap tenang baik perasaan maupun pikiran. Keduanya harus sinkron. Semakin kamu tenang, semakin terkontrol batinmu, dan semakin stabil pula jalan pikiranmu, dan lagi kamu semakin mumpuni untuk mengambil langkah.
Maka, dari beberapa cara yang saya sebutkan di atas, kamu lebih condong mencoba cara yang mana untuk mengontrol emosi? Atau kamu punya cara sendiri untuk mengontrolnya?
- Shalat dan mengaji
Tak dapat dipungkiri bagi kita orang Islam, shalat dan mengaji itu sebenarnya sangat penting. Untuk shalat, bukan hanya yang fardhu saja, itu memang sudah menjadi kewajiban. Tapi cobalah kerjakan yang sunnah-sunnah-nya, Shalat Dhuha misalnya. Ketika orang lain dalam kesibukan masing-masing, kamu dengan lapang dada meninggalkan rutinitas untuk melaksanakan Shalat Dhuha. Dan usahakan setelah shalat untuk berdoa, doa yang kamu panjatkan kepada Allah menandakan bahwa kamu itu benar-benar orang yang lemah. Sebab, kamu meyakini bahwa segala kekuatan, bentuk emosi, dan lainnya itu berasal dari Allah, dan Ia dapat sewaktu-waktu mengambilnya darimu.
Jangan lupa juga untuk mengaji. Terserah jika kamu merasa kondisi batinmu bisa tenang saat mengaji dengan suara yang nyaring, maka lakukanlah. Jika kamu sudah tenang dengan membacanya dalam hati, lakukanlah. Selama ada ketenangan hati yang kamu peroleh, lakukan saja.
Dan jangan juga khawatir jika kamu belum fasih mengaji. Membaca Al-Quran juga berarti kamu belajar dan belajar lagi. Bukan berarti kamu sudah fasih membaca itu tandanya kamu sudah tidak perlu lagi belajar. Tidak demikian. Baca dan pelajari! Dan yang lebih penting lagi bagi kamu yang mengalami bipolar, resapilah lantunan ayat-ayat yang kamu bacakan itu. Rasakan sampai ke dalam hati hingga kamu dapat merasakan ketenangan.
Jangan dianggap remeh shalat dan mengaji ini. Sebab, tidak banyak orang yang mampu melakukan keduanya untuk memperoleh ketenangan. Meskipun demikian, tidak sedikit pula orang mengaku bahwa ia malah semakin tenang di saat shalat dan mengaji.
Maka, apabila kamu masih merasa enggan untuk shalat atau mengaji, mulai detik ini ubahlah sikap itu. Buka Al-Quran, banyak ayat-ayat motivasi di dalamnya. Dan sadarilah, motivasi di dalam Al-Quran itu bukan berasal dari manusia, melainkan langsung dari Allah. Apapun tekanan yang kamu hadapi, ada saja solusinya di dalam kitab ini. Dan seberat apapun masalah hidupmu, Allah selalu mendengar kita dalam lantunan doa di dalam shalat.
Jika harus jujur, sebenarnya saya juga merupakan orang yang mengalami bipolar disorder. Sejak kecil saya sering merasakan emosi yang berubah-ubah tanpa saya ketahui apa penyebabnya. Ketika saya senang, dalam waktu itu saya bisa merasakan sedih atau gelisah, begitu pun sebaliknya. Dan ini terus terjadi hingga saya duduk di bangku kuliah, tanpa pernah saya sadari mengapa saya ini mengalami perubahan emosi seperti itu.
Dan alhamdulillah, ketika saya kuliah, saya mampu menemukan beberapa jalan keluar untuk menghadapi pola emosi yang tidak stabil ini. Sejak dulu, saya bukanlah orang yang suka membaca, tapi ketika saya dapati bahwa membaca dapat mengontrol emosi serta menjaga kestabilan berpikir, maka saya memutuskan untuk membaca. Awalnya sulit dan saya paksa sedikit hingga akhirnya saat ini efeknya baru terasa.
Menulis juga, meskipun saya sudah suka menulis sejak SMP, tapi baru kemudian saya dalami lagi ketika kuliah. Hasilnya memang terlihat seiring berjalannya waktu. Saya yang dulunya sering mudah marah tak bersebab, sering gelisah, juga tak jarang terkadang menyalahkan diri sendiri, ketika saya menulis semua itu dapat terkendali. Sensitivitas yang awalnya seakan menjadi senjata berbahaya terhadap saya, perlahan dapat menjadi hal positif.
Saya sendiri harus mengakui bahwa bipolar disorder ini ada dalam diri saya, bahkan masih juga ada sampai sekarang. Bedanya adalah, sekarang saya sudah mampu mengontrolnya walaupun belum mencapai tingkat seratus persen. Jujur, saya pernah ada dalam kondisi bahagia lalu tiba-tiba saja saya menjadi sedih. Dan poin-poin yang saya tulis di atas sebelumnya, itu merupakan kegiatan yang saya lakukan dalam menghadapi bipolar ini.
Saya mencoba merasakan emosi saya sendiri kenapa saya menjadi seperti itu. Ketika saya berhasil melakukannya, saya menyadari bahwa inilah kekurangan saya. Dengan aware terhadap kekurangan sendiri, saya mencoba menghadapinya dengan melahirkan kelebihan-kelebihan lain yang ada dalam diri saya ini. Bagaimana saya bisa aware dengan perasaan saya ini? Ketika saya mencoba terbuka dengan kerabat-kerabat seandainya ada satu situasi berat yang sulit saya pecahkan. Ada masukan yang mereka berikan — meskipun tidak semua — saya mengambil beberapa saja, sisanya saya coba untuk menerapkan dengan cara saya sendiri.
Terlepas dari itu semua, saya mampu melakukan segala cara untuk mengontrol emosi karena saya sudah bertukar pikiran dengan kerabat. Seandainya saya bersikukuh untuk tetap mencobanya dalam ego, mungkin sampai detik ini saya tak pernah bisa mengontrol emosi. Bahkan saya pun mungkin tak pernah menyadari bahwa saya ini salah satu dari penderita bipolar disorder.
- Ada apa dengan si penderita bipolar disorder?
Beberapa psikolog belum mampu menemukan penyebab pasti mengapa seseorang mengalami bipolar disorder, mengalami perobahan emosi dari yang normal menjadi tidak wajar dalam seketika. Dikarenakan terjadinya yang tiba-tiba, orang lain akan menganggap ini kelainan sebab perubahan emosi pada seorang bipolar ini tidak terlihat prosesnya.
Namun bagi saya pribadi sebagai orang yang pernah mengalami bipolar, sebenarnya perubahan emosi secara tiba-tiba ini tetap ada dasarnya. Contoh seperti pengalaman saya sendiri. Dulu, ketika saya sedang merasa sangat bahagia, tiba-tiba saja ada ingatan buruk terlintas, baik yang sudah menjadi masa lalu atau hanya permainan dalam pikiran saya (ilusi). Dan ketika perasaan buruk ini datang di tengah kondisi bahagia, dengan cepat kemudian emosi saya berubah menjadi sedih atau gelisah, bisa juga menjadi takut yang berlebihan.
Yang menjadi persoalannya adalah, saya tidak menyadari proses perubahan ini sehingga terluapkan begitu saja. Ketika perasaan buruk ini sepenuhnya bermain peran dalam diri saya, dengan otomatis emosi gembira tadi lenyap begitu saja. Dan saya malah larut dalam kesedihan, gelisah, rasanya ingin menangis menjerit sejadi-jadinya. Lalu, ketika terlintas lagi perasaan senang, dengan cepat emosi buruk tadi tergantikan. Begitulah fasenya berubah-ubah.
Ketika mengalami hal tersebut, seringnya itu terjadi saat saya sedang sendirian. Ya, saat sedang sendiri, pikiran dan emosi saya sulit terkontrol, biasanya ini terjadi saat saya mengalami satu kejadian dalam menghadapi kegiatan di satu hari. Saya sering berprasangka dan berpikiran berlebihan. Apapun itu, baik yang senang atau sedih, saya sering berlebihan.
Oleh sebab itu, menurut saya, penderita bipolar ini sebenarnya hanya sulit mengontrol emosinya juga jalan pikirannya. Namun, ia tidak menyadari itu sehingga baginya perubahan emosi ini biasa saja. Tapi dengan terus menerus terjadi pada diri seseorang, ia akan berpikir, sebenarnya apa yang terjadi padanya? Kenapa ia malah menjadi aneh? Bahkan orang lain menganggapnya aneh. Padahal, ia sendiri yang tidak menyadari bahwa emosi dalam dirinya itu belum terkontrol.
Ketika emosi tak terkontrol saat sudah sangat berlebihan, maka jadilah ia sebagai bipolar disorder. Sebab, kebanyakan orang juga terkadang sulit mengontrol emosi namun belum mencapai tahap ketidakwajaran. Bipolar disorder, adalah mereka yang sulit mengontrol perasaan yang datang padanya hingga akhirnya melebihi kapasitas normal pada umumnya.
Selain itu, over thinking juga menjadi penyebab seseorang mengalami bipolar disorder. Mengapa? Saya sendiri ketika sedang sendirian sering berpikir jauh ke depan yang mana sebenarnya pikiran-pikiran ini sama sekali tidak penting, bahkan tubuh saya tak mampu menghadapinya. Ketika melewati batas, emosi yang hadir akan dengan begitu saja terluapkan sebab hati dan pikiran kita tak mampu lagi membendungnya.
Inilah yang saya dapat selama mempelajari diri saya sendiri. Memang, apa yang saya alami tidak akan sama dengan penderita bipolar yang lainnya. Tapi, setidaknya ada sedikit jawaban mengenai apa sebenarnya penyebab seseorang mengalami bipolar disorder. Apabila kamu melihat diri sebagai penderita ini, coba kilas balik ke masa lalu, atau lihat dalam-dalam pada dirimu sendiri, sebenarnya apa yang menyebabkan kamu terlalu mudah berubah-ubah emosi sampai berlebihan. Ketika kamu mengetahuinya, akan lebih mudah untuk mengontrol emosi dalam dirimu itu.
Intinya dari saya selaku orang yang pernah mengalami bipolar disorder, yang terpenting dalam hal ini adalah mengontrol emosi. Apapun perasaan yang kamu rasakan, coba sebisa mungkin untuk tidak diekspresikan secara berlebihan. Biasakan diri untuk melawannya. Sebab, emosi berlebihan itu, apabila perasaan buruk yang kamu alami, dan kamu tuangkan mentah-mentah begitu saja, itu hanya akan menimbulkan kerusakan tubuhmu sendiri. Selain itu, mental kamu juga akan terganggu. Itu sebabnya banyak orang yang mengalami bipolar ini terkadang merasa dirinya aneh, merasa dikucilkan, merasa tidak berguna sama sekali. Itu muncul sebab kita belum mampu mengontrol perasaan kita.
Poin penting lainnya adalah, jangan over thinking. Berpikir ke depan itu perlu, tapi jangan malah berpokir yangbtidak perlu sampai-sampai membuatmu malah terganggu. Kamu berpikir, sebab kamu punya otak untuk berpikir. Tapi jangan gunakan pikiranmu untuk menyerang dirimu sendiri. Gunakanlah sebagai antisipasi agar jalan hidupmu berjalan sebagaimana mestinya.
- Kesimpulan
Saya sendiri setuju jika penderita bipolar disorder ini adalah bagian dari ketidaknormalan seseorang. Tapi, saya kurang setuju jika para penderita bipolar dicap sebagai orang aneh. Tidak ada yang aneh. Yang mereka lalui adalah perubahan emosi secara tiba-tiba dalam bentuk berlebihan, dan ini sebenarnya normal pada setiap orang. Hanya saja, terkadang penyebabnya sulit untuk diketahui, karena, penderita bipolarlah yang hanya mengetahui mengapa mereka mengalami perasaan tertentu dalam satu waktu.
Terlepas dari anggapan orang, kamu sebagai seorang bipolar disorder, jangan pernah berkecil hati. Memang kamu itu berbeda, tapi perbedaanmu itu bisa menjadi sebuah kekuatan atau kelebihan untuk kamu menjalani kehidupan. Saya sendiri merasakannya. Emosi-emosi yang ada dalam diri saya ini, yang terkadang juga sulit untuk dikontrol bahkan sampai meluapkannya dengan cara berlebihan, setelah saya dapati seluk beluknya, saya melampiaskannya dalam bentuk tulisan. Hingga sekarang, saya sudah menulis banyak bentuk tulisan mulai dari opini, cerita fiksi ataupun puisi. Emosi-emosi saya ini seakan menjadi acuan saya untuk terus berkarya.
Tapi, bukan berarti kamu harus menganggap sepele bipolar ini. Yang ingin saya tekankan adalah, jangan sampai perasaan-perasaan tersebut menjadi momok untuk dirimu. Kontrollah agar kamu tidak lagi menjadi budak perasaan.
Dan yang terpenting bagi kamu si penderita bipolar, akui saja bahwa kamu itu memang seperti itu. Lalu terserah padamu apa kamu menganggapnya sebagai kekurangan, terserah padamu jika kamu menganggapnya sebagai aibmu sendiri. Tapi jangan lupa, kamu harus melawan kekuranganmu itu. Seandainya tidak mampu, usahakan untuk menciptakan kelebihan lainnya. Dengan begitu kekurangan yang ada padamu dapat tertutupi, setidaknya tidak membuatmu berkecil hati dengan ada satu sisi kelemahan hidup dan bermain peran dalam dirimu.
Terima saja. Yang perlu kamu ketahui adalah, kamu bukanlah satu-satunya orang yang mengalami bipolar disorder, kamu bukan satu-satunya yang dianggap aneh, bukan satu-satunya yang dianggap punya kelainan mental. Jika kamu membaca tulisan ini, maka ada saya yang juga mengalami hal serupa. Kita ini sama. Maka jangan mau kalah dari dirimu sendiri. Berjuanglah sebab saya juga berjuang. Berusahalah untuk mengontrol emosi karena saya juga melakukannya. Kita bersama-sama di sini
Ketahuilah bahwa kamu tidak sendirian. Kamu dan saya — kita — ada dalam satu garis yang sama.
Penderita bipolar disorder ini terkadang hidup dalam tekanan, dikucilkan, dianggap aneh, dianggap sebagai kelaianan mental oleh sebagian besar orang. Lebih dari pada itu, sebenarnya mereka merupakan manusia yang juga punya hak untuk hidup dan saling berbaur dengan sesama. Perbedaan yang ada dalam diri mereka memang terlihat sebagai sebuah kelemahan, tapi sebenarnya mereka punya banyak potensi untuk menutupi kelemahan itu.
Maka, diharapkan agar penderita bipolar disorder ini dapat diterima oleh kalangan masyarakat sekitar. Mereka juga bagian dari kita. Mereka juga punya perasaan. Oleh sebab itu, kenalilah mereka dari luar dan dalam. Mereka sebenarnya juga orang normal, seperti kita pada umumnya.
Tulisan ini merupakan refleksi diri untuk penulis serta para pembaca sekalian. Semoga ada manfaatnya.