Ramadan Menulis 2

Usaha Dalam Keyakinan

Reza Fahlevi
6 min readApr 13, 2021

Setelah menjalani puasa yang begitu tidak biasanya di tahun 2020, Alhamdulillah tahun ini semua situasi sudah mulai membaik. Terkhusus untuk kegiatan di bulan puasa, semua aktivitas rutin seperti shalat tarawih, tadarus, berbuka atau sahur bersama di masjid-masjid, hingga yang lainnya, tahun ini sudah mulai kembali diadakan setelah di tahun lalu memang sama sekali ditiadakan akibat Covid19.

Khusus di Banda Aceh dan sekitarnya, hampir semua masjid kembali meramaikan bulan suci ini dengan ibadah-ibadah rutin selama satu bulan penuh. Jika pada tahun 2020 lalu shalat harus dijarangkan shaf-nya, maka tahun ini sudah bisa diterapkan seperti seharusnya. Namun tetap dalam mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker dan juga mencuci tangan rutin.

Yang pasti dan patut disyukuri adalah, mimpi buruk pada puasa tahun lalu sudah mampu ditaklukkan dan masyarakat sekitar dapat beribadah dengan tenang di manapun mereka inginkan. Ini adalah salah satu anugerah yang Allah berikan juga merupakan nikmat yang tak terbatas dari Sang Pencipta untuk kita semua.

Penulis ingat betul bagaimana pandemi di tahun lalu benar-benar menjadi hal yang sangat menakutkan, tidak hanya di Indonesia namun terhitung hampir seluruh dunia kualahan menghadapi virus Korona ini. Di Aceh, dulu sempat diterapkan jam malam yang membuat segala aktivitas masyarakat semakin terbatas. Dari semua sisi, baik pebisnis, pekerja kantoran dan lainnya harus menyudahi aktivitas mereka ketika waktu maghrib tiba. Sebab, di atas jam itu semua akses jalan akan ditutup.

Namun, jam malam yang diterapkan hanya berlaku selama seminggu sebab banyak warga yang mengeluh dengan keterbatasan ini. Belum lagi ada beberapa orang mengklaim mereka malah teringat kembali akan kejadian konflik di masa lalu dengan adanya jam malam itu. Maka, melihat keluhan warga yang sudah begitu banyaknya, pemerintah Aceh akhirnya mencabut penerapan jam malam.

Tapi bukan berarti aktivitas di Aceh, terutama di Banda Aceh dan sekitarnya, dapat langsung terbebas begitu saja. Virus Korona yang saat itu mulai menghantui daerah ini memaksa pemerintah untuk melakukan razia di setiap sudut-sudut kota, seringnya di tempat-tempat warkop. Para polisi gabungan akan menegur pelanggan atau pemilik warung yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Bagi yang melanggar setelah ditegur beberapa kali, akan dikenakan denda. Hal ini terus berlaku hingga memasuki ramadan.

Ketika ramadan tiba di tahun 2020 lalu, sudah banyak masjid yang meniadakan shalat tarawih berjamaah. Alasannya sederhana, untuk memutuskan rantai penyebaran virus. Jika pun ada masjid-masjid yang melaksanakan shalat tarawih, pasti akan dijarangkan shaf-nya. Namun kegiatan rutin lainnya seperti berbuka atau sahur bersama, memang sama sekali ditiadakan.

Korona memang menjadi momok yang menakutkan. Selama ramadan tahun lalu, yang biasanya masjid-masjid dipenuhi oleh para jamaah, namun saat itu memang berkurang total. Keadaannya begitu sepi. Jangankan di area masjid, di jalanan pun keadaan begitu sunyi. Kota Banda Aceh yang biasanya dipenuhi oleh para mahasiswa, anak-anak sekolah, pekerja, namun ketika Korona mulai masuk ke sini, semua situasinya berubah total. Masyarakat panik, belum lagi ketika itu berita yang selalu menjadi trending topic pasti berkaitan dengan virus Korona ini.

Hal lainnya adalah, kebiasaan masyarakat Banda Aceh ketika selesai melaksanakan shalat tarawih, mereka pasti menyempatkan diri untuk ngopi sejenak dengan kerabat. Hal ini hampir rutin dilakukan sebab budaya ngopi memang sudah turun temurun di sini. Akan tetapi, di ramadan tahun lalu, warkop-warkop begitu sunyi. Banyak pemilik warung yang mengeluh dengan keadaan saat itu.

Begitulah gambaran kecil di Banda Aceh selama ramadan tahun lalu. Ini hanya gambaran kecil saja belum hal lainnya. Tapi penulis yakin, hampir seluruh daerah/provinsi di Indonesia mengalami banyak penurunan di berbagai sektor ketika di tahun 2020 lalu.

Tahun ini di Banda Aceh, kondisi sudah mulai sedikit membaik. Kegiatan serta aktivitas sudah mulai kembali rutin dikerjakan. Bahkan ketika memasuki bulan suci ramadan, di malam pertama tarawih, para jamaah kembali meramaikan masjid-masjid. Sesuatu yang sempat hilang di ramadan sebelumnya. Ini seperti menjadi angin segar bagi warga sekitar. Ketakutan yang saat itu sempat menghambat segalanya, sekarang mereka sudah lebih optimis, dan tentu saja masih dalam mematuhi protokol kesehatan.

Di satu masjid kampus ketika penulis melaksanakan shalat tarawih di malam pertama, panitia masjid mengabarkan bahwa aktivitas rutin selama satu bulan penuh di puasa tahun ini sudah kembali mulai dilakukan. Kegiatan tersebut seperti shalat tarawih, tausyiah di waktu subuh, tadarus di malam hari, berbuka puasa bersama dan lain-lain.

Antusiasme warga dalam menyambut bulan suci tahun ini semakin erat setelah menjalani fase-fase sulit di tahun 2020. Beberapa masjid bahkan sudah melaksanakan shalat dengan normal seperti shaf yang sudah tidak dijarangkan lagi, meskipun ada beberapa masjid yang masih menerapkan hal tersebut.

Kegiatan ngopi setelah tarawih kembali mewarnai langit malam di Banda Aceh. Jika dulunya hampir setiap warkop dapat dihitung berapa banyak pelanggan yang datang, tahun ini pemilik warung sudah dapat bernapas lega bahkan kualahan melayani pelanggan.

Seperti yang telah dikatakan oleh Allah dalam surat Al-Insyirah di ayat lima dan enam. (Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan). Bagi penulis pribadi, ayat ini mengajarkan agar kita tidak mudah putus asa jikalau ada satu waktu kita menemui kesulitan. Apapun jenisnya, apapun kesulitan yang kita hadapi, kita harus yakin bahwa di balik itu pasti akan selalu ada kemudahan.

Kesulitan yang kita semua hadapi sepanjang tahun 2020 lalu, sekarang sudah mulai terlihat sedikit-sedikit kemudahannya. Yang dulu kita selalu berpikir kapan akan berakhirnya Covid 19 ini, sekarang sudah ada sedikit pencerahannya. Intinya adalah, jangan berputus asa dan tetap yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Selama kita masih mengingat Allah, Allah akan selalu mengingat kita.

Penulis sendiri sempat bertanya-tanya bagaimana keadaan bulan suci di tahun 2021 ini ketika melihat dengan jelas apa yang terjadi di tahun 2020 lalu. Sempat ada yang terbesit di dalam hati bahwa puasa tahun ini mungkin akan masih sama seperti tahun sebelumnya. Tapi, ketika Allah sudah berkehendak, maka tak ada seorangpun yang dapat menahannya. Apa yang telah terjadi di tahun 2021 ini, seakan menjadi titik balik bagi para perindu bulan suci ramadan. Warga Banda Aceh secara khususnya, masih percaya dan yakin bahwa mereka akan melalui hari-hari sulit ini dan akan kembali merasakan nikmat di masa yang akan datang.

Dan kita kembali lagi kepada firman Allah dalam surat Ar-Rahman, “Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?”. Nikmat yang telah diberkikan oleh Allah dan yang akan diberikan oleh-Nya, tak akan pernah bisa kita hitung. Begitu banyaknya nikmat silih berganti berdatangan baik yang disadari maupun yang tidak. Sedangkan tujuan kita jelas yaitu selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta sebab kita tidak akan pernah sanggup untuk menghitung-hitung.

Penulis bersyukur bahwa keadaan di Banda Aceh dan sekitarnya sudah mulai membaik. Mengingat dulu pernah mengalami fase-fase yang begitu sulit dari berbagai sektor. Namun perlahan tapi pasti, situasi mulai bersahabat kembali. Adalah keyakinan dari setiap warga juga didukung dengan pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh para ulama serta pemerintah, membuat Banda Aceh tetap optimis menjalani masa-masa Covid 19 ini. Meskipun saat ini belum bisa dikatakan normal seratus persen.

Hal yang sama penulis harapkan untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia serta juga di dunia. Tak ada yang tidak mungkin selama kita masih terus berusaha dalam keyakinan. Keyakinan yang penulis maksud adalah dengan senantiasa berdoa kepada Allah bahwa setiap hal yang kita lakukan hanya akan terealisasikan apabila Allah sudah berkehendak. Tujuan kita sebagai makhluk-Nya adalah untuk tidak pernah berputus asa dalam berusaha.

Semoga ramadan tahun ini menjadi titik balik bagi kita semua, untuk daerah kita semua, dan untuk dunia secara umumnya. Juga, penulis berharap agar semua kondisi dapat kembali normal seperti sedia kala. Ada beberapa daerah yang sedang mengalami bencana, berpuasa di tengah iklim yang ekstrim, atau melaksanakan ibadah di tengah situasi konflik. Semoga Allah menaikkan derajat kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Persis seperti apa yang diharapkan saat kita melakukan puasa di bulan suci ini, yaitu agar kita bertaqwa kepada Allah SWT.

— Breaking Reza

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet