Persepsi Kehidupan
Bagaimana persepsimu terhadap kehidupan ini?
Jika kau berpikir dunia tak adil, maka lihatlah seorang gadis belia… dia berkeliling ke sana kemari sambil berjualan timun. Jika kau menyempatkan diri untuk berbicara dengannya, ia pasti akan berlinang air mata. Kenapa? Karena dia anak yatim piatu tapi harus bertahan hidup seorang diri hingga rela mengabaikan sekolah demi kelangsungan hidup. Dan jika kau bertanya apa cita-citanya, dia hanya akan menjawab menuju surga untuk bertemu dengan kedua orang tuanya lagi.
Bagaimana persepsimu terhadap kehidupan?
Jika kau menganggap dunia terlalu keras, maka lihatlah seorang lelaki renta… dia selalu menyempatkan diri berlutut di hadapan orang-orang kaya untuk menyemir sepatu mereka. Tangannya hitam legam namun tak peduli asalkan sepatu itu bersih mengkilap. Dan ketika selesai, terkadang ada beberapa orang yang tak sudi memberinya upah sambil berkata, “aku tidak menyuruhnya menyemir sepatuku. Dia sendiri yang datang”. Tapi, pak tua itu tak ingin mencari ribut dan memilih untuk berlalu saja meski hanya bisa menelan ludah yang sudah terlanjur kering.
Bagaimana persepsimu terhadap kehidupan?
Jika kau menganggap dunia ini kejam… maka lihatlah warga Gaza dibombardir dengan keji. Sekian lama negeri mereka dijajah, para pejuang difitnah teroris, masyarakat sipil dibunuh karena alasan yang tak masuk akal. Tapi, mereka tetap bertahan sambil menyebut satu nama — Allah — nama yang merupakan simbol kekuatan dan pertolongan, membuat mereka yakin akan hari kemenangan. Dan meskipun hari ini masih hidup, di detik selanjutnya tak ada yang tahu… mereka bisa saja terbunuh. Namun, itu semua tidak membuat mereka ragu untuk melangsungkan kehidupan ini.
Tidakkah kau lihat di sekelilingmu… ada banyak kesulitan melanda umat manusia. Maka, telusuri siapa yang kesulitannya lebih parah darimu, dan tanyakan bagaimana cara mereka menghadapinya, lalu bandingkan dengan dirimu sendiri.
Terkadang, membandingkan satu hal dan lainnya itu perlu untuk membuatmu sadar bahwa ada manusia yang lebih susah hidupnya, namun mereka tidak mengeluh.
Membandingkan bukan berarti tandanya kau lemah. Membandingkan tidak melulu perkara benar dan salah. Lebih daripadaitu, membandingkan adalah bukti bahwa kau mau membuka mata dari segala sisi… dan semua hanya demi kebaikanmu di tahapan selanjutnya.
Kawan, usia tak ada yang tahu, tapi kematian pasti tiba. Hidup ini… jika terlalu banyak dihabiskan hanya untuk mengeluh, semua akan berakhir sia-sia.
Sisipkan waktu meski hanya beberapa menit untuk melakukan sebuah refleksi diri. Jika kau masih belum mampu memperbaikinya, paling tidak kau tak mengumbar kata-kata umpatan.
Karakter dibutuhkan untuk melihat sejauh mana kita berkembang. Manusia terus beranjak dari masa kanak-kanak hingga dewasa… hingga renta… jangan sampai umur terus bertambah tapi sikapmu masih berupa seorang anak kecil yang manja.
Jangan sampai mati tak berguna.
Sekarang, lapisi hatimu dengan baja, maka kau akan kebal terhadap kesulitan apapun. Dan sesulit-sulitnya kehidupan yang lau rasakan, kau tidak merasa lelah hingga berkeinginan untuk mengakhiri hidup.
Kawan, mati bunuh diri takkan pernah menyelesaikan masalah.
Bangunlah, berjalan perlahan dan lihatlah bahwa sebenarnya dunia ini penuh dengan warna.
Bukalah mata dan tataplah keindahan sebab dunia ini bukan hanya berisi jurang dan hutan belantara.
Dan dengarlah suara-suara yang dapat menyejukkan hati. Terpaan angin bukan hanya tentang badai; bisa juga memberi tiupan teduh. Suara hewan bukan hanya tentang menerkam, terkadan mereka juga mengajak bermain. Dan suara orang-orang yang sedang berbicara tidak melulu tentang saling menyalahkan, ada juga yang saling berbagi kisah bahagia yang membuat telinga terasa lebih hangat dan tenteram.
Kau… tak ada yang berhak menyalahkanmu atas kesulitan yang kau hadapi… atau kegagalan yang kau dapat. Kehidupan ini murni milik Tuhan, maka percayakan saja pada-Nya, dan lakukan yang terbaik semampumu. Sebab, yang menilai kehidupanmu bukanlah manusia tapi Tuhan semata. Sebab, nyawa yang kini bersemayam di ragamu bukan berasal dari manusia, tapi itu pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa.
Maka…
berhentilah menatap dunia ini dari sudut kehitaman
berhentilah mendengar suara-suara keluhan dan pesimistik
berhentilah menganggap kau satu-satunya makhluk yang kacau balau.
Sebagaimana perkataan orang-orang, di atas kita masih ada sosok lainnya. Begitupun sebaliknya, di bawah kita masih ada juga sosok lainnya. Maka, sehebat-hebatnya seseorang, masih ada lagi yang lebih hebat daripadanya. Dan sehancur-hancurnya seseorang, masih ada yang lebih parah lagi kehancurannya.
Tapi, ini semua tentang persepsi; ke arah mana kau melihat, menatap, merasakan, hingga memutuskan kehidupan ini… itu semua dapat mempengaruhi perjalanan hidupmu. Maka, jangan sampai salah pilih jalan, jangan sampai kau terjebak dalam sebuah ilusi yang tidak berpengharapan.
Sekarang kau sedang kacau dan berantakan, bukan berarti di masa depan kau masih bernasib sama. Oleh karena itu, hiduplah sampai kau berhasil melihat dirimu melalui segala hambatan yang ada. Bukankah suatu kebanggaan tersendiri bagi kita yang berhasil melalui rintangan hanya menggunakan kedua tangan dan kaki kita pribadi?
Ku doakan dirimu agar kau tetap berpegang teguh. Dan semoga kau tetap tidak menyerah.
Lebih baik mati di tengah perjalanan saat kau berusaha memperbaiki diri, ketimbang harus mati karena bunuh diri.
Kau adalah orang yang bisa mengubah kata “percuma” menjadi kata “berguna”.
Berlarilah jika kau sanggup. Jika tidak, maka cukup berjalan santai saja. Lagipula, hidup ini bukan tentang siapa dia yang cepat, tapi tentang siapa yang bersungguh-sungguh .
Lalu, bagaimana persepsimu tentang kehidupan ini?
Tulisan ini penulis angkat setelah maraknya berita tentang kasus bunuh diri; dan sebagian besar dari kalangan mahasiswa. Semoga dari tulisan ini dapat membuka pikiran kita untuk menatap kehidupan ini dari berbagai sisi hingga membuat kita mengerti bahwa mati bunuh diri berarti mati sia-sia.
— BREAKING REZA —