November Bercerita

Reza Fahlevi
2 min readNov 25, 2021

— —

Kadangkala, ia menagis sebab sudah tak tahan apa yang menyerang hati secara berlebihan.

Membabi buta gejolak-gejolak memberi kesan perih dalam balutan penderitaan, pada akhirnya hanya November yang menitipkan kata-kata penyejuk melalui butiran gerimis syahdu.

Ada beberapa fase kebahagian, secara bertahap bergantian menyapa pagi. Aku melihat redupnya langit, juga menatap indahnya pelangi di ujung hari.

Berekspresilah sesukamu, aku memilih menutup diri di dalam puisi-puisi ini. Semua sudah lebih cukup untuk bercerita tentang tawa dan air mata.

Karna seakan silih bergantinya ini itu, kita hanya berputar di roda yang sama, di jarum jam yang sama, dan perasaan batin yang juga tak berbeda.

Dan ada kisah di pertengahan November, ia seakan memulai harapan dengan doa. Tapi di setiap penghujung malam hanya deraian pilu, terpampang jelas di depan cermin dirinya menatap.

Kau tak perlu berbohong, aku sudah lebih memahaminya.

Dia akan terus seperti itu, karna terbuai terhadap kenangan masa lalu.

Berharap yang tidak mungkin, mereka akan berkata bahwa aku hanya menyia-nyiakan waktu. Tapi, kau juga begitu… dia pun demikian.

November adalah milik kita yang punya sejuta memori untuk diilustrasikan dalam kata.

Puan terkadang membagikan emosi perasaannya, aku terduduk termenung dan menikmati ia berpuisi redup… hanya ombak ini yang menjadi pengiringnya.

Kesejukan yang menusuk kulit, November adalah hujan yang akan memberi makna dan warna bagi mereka yang berharap demikian.

Aku menitip doa karna tak ingin mengkhianati kalbu. Si puan tetap bersama sajaknya sejak petang tadi.

Ada kalanya kita membisu dan sulit mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi. November akan datang bersama alunan rintikannya.

Dan aku tak pernah berbohong, kau tau itu.

Setiap saat kesucian pagi berlalu, hanya ingin bersikap seadanya. Kita adalah para pencinta yang berharap terlalu banyak.

Bahkan terkadang November tertawa, ia juga sering mengumbar senyuman. Karna seperti itulah Tuhan menitipkan November sebagai penghibur jiwa-jiwa yang sepi dalam selimut cinta yang ingin terbang bebas menuju orang terkasih.

Pergilah ke ujung samudra jika kau berkemampuan, aku akan menanti kepulanganmu dengan setia.

Ku beri imajinasi burung merpati putih, begitulah warna harapanku kepada si wanita yang sedang menanti lelaki idamannya.

Barangkali terlalu terusik oleh kehadiranku, November selalu siap menjadikan dirinya sebagai wadah pelampiasan.

Tapi sekali lagi kita bercerita… sekarang saatnya diam dan memahami apa yang dibisikkan oleh November kepada para pejuang hati.

Dia akan terus mencinta selama dirinya punya hati yang teduh di dasar sana.

— BREAKING REZA

--

--