N U R M A L A
— —
Belum dapat ku pastikan. Masih dalam selimut keraguan. Kau… juga masih terduduk diam di hadapanku. Selalu seperti itu.
Masih belum bergerak, padahal hati terus saja bergoncang setiap saat ku tatapi dirimu yang terkadang juga melirik ke arahku… sambil sesekali mengumbar senyuman yang hampir tak pernah gagal membuatku terpesona.
Bayangan kelam di masa lalu masih menghantui jalur kemudi denyut nadi. Seakan pupus oleh trauma mendalam. Aku yang mencintai sepenuh hati dianggap sebagai omong kosong belaka. Lalu, apa kau seperti wanita itu?
Entah kenapa setiap saat ku lirik matamu, aku berasumsi seperti dikau punya suatu penantian dariku. Apa benar?
Ku gumamkan isi hati hanya sebatas uangkapan tersirat. Sampai detik ini aku terus bertanya-tanya… apakah cinta ini memang tertuju kepadamu…?
Sejak malam itu, kau membuatku terus membayangimu dalam dunia imajinasi ini. Apa seperti itukah cinta?
Sejak malam itu, kau terus hadir dalam ruang hampaku. Apa seperti itukah cinta?
Sejak kau duduk di sampingku, aku tak dapat memungkiri bahwa auramu telah menetap jauh ke dasar lubuk kalbu. Apakah itu yang dinamakan cinta?
Bahkan, juga ada namamu yang terlantun begitu saja tanpa ku pinta. Saat ku perintahkan hati untuk berhenti menyebut-nyebut namamu, tapi aku malah semakin keras mendengungkannya dalam kesunyian.
Ingin diriku berterus terang bahwa hati ini sudah tak sanggup lagi menahan laju perasaan yang sudah lama ku sembunyikan. Tapi…
Tapi entah kenapa aku tak bisa.
Sejauh perjalanan ini ku lalui hari-hari, apa kau juga menyimpan cinta terhadapku, duhai wanita?
Sebuah abaian cinta yang ku terima di tahun-tahun belakang seakan membungkam hati untuk berterus terang. Tapi, seharusnya kau adalah perempuan yang berbeda dari dirinya. Ya, seharusnya begitu.
Dan apabila ku ungkapkan perasaan ini suatu hari nanti, apa kau suka…? Atau malah benci…?
Sungguh, betapa aku tak punya jawabannya.
Tapi kejujuran yang ku miliki adalah, detik-detik seperti menjadi saksi bagaimana aku terus mengadirkanmu sebagai pelipur lara sunyinya hati ini.
Selebihnya, aku tak punya cukup kata-kata untuk mengilustrasikan, kenapa aku mencintaimu. Aku bukan lelaki yang suka banyak mengoceh.
Sebab, ini semua menyangkut hati. Untuk menyatukan rasa, cukup dengan memiliki rasa yang sama di hatimu. Maka, semua akan bersatu dengan sendirinya.
— BREAKING REZA