Kamu Dan Penyakit Mental
Luka Yang Tak Terlihat Lebih Menyiksa Dari Luka Yang Terlihat
Kemarin baru saja kita berada di sebuah hari yang mana orang-orang memperingati hari penyakit mental. Tak dapat dipungkiri bahwa penyakit mental merupakan salah satu musuh terbesar yang dimiliki oleh setiap pribadi. Rasa sakitnya pun berbeda dari sakit fisik yang kita rasakan. Jika sakit fisik dapat kita rasakan dan bisa kita lihat dengan jelas lukanya. Penyakit mental hanya dapat dirasakan tapi tak pernah bisa kita melihat di mana lukanya. Perbedaan inilah yang menurut penulis bahaya penyakit mental tak kalah dari sakit fisik, bahkan mungkin terasa lebih menyakitkan.
Ada beberapa jenis penyakit mental seperti mengalami resah, gelisah berlebihan, gugup, takut akan suatu hal secara berlebihan, phobia, trauma, depresi, bahkan hingga patah hati karena putus cinta. Tak bisa dianggap remeh penyakit-penyakit ini. Sebab, semuanya ada, terbentuk dan menyerang batin seseorang. Oleh karena itu, penyakit yang seperti ini lumayan susah untuk diobati. Tidak seperti penyakit fisik yang dapat disembuhkan dengan obat, penyakit mental dibutuhkan kesadaran oleh pribadi masing-masing untuk melawan dari derita yang menimpanya. Semakin seseorang itu menyadari kekacauan yang terjadi di dalam dirinya juga disertakan dengan usaha untuk menyembuhkan batinnya, semakin ia mampu mengontrol diri dari penyakit mental tersebut, dan begitupun sebaliknya.
Ada banyak sebab kenapa seseorang bisa menderita penyakit mental. Contohnya seperti gelisah dan trauma. Beberapa orang mengalami gelisah dikarenakan ekspektasi yang terlalu besar akan suatu hal. Ia takut jika sewaktu-waktu ekspektasinya tersebut tidak berjalan sesuai dengan rencana. Maka, oleh karena kian terbebani oleh harapan besar, hatinya semakin tidak tenang untuk menjalani aktivitas. Trauma akan masa lalu juga bisa menjadi penyebab gelisah menyerang batin. Ada orang yang pernah melakukan sebuah kesalahan besar dalam hidupnya yang membuat orang lain marah, kecewa, menjauhinya, hingga tak lagi menganggapnya sebagai seorang kerabat, hal ini dapat memicu seseorang takut untuk melakukan hal baru, takut akan kesalahan yang sama terulang lagi. Maka, terbentuklah dalam dirinya gelisah tak menentu disertai dengan rasa trauma yang disebabkan oleh kesalahan fatal yang pernah terjadi di masa lalu.
Penyakit mental juga terkadang diderita oleh seseorang karena memiliki masa kecil yang buruk. Masa kecil yang seharusnya bahagia namun yang dirasakan adalah penderitaan, kekerasan, pelecehan, ejekan, ataupun bullying. Salah satu dari kejadian tersebut yang apabila pernah dialami oleh seseorang dan masih membekas di dalam dirinya hingga ia dewasa, hal ini dapat membuat ia trauma. Trauma bisa saja ia takut atau ingin membalaskan perbuatan buruknya itu kepada orang lain sebagai pelampiasan. Itulah kenapa kebanyakan anak yang sering dipukuli oleh orang tuanya, ketika besar ia juga berperilaku seperti orang tuanya. Begitu juga dengan korban bullying, korban biasanya ketika beranjak dewasa, jika bukan melampiaskan bully-an itu kepada orang lain, maka ia pasti takut, penyendiri, atau memiliki kondisi hati tidak stabil yang kadang-kadang ia senang namun dalam sekejap berubah menjadi sedih hingga menangis sejadi-jadinya.
Sebagai manusia, kita tentu tidak bisa menganggap remeh penyakit mental ini. Ia dapat menyerang seseorang dari mana saja dan kita tidak pernah bisa melihat di mana letak lukanya. Itulah mengapa terkadang ada orang-orang yang emosinya tak dapat dikontrol, cepat marah, sering murung, menangis tiba-tiba tanpa ada sebab yang pasti. Sebenarnya, itulah rasa sakit yang sedang diderita oleh mereka. Tidak bisa diutarakan dengan kata-kata bagaimana rasa sakitnya melainkan luapan emosi yang keluar sebab sudah tak tertahankan lagi akan beban di batinnya.
Oleh sebab itu, jika ada kerabat atau keluarga kita yang mengalami penyakit mental, apapun jenisnya, sebisa mungkin bagi kita untuk mencoba mengerti akan kondisinya saat ini. Mungkin yang mereka butuhkan adalah seorang pendengar untuknya curhat, mungkin yang mereka butuhkan adalah perhatian yang selama ini belum mereka rasakan. Yang mereka butuhkan adalah pengertian, kepercayaan, dukungan dan segalanya yang dapat membuat kondisi mereka menjadi stabil. Usahakan sebiasa mungkin untuk tidak menyalahkan apapun keluh kesah mereka yang mungkin terdengar mudah bagi kita namun itu terasa berat bagi mereka. Maka, jangan sesekali menganggap remeh penyakit mental ini.
Dan untuk mereka yang saat ini sedang mengalami depresi, gelisah, takut, patah hati dan penyakit mental lainnya, percayalah bahwa semua yang sedang dihadapi itu akan usai. Penyakit mental itu memang terlihat sebagai sebuah kekurangan dalam diri seseorang, tapi dibalik itu pasti ada sebuah kelebihan ataupun sebuah kekuatan besar yang mampu menjadikan seseorang menjadi hebat. Maka lawanlah agar kekuatan itu muncul dari balik hati yang sudah ternodai oleh penyakit-penyakit mental tersebut.
Tak ada yang tak mungkin. Memang banyak terjadinya kasus bunuh diri disebabkan karena penyakit mental tersebut. Tapi, semua memang harus dilawan dan orang yang dapat mengakhiri derita batinnya hanya dirinya seorang, tak ada orang lain. Semua diawali oleh diri sendiri. Orang lain boleh saja memberikan dukungan ataupun motivasi, tapi agar kedua hal itu melekat dalam pribadi seseorang maka gerakkan diri sendiri terlebih dahulu dengan terus melawan penyakit mental itu. Itulah obat terampuh untuk menyembuhkan penyakit mental, yaitu diri kita sendiri.
Adanya peringatan hari penyakit mental ini semoga dapat membuka pikiran serta hati nurani setiap manusia bahwa luka yang tak terlihat itu lebih menyiksa dan menyakitkan dari luka fisik. Kita tak pernah tahu letak lukanya dan kita juga tidak pernah tahu bagaimana bentuk bekas lukanya. Itulah luka yang tak berdarah, penyakit mental.
— Reza Fahlevi