JERITAN HATI
Mengejar angan
Meraih mimpi
Bersuka bahagia
Berubah sedih
Sirna
Tenggelam
.
Terbentuk kembali
Hancur lagi
Berusaha tetap hidup
Di balik rasa mati dari dalam
.
Kehancuran
Mimpi buruk
Menggantikan semua hal terindah
Musnah
Musnah
MUSNAH…!
.
Benci
Ingin marah
Kepada siapa?
Entahlah
Entahlah
Aku bingung
.
Telingaku tuli
Hatiku mendendam
Wajahku berang
Semua tujuan tak pernah bisa ku capai
Lalu, harus bangkit berapa kali lagi untuk membuktikan pada diri sendiri?
Aku bangkit hanya untuk terjatuh lagi
.
Aku marah
Aku marah
AKU MARAH
.
Ingin melampiaskan semua
Ingin menyalakan api
Ingin mengekspresikan kesakitan
Tak ada yang peduli
SATU PUN TAK ADA YANG PEDULI
Karna mereka juga punya luka terpendam
.
Ingin mengadu nasib
Terasa percuma
Ingin menyerah
Sama saja
.
Sudah ku tangisi semua kegagalan
Sudah ku maki semua kegagalan
Sudah ku hina-hina diriku sendiri
Dan semua masih juga belum baik-baik saja
.
Sudah ku maafkan sisi kekurangan
Sudah ku relakan penyesalan
Hidup serta dalam belenggu rantai besi
Aku masih terjebak
Di dalam lingkaran ketidakberdayaan
.
Murung
Hampa
Kacau
Bukankah aku masih tetap mengharapkan yang terbaik?
Lantas… kapan?
Kapan nasib ini akan berubah?
.
Mereka mudah saja berbicara
Mereka juga mudah saja menghakimi
Juga terlalu mudah memberi penilaian
Seharusnya mereka diam saja sambil memikirkan nasib
Banyak gunjingan yang tak mereka dengar di depan mata
Tapi terus terdengar di telingaku
Lantas mereka berani-beraninya berkata “kau sudah melakukan kesalahan fatal…”
.
Kini, buang jauh-jauh wajah manismu
Sudah tak terpengaruh lagi akan pesonamu
Kau memberi kata-kata pelipur
Tapi sebenarnya kau tidak benar-benar peduli
Hanya merasa kasihan
Dan sama sekali tak berniat hidup bersamaku
HIDUP BERSAMAKU…
.
Mulai sekarang
Jangan jadi sosok munafik
Perlihatkan di hadapanku siapa dirimu sesungguhnya
Katakan padaku bahwa kau tak ingin melihat wajahku
Katakan padaku bahwa kau menganggapku sebagai orang terbodoh di dunia
Katakan dengan jelas bahwa kau tak pernah mengharapkanku hadir di kehidupanmu
Kita harus belajar menjadi pembenci
Kita harus belajar cara mengobarkan api
Kita harus belajar untuk saling menikam hati
Agar kita tahu… semua itu tak ada gunanya untuk dilakukan
.
Dan coba katakan,
Siapa yang bersedia hidup denganku?
Yang penuh dengan kegagalan
Yang hidup dalam ketakutan
Yang mengalami trauma
Yang lemah tak bertumpu
YANG BODOH DALAM URUSAN CINTA
.
Aku baik-baik saja
Aku masih baik-baik saja
Dan akan tetap memaksa untuk baik-baik saja
SAMPAI KU EMBUSKAN NAPAS TERAKHIR
Barangkali kau kan sadar
Siapa yang pernah menitipkan doa tersirat kepada Tuhan ketika kau menangis pilu karna tikaman cinta
.
Dan setelah nanti aku pergi
Carilah sosok yang bersedia mendoakanmu dengan segenap kekurangan yang kau miliki
Carilah dia yang mau menyisihkan waktu sibuknya untuk memikirkan dirimu
Carilah sosok itu yang tak kenal lelah melisankan namamu
Seperti yang pernah ku lakukan
.
Lantas… kau tahu?
Ya kau memang tahu
Tak ada yang mau menerimaku
Si lelaki yang selalu menulis puisi
Kepada wanita yang pernah ia harapkan menjadi bagian dari kehidupannya
.
Cukup sudah
AKU SUDAH CUKUP LELAH MENGATAKANNYA
Dan aku takkan kembali untuk kedua kalinya
SETELAH MEMUTUSKAN PERGI
Meski nanti aku pergi dengan segenap kebencian yang ku pendam
Pada akhirnya
Kebencianku tidak membuatmu tersiksa
Itu karna… KAU TAKKAN SANGGUP MENGHADAPI KEBENCIANKU
SEBAGAIMANA AKU MENGHADAPI RASA BENCIMU… YANG SENGAJA KAU LETAKKAN DI LUBUK HATIKU