Fase…

Reza Fahlevi
4 min readAug 29, 2021

--

Jangan mudah terpengaruh, kau sedang berjuang mendapatkan cinta dan kasih-Nya. Lakukan dengan sepenuh hati, karna jerih payahmu, air matamu, keringatmu, juga rasa khawatirmu akan menjadi saksi betapa kau sebenarnya peduli dalam diam.

Terlalu awal bagiku untuk menyimpulkan bagian akhir. Ada drama yang harus dilewati dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk, aku dipaksa untuk tegar.

Keadaan batin yang terkadang naik turun, di saat ku lihat mereka para tercinta terbaring lemah tak bertenaga. Bingung harus berbuat apa, aku hanya terduduk bisu sambil bertanya.

Harapan yang ku yakini hidup di dasar hati, cahaya yang ku percayai akan terus senantiasa menerangi arah jalanku. Rasa ini seakan terlalu berat untuk ku pikul di relung hati.

Menangis tersedu di dalam sanubari. Aku memberi kabar duka karna rasa khawatir yang berlebihan. Mereka… telah begitu lama terbaring di ranjang.

Ku belai kepalanya, ku beri sentuhan cinta dalam tergenggamnya tanganku dan dirinya. Ada ungkapan yang seharusnya ku lisankan di hadapan… tentang ketidaksiapanku untuk berpisah.

Telah ku titipkan ribuan doa sebagai tanda ketidakberdayaanku. Aku hanya meyakini bahwa Tuhan pasti merasakan denyut nadi ini yang berdetak tak karuan, ada rasa takut yang terus memberi kesan mimpi buruk saat ku mulai hari-hari.

Seolah buntu harapan persis setelah telinga ini mendapat kabar para pemilik jiwa kembali kepada Rabb. Terpaku langkah, merenung hati ini, sedang air mata tanpa pernah berhenti menitik di dalam hati.

Aku terlalu lemah, untuk menghadapi perpisahan. Aku sungguh tak sanggup untuk menjelajahi hidup tanpa mereka terkasih.

Jiwa ini semakin hampa di tengah keramaian. Bibir tak berhenti memberi senyuman palsu sebagai penghibur diri. Aku… terus… terus mencoba untuk kuat di saat raga semakin terbawa menusuk diri ke dalam aura kesepian.

Seakan akhir cerita bahagia tak kunjung bisa ku ciptakan. Aku terjebak dalam ruang yang penuh dengan duka tangisan.

Kepergian memang sesuatu yang sulit untuk dijalani. Memastikan diri untuk tabah dan tegar, tapi batin semakin rapuh menahan rindu yang tiada ujung.

Perpisahan yang ku takuti, ingin rasanya menjauh dan mengungkapkan isi hati. Aku ingin berkisah kepada mereka terkasih, aku ingin terus berada dalam dekapan kebersamaan.

Jika pun harus memilih, ku relakan nyawa ini terpisah lebih dulu dari tubuh, daripada memaksakan diri untuk melihat para tercinta menutup mata di hadapanku.

Oh Tuhan, aku tak ingin menjadi budak yang bersandar pada kelemahan. Mohon berikan aku kekuatan untuk menjalani ini semua.

Oh Tuhan, luluhnya hati dalam ketidakberdayaan, izinkan aku menerima aliran semangat yang dapat ku jadikan sebagai benteng pertahanan hati.

Wahai Tuhan, berita air mata ini terasa begitu mengais isi hati, pengorbanan yang harus dibentuk bersama kepasrahan… mohon, tanamkan rasa keyakinan penuh terhadap Janji-Mu, agar kami senantiasa melabuhkan hati dalam kepercayaan tulus.

Oh Tuhan, izinkan kami untuk mendengar kabar gembira setelah melalui rintangan yang bercampur aduk ini… kami lemah dan tak mampu, kami takut dan terlalu kecil untuk menyombongkan diri.

Dedaunan layu terlepas dari ranting, mekarlah yang lain bersama warna hijau kehidupan. Desir angin syahdu membawa kabar pelipur lara. Penantian panjang yang akhirnya ditangisi bahagia.

Akan tetap ku yakini dengan sepenuh hati… di balik rasa ketakutan dan keraguan. Aku menopang sukma dalam lantunan ayat-ayat suci.

Sebagaimana ayah yang berperan sebagai pelindung, dan ibu yang menjadi sosok keteguhan… adalah alasan diriku masih mampu bertahan di tengah lika-liku kehidupan…

Akan ada kemudahan setelah kesusahan. Akan ada kesembuhan setelah jutaan rasa sakit yang menyerang. Akan ada senyuman yang kembali terlukis di setiap bibir kita, setelah menahan laju tangis dalam penderitaan.

Pengorbanan yang ku berikan, adalah bentuk cinta yang tak pernah ku ragukan. Aku menyayangi mereka sebagaimana mereka mengecup keningku dalam dekapan hangat yang membenamkan kesejukan tajam.

Berliku-liku kehidupan ini, tak ada yang ku harap selain menjadikan diri untuk terus kuat. Ku lalui karna aku yakin, semua berawal saat Tuhan telah memberi kepercayaan-Nya padaku.

Tak ingin ku khianati perasaan yang berlandaskan cinta dan kepedulian. Tak ingin ku abaiakan mereka yang termakan usia.

Aku akan terus duduk di samping, dan hanya kedua tangan ini yang akan bercerita… betapa diri ini begitu lemah jika tanpa mereka berdua.

Kuatlah, berjuanglah dan lawanlah. Aku meyakini ini sebagai simbol kekuatan, karna tak semua orang sanggup menghadapinya seperti yang kalian lakukan. Semangat untuk terus hidup, aku ingin melihat senyuman dari kalian sebelum mataku tertutup untuk selamanya…

Hingga nanti kita berjumpa dengan berita suka cita, izinkan aku untuk membahagiakan mereka dengan segenap jiwa yang ku punya.

Cerita di balik cerita, aku berlalu dari setiap fase yang berliku.

Cerita di balik cerita… tertulis di dalam buku harian ini… di antara air mata dan juga pengorbanan.

Bersama kita akan kembali kuat, bersama kita mengukir bagian akhir kisah yang indah

Aku percaya, kau pun juga

Puisi ini ditulis sebagai dukungan untuk kedua orang tua penulis yang saat ini sedang sakit-sakitan. Juga sebagai dorongan motivasi kepada sanak keluarga serta mereka yang sedang berjuang melawan rasa sakit. Semoga ada satu kebaikan nyata di balik kesulitan. Semoga, Allah mengangkat penyakit mereka dan kembali pulih seperti sedia kala. Kabar gembira itu akan tiba, kabar gembira itu adalah kesembuhan. Berjuanglah!

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet