Di Ujung Sajadahmu

Terangi hati yang perlahan memudar

Reza Fahlevi
3 min readJul 16, 2020

Picture was taken from:

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcRGBfZmLNyG2D75rEhBcCyozE7QPT_0RshP4A&usqp=CAU

Menjalani hidup yang penuh dengan lika-liku itu memang susah, menyulitkan, penuh rintangan, perjuangan, air mata, hingga terkadang menemui jalan buntu yang terkadang terlintas dalam pikiran ingin menyerah. Sesuatu yang berawal memang harus diakhiri, dan setiap orang punya caranya sendiri untuk mengakhiri beban pikirannya.

Setiap orang pun punya tingkatan lika-liku tersendiri. Tak bisa kau menyamai apa yang dirimu hadapi dengan yang dihadapi oleh orang lain. Tidak, sama sekali tidak.

Setiap hari mata terbangun dari lelapnya tidur, memulai segala rintangan yang telah menanti di depan. Lalu langkah demi langkah berlalu dari teriknya matahari atau dari ganasnya badai yang melanda. Mata yang awalnya dipenuhi oleh sinar harapan perlahan menghitam seiring apa yang hendak diraih dan didapatkan tak kunjung tiba di sisi.

Lelah.

Begitulah terasa saat kau berhenti dari langkahmu yang telah berada setengah dari jalan awalmu.

Putus asa.

Begitulah rasanya saat yang kau impikan tak satupun bisa mewarnai cita-citamu yang telah lama kau genggam.

Depresi.

Begitulah gambaran dirimu saat kau merasakan segala tekanan batin yang tak kunjung padam dari dalam hatimu.

Ingin menyerah.

Begitulah dirimu saat semua hal yang telah kau usahakan tak satupun dapat menjadi kenyataan.

Ingin mengakhiri langkah, berhenti dan tak ingin melanjutkan perjalanan lagi. Karena, semua terlihat sia-sia, berlalu meninggalkanmu, melenyapkan segala motivasi hidupmu, dan menghancurkan setiap cahaya batinmu di dalam sana.

Tapi hidupmu adalah milikmu seorang. Dan hanya kaulah yang mengerti tentang penderitaan yang selama ini kau derita. Hanya kau yang tahu alurnya dari awal hingga saat ini. Dan hanya kau yang dapat memilih untuk langkah selanjutnya; ke mana kau akan menuju setelah segala penderitaan menghampirimu; menyapamu di pagi hari, dan terus menghantuimu di malam hari.

Tapi jika kau mau, kau bisa saja melawan segala rasa resahmu itu, semua yang membenamkan cahaya dalam hatimu, semua yang menghitamkan mimpi dan cita-citamu. Kau bisa melawannya.

Dan aku tahu kau sudah melakukannya berulang kali. Melawan, menghancurkan, membakar segala penderitaan batinmu itu. Kau sudah melakukannya dan aku tahu.

Tapi… lakukan lagi, lagi dan lagi. Terus lakukan hingga usahamu itu sama sekali tak ada gunanya. Dan terus saja lakukan hingga kau menutup mata hingga kau tak lagi bernapas, hingga nyawa terpisah dari tubuhmu. Di situlah kau sudah berhenti melakukan dari segala usahamu.

Teman, ketahuilah, Tuhan tidak menyuruh kita untuk hidup di dunia ini hanya untuk mencari, mengejar ataupun meraih semua impian dan cita-cita kita. Tidak duhai teman. Tapi Tuhan ingin saat kau memulai harimu, adalah awal dirimu mengingat-Nya. Yang saat matahari kian tinggi dan memanasi bumi ini dengan sinar dahsyatnya, kau tak pernah meleleh tuk melantunkan nama-Nya. Yang saat di tengah malam sunyi nan sejuk, kau juga masih senantiasa bersujud kepada-Nya.

Teman, hatimu itu milikmu yang diberikan oleh Tuhan untukmu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Maka isilah pemberian Tuhan itu dengan senantiasa mengingat-Nya. Berdoa kapanpun dan di manapun kau berada, agar cahaya di hatimu itu tak pernah padam. Dan pasti, dengan sendirinya cahaya itu akan terus mewarnai hatimu untuk menjalani hari-hari yang penuh dengan tantangan.

Sujudlah dengan air mata. Berdoalah sambil melantunkan ayat-ayat suci. Memohonlah. Dan jika terasa begitu berat, teteskan saja air matamu itu. Karna sungguh Tuhan selalu melihatmu dari setiap usaha yang kau lalui. Karna semua yang kau hadapi dengan perjuangan akan tercatat di sisi Tuhan sebagai langkah baikmu. Dan karna Tuhan ingin melihat bagaimana kau dapat melalui segala rintangan, tekanan, dan penderitaanmu itu; sebagaimana Ia selalu percaya padamu bahwa kau pasti dapat melaluinya.

Maka, ketika Tuhan telah percaya padamu, kenapa kau masih ragu terhadap dirimu sendiri? Maka, ketika Tuhan tahu bahwa kau pasti sanggup menghadapinya, apa yang membuatmu kian terbenam dan menyerah?

Kuatkan ikatan tali sepatmu. Kenakan kembali jaket hitammu itu. Dan mulailah berdiri lagi untuk melanjutkan sisa petualangan hidupmu. Laluilah setiap lika-liku itu, jadikan sebagai kekuatanmu. Setiap luka yang tergores di hati akan mengajarkanmu arti kehidupan yang sesungguhnya. Maka, jangan menyerah.

Ukirlah cerita yang kelak akan kembali kau lihat di istanamu, yang memang sengaja Tuhan sediakan untukmu. Berlalulah dari setiap langkahmu dengan serpihan semangat, hingga Tuhan memanggilmu untuk pulang dengan rasa bangga terhadapmu.

Percayalah. Kau pasti bisa.

15 Juli 2020

Banda Aceh

— breaking reza

Judul puisi ini terinspirasi dari sebuah tulisan Zury Muliandari dalam https://link.medium.com/OGtDNzp497

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet