Di Sudut Jalan Tol

Reza Fahlevi
2 min readNov 7, 2021

Termenung lagi, membayangi wajahmu di bawah rintikan hujan ini.

Terlampiaskan lagi, emosi batin dalam balutan hawa kegelisahan. Aku mencoba baikan dengan diri sendiri.

Meski dikau masih belum mendengar ungkapan ini, mungkin waktu belum tiba, atau angin belum juga membawa suaraku padamu.

Dan termenung lagi, mendengar namamu tersebut indah di dalam hati. Tak ku ketahui apa yang sedang terjadi padamu.

Berkicau pada rerumputan hijau, kau mekar seiring berlalunya hari. Hanya senyumanmu yang terus terbias di balik bola mataku.

Berkicau pada rerumputan kering, aku terlalu lemah untuk berharap… berharap mendapat kabar suci darimu.

Karna senja tak hadir di petang ini, aku harus mencari keberadaan cahaya yang sesaat lagi ‘kan lenyap.

Karna langit mendung, aku kembali mengingat masa lalu saat kita bercerita di bawah atap awan kelabu…

Ada gerimis yang menemani, sejuk auranya terbawa masuk ke relung nadi. Kita menjadi peka terhadap apa yang kita sembunyikan.

Bagaikan seduhan teh hangat, kita ditemani oleh rasa yang hendak menyatu… tapi terlihat mustahil.

Ku bayangkan sejenak dirimu di awan hitam, berharap kau mampu menyinari langit yang menangis, seperti hatiku yang tersedu dalam merasakan gejolak rindu.

Membayangkan engkau berhenti hadir dalam mimpiku, karna nanti suatu hari kau akan berada tepat di hadapanku sambil mengumbar senyuman yang ku candui itu.

Aku ingin mengingat sebuah jalan yang seakan menjadi saksi bertemunya langkah kita. Di sana ada ukiran cerita, di sana ada pertinggal kenangan, di sana… aku melihatmu tersenyum syahdu.

Tapi… apa kau juga merasakan hal yang sama sepertiku?

Rahasia yang tersembunyi ini semakin membara dari dalam, aku tak tau cara menaklukkannya.

Rahasia cinta yang ku pendam, masih tak tau bagaimana caranya aku mengungkapkan kebenarannya kepadamu.

Di sini, aku semakin mengkhawatirkanmu di sebelah jalan tol sana…

Apa kau juga demikian… Awsya???

Breaking Reza

--

--