Di Dalam Buku Harian Jimmy

Prolog 2

Reza Fahlevi
3 min readMay 21, 2024

Tahun 1994, di daerah pelosok Jepang

— —

Di tengah nyenyaknya tidur, seketika tubuh Khalid tersentak dan membuat ia membuka pejaman mata. Kedua bola mata langsung terbelalak ketakutan seperti baru saja melihat setan. Di samping itu, sekujur tubuhnya penuh dengan keringat, serta ia juga bernapas dengan buru-buru.

Ada sekitar 2 menit kemudian, Khalid bangkit dari berbaring dan duduk dengan posisi kedua kaki lurus. Baru saja menegakkan tubuh, ia spontan merintih kesakitan; kedua tangannya bergerak sendiri menyentuh bagian dada. Rasa sakit saat pria berjubah hitam menendangnya masih terasa nyeri, hal itu membuat Khalid lumayan menderita.

Masih dalam posisi duduk di atas ranjang, Khalid tak tahu pasti pukul berapa sejak ia tersadar dari tidur panjang. Di dalam sebuah ruangan nan sempit yang hanya bercahayakan lampu pijar redup, dirinya menolehkan pandangan ke sisi atas kiri di mana terdapat ventilasi kecil. Tidak ada yang dapat ia lihat di lubang ventilasi kecuali hanya cahaya hitam — pertanda bahwa waktu masih belum memasuki pagi.

“Apa kau mengalami mimpi buruk?” tanya seorang lelaki bersuara berat.

Mendengar itu membuat Khalid spontan menolehkan kepala ke kanan, tepat ke sisi paling sudut ruangan itu. Di sana, ada seorang pria berkumis serta berjenggot tipis yang sedang duduk santai. Ia mengenakan pakaian serba hitam. Adapun di kedua jari telunjuk dan tengahnya, ada sebatang rokok yang ia himpitkan.

“Lebih buruk dari tempat ini…” gumam Khalid yang membalas pertanyaan pria misterius itu.

Pria itu lantas sedikit mengekeh. Ia pun lalu bangkit dan berjalan perlahan-lahan mendekati Khalid. Sambil melangkah, dirinya menarik rokok dan kemudian mengembuskan asapnya melalui hidung.

Saat sang pria sudah berdiri di sebelah Khalid, ia menatap lelaki muda itu dengan sedikit tajam.

“Wajahmu menjelaskan semuanya…” ujar pria tersebut.

Ujaran sang pria lantas membuat Khalid memandanginya dengan cukup dalam.

“Kau punya dendam yang ingin kau balaskan. Tapi, bukan kepada mereka yang tak berdosa — melainkan kepada orang yang pantas mendapatkannya.” lanjut pria itu.

Di sisi lain, Khalid sama sekali tidak menggubris perkataan pria misterius itu. Ia mulai beranjak dari atas ranjang, mencoba berdiri tegak sembari mengangkat kedua tangan hingga terdengar suara patahan.

Kreeekkk

Tepat di saat suara itu berbunyi, Khalid spontan mengerang, “aaaakkkhhh…”

Erangan Khalid dibersamai dengan dirinya yang langsung berdiri sedikit merunduk karena menahan rasa sakit di dadanya.

Di samping itu, pria misterius terus menatap Khalid sambil tersenyum. Lalu, dirinya bertanya, “apa kau menyesal sudah datang ke sini?”

Khalid tidak menjawab dulu — ia menjatuhkan tubuh ke lantai dalam posisi telungkup, dengan kedua tangan menopang tubuh. Sesaat kemudian, lelaki ini melakukan gerakan push up sambil menahan rasa sakit.

Setelah gerakan ke sekian, Khalid berujar, “aku datang… dengan tekad yang kuat. Jadi… tak ada alasan untuk menyesalinya.” kata lelaki ini sembari terus melakukan push up serta mengontrol laju pernapasan.

“Ku akui tekad besarmu itu. Tapi, seberapa yakin kau bisa bertahan lama di sini? Tempat ini… bagaikan neraka jahanam — tak ada rasa kasihan sama sekali.” lanjut lagi sang pria misterius.

Khalid lantas menghentikan gerakan push up setelah hitungan yang ke 100. Ia mulai berdiri tegak namun tetap masih menahan rasa sakit.

Di momen ini, lelaki belia tersebut menatap pria misterius dengan cukup tajam. “Jika tempat ini bagaikan neraka, maka aku akan menjadi bara apinya.” katanya dengan tegas.

Sang pria misterius kembali tersenyum. “Aku suka dengan tatapan bengismu itu. Tapi, akan ku ajarkan padamu cara menatap musuh dengan lebih bengis dari yang kau lakukan saat ini.”

Perkataan pria misterius tidak ditanggapi lagi oleh Khalid. Lelaki itu beranjak ke sebuah lemari kusam yang tidak memiliki pintu. Ia lantas menanggalkan kaosnya — terlihat jelas ada beberapa lebam di sekujur tubuh Khalid, terutama di bagian dada serta punggung.

Setelah menanggalkan kaos serta menggantinya dengan yang lain, Khalid berdiri menghadap sang pria misterius.

“Kau punya banyak hal untuk mengubahku. Maka lakukanlah sesukamu, asalkan semua mafia yang nanti akan ku hadapi merasakan aura ketakutanku.” ujar Khalid.

Lantas sang pria misterius membalas dengan suara berat, “jangan memerintahku — kau sama sekali tak pantas mengatakannya. Tapi, jika kau memang berkeinginan kuat, maka lakukan semua yang ku perintah — karna aku bisa mengubahmu menjadi soso yang sangat ditakuti oleh musuh-musuhmu. Mereka bahkan bisa saja langsung takut saat baru mendengar namamu saja.”

Setelah mengatakan itu, pria misterius tersebut meninggalkan Khalid sendirian. Adapun lelaki muda itu berjalan ke sebuah besi yang tergantung di antara dua sisi dinding. Ia mengangkat kedua tangannya untuk bergelantungan di besi tersebut, kemudian menarik tubuhnya ke atas. Hal itu membuat otot lengannya terlihat lebih keras dari sebelumnya.

--

--