Di Dalam Buku Harian Jimmy

Prolog 1

Reza Fahlevi
3 min readMay 16, 2024

Tahun 1994, di daerah pelosok Jepang

— —

“Irasshaimase.” ujar seorang lelaki berjubah hitam dalam bahasa Jepang, yang berarti selamat datang. Ia menyapa Khalid, seorang laki-laki belia berumur 18 tahun.

Setelah mengucapkan salam, pria berjubah itu menatap Khalid dengan cukup tajam, bagaikan elang yang hendak memangsa. Lalu, sepersekian detik kemudian, dia lantas menedang dada Khalid hingga lelaki itu terempas dan terseret jauh beberapa meter.

Dengan menahan rasa sakit, Khalid lantas memaksakan diri untuk bangkit sembari memegangi dadanya. Belum pun seluruh tubuhnya berdiri tegak, sang pria berjubah tadi datang dengan cepat dan melayangkan tangan kanan untuk meninju dada Khalid sekali lagi. Namun, kali ini ia berhasil menangkisnya.

Tangkisan khalid membuat pria berjubah tersenyum sejenak, lalu dia menarik tangan kanannya dan mengangkat kaki kiri setinggi mungkin. Setelah itu, dirinya melakukan satu gerakan cepat untuk menendang pipi Khalid dengan keras. Akibatnya, laki-laki itu tercampak jauh dan seketika ambruk.

Melawan menyerah, Khalid cepat-cepat bangkit — kini dia berdiri dengan lumayan oleng sebab terjangan pria berjubah tadi lebih keras dari rasa sakit yang ia dapatkan di dada.

“Apa kita langsung latihan…?” tanya Khalid dalam bahasa Jepang, “aku baru saja tiba dan cukup lelah.” lanjutnya.

“Kau pikir musuhmu punya belas kasihan?” balas pria berjubah itu. Ia lantas kembali mendekati Khalid dan memberikan pukulan telak ke perut. Hal tersebut sontak membuat lelaki itu menyemburkan darah yang cukup banyak.

Khalid akhirnya terkapar dan tak sanggup bangkit lagi. Ia hanya menghela napas panjang. Dalam posisi terbaring pasrah, lelaki ini mencoba melirik ke sekitar tapi yang ia lihat hanya pandangan samar-samar.

Di sisi lain, pria berjubah mulai berjongkok di sebelah Khalid. Ia memandangi lelaki itu dari wajah hingga ke ujung kaki. Sesaat kemudian, dirinya menyentuh jaket Khalid yang cukup tebal.

“Kau datang jauh-jauh dari negaramu untuk tiba ke sini — rela melewati hadangan badai salju hanya untuk menemuiku. Aku sudah dengar sedikit tentangmu, anak muda. Tapi, apa yang kau cari di tempat ini? Apa yang ingin kau pelajari?” tanya pria berjubah ini.

Sebelum menjawab, Khalid malah batuk. Saking parahnya sampai membuat darah kembali menyembur dari mulut. Ia terus mencoba menangkan diri hingga tak lama berselang batuk pun berhenti.

Sambil menghela napas panjang, Khalid berkata, “banyak orang baik yang menjadi korban dari kebengisan orang jahat di sana. Aku… hanya ingin membantu sebisanya… demi keadilan.” katanya dengan terbata-bata.

“Keadilan apa yang kau inginkan?”

“Keadilan… untuk hidup… dengan damai… tanpa adanya rasa takut terhadap mereka yang berlaku jahat.” pungkas Khalid.

Mendengar itu, pria berjubah lantas tersenyum. Ia tidak lagi berbicara — sebaliknya, lelaki ini mulai bangkit dan berjalan perlahan-lahan meninggalkan Khalid yang masih terbaring kesakitan.

— —

Bersambung…

Menceritakan tentang segala hal yang pernah dilalui oleh seorang detektif bernama Jimmy. Ia memulai petualangannya sebagai sosok mata-mata rahasia dari Negeri Sakura, Jepang. Di sana ia sempat mempelajari segala macam teknik Ninja, termasuk cara bertahan seorang diri di tengah gempuran banyak musuh.

Dalam prolog ini, penulis akan mengisahkan sedikit tentang Detektif Jimmy saat ia berada di sebuah daerah pelosok di Jepang. Kala itu, sang detektif masih belum menyandang nama Jimmy.

Jimmy benar-benar menjadi sosok mata-mata rahasia bagi kota Banda Jivah setelah kembali dari Jepang. Dia menjadi orang yang cukup misterius, serta ditakuti oleh semua mafia yang ada.

--

--