Di Balik Cahaya Kegelapan

Tragedi berdarah

Reza Fahlevi
5 min readJun 21, 2024
Photo by Marcus Bellamy on Unsplash

Bagian 1

— —

Tepat di pukul 4 subuh, seorang wanita petugas penyapu jalanan berteriak histeris saat dirinya melihat ada seorang perempuan yang tergantung di sebuah tiang lampu jalanan. Mendengar teriakan itu, tiga petugas lain segera mendatangi temannya yang sudah terduduk pasrah sambil menutupi wajah. Ketika salah satu dari mereka bertiga sudah berada di samping wanita yang menjerit tadi, dengan spontan ia menoleh ke atas, tepat ke mayat yang tergantung itu. Lalu, hanya berselang satu detik setelahnya, dia pun tergeletak tak sadarkan diri.

Kini, semua petugas penyapu jalanan sudah menyadari adanya sesosok mayat yang tergantung. Lantas, salah satu dari mereka segera menghubungi polisi. Di sisi lain, dua wanita penyapu jalanan sudah terlanjur pingsan, termasuk salah satunya perempuan yang menjerit tadi.

Sekitar sepuluh menit kemudian, para polisi tiba ke TKP. Salah satu polisi yang mengenakan jaket kulit hitam datang mendekati mayat yang tergantung tersebut. Ia bernama El Arkan, seorang yang menjabat sebagai Kapolsek serta berpangkat AKP. Para bawahan El Arkan sering memanggilnya dengan sebutan Kapten El.

El lantas memperhatikan dengan seksama sosok yang sudah tak bernyawa itu; wajah dari mayat penuh dengan darah hingga membuat polisi ini sulit mengenalinya. Selain itu, pakaian yang digunakan oleh perempuan malang itu juga sudah koyak-koyak, dan terdapat begitu banyak luka irisan di sekujur dadanya.

Tak lama berselang, El memberi instruksi kepada seorang bawahannya. “Turunkan wanita itu.” ujarnya dengan suara berat. Sang bawahan pun segera memanggil beberapa temannya untuk menjalankan perintah Kapten El.

Ketika mayat perempuan itu selesai diturunkan dari tiang lampu, El dan beberapa polisi lainnya terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Salah satu polisi yang mengenakan kaos oblong hitam berlengan panjang terus membahas perkara mayat perempuan tersebut; matanya menatap lurus kepada Kapten El dan cukup serius. Sembari berbicara, ia juga menggerakkan tangan kanannya, seolah-olah tangan itu sedang mengikuti alunan pembicaraannya.

Saat sedang fokus mendengar ulasan polisi berkaos itu, mata El spontan melirik ke kiri. ada seorang laki-laki yang berjalan mendekat. Laki-laki tersebut mengenakan jaket hitam bersama sebuah topi dengan warna yang sama. Melihat itu, El pun langsung membalikkan posisi badan ke sisi kiri.

“Senang berjumpa denganmu lagi, detektif.” sapa Kapten El seraya menjulurkan tangan kepada laki-laki berjaket tadi.

Ya, pria berjaket itu merupakan seorang detektif. Polisi biasa memanggilnya dengan sebutan Detektif Fahri. Ia sudah sering menangani kasus-kasus kejahatan seperti yang dialami oleh mayat perempuan itu.

Detektif Fahri terlihat cukup berkharisma. Hal itu tampak jelas dari pembawaannya yang tenang, bersama raut wajah serta sorot mata nan tajam namun tidak terkesan seperti sosok yang bengis. Dengan pembawaannya begitu, sudah cukup membuat Kapten El beserta anak buahnya menyegani Fahri.

“Senang berjumpa denganmu juga, kapten.” sahut Fahri sembari meraih tangan El untuk bersalaman.

Tepat setelah keduanya saling bersalaman, El melanjutkan obrolan. “Kasus baru…” ujar sang Kapolsek, “awalnya perempuan itu tergantung di tiang lampu yang ada di situ. Dan, petugas penyapu jalanan menemukannya.”

Detektif Fahri tidak menanggapi apa-apa terhadap perkataan Kapten El. Dia memilih berjalan mendekati sosok mayat perempuan yang kini sudah terbaring di atas trotoar. Ada Sehelai kain yang menutupi sekujur tubuh jenazah itu.

Saat Fahri sudah berdiri di sebelah mayat perempuan, ia lantas berjongkok dan membuka sedikit helaian kain hingga tampaklah wajahnya, yang hingga sampai detik ini masih penuh dengan lumuran darah.

“Keadaan mayat masih tetap sama saat bawahanku menurunkannya dari tiang lampu.” ucap El yang berdiri di belakang Detektif Fahri.

Lalu, Fahri bertanya, “apa aku boleh melihat sekujur tubuhnya?”

“Tentu saja.” sahut sang Kapolsek sembari mengangguk.

Detektif Fahri pun menarik helaian kain itu hingga tubuh dari mayat sang perempuan terlihat jelas beserta dengan luka-lukanya. Di momen ini, sang detektif tidak berkata apa-apa melainkan hanya tetap fokus mendalami sesuatu. Saat ia sedang fokus, seketika ada firasat yang menghampiri batin sang detektif. Lantas dia pun memalingkan kepala ke kiri, tepat ke sebuah gedung yang gelap. Di sana, detektif dapat melihat dengan jelas bahwa ada sesosok bayangan yang sedang berdiri sambil memperhatikan lokasi kejadian. Meski hanya berupa bayangan yang samar-samar, namun Fahri seakan meyakini bahwa yang ia lihat itu adalah seorang laki-laki. Dan dengan gerak-geriknya di dalam kegelapan, hal itu sudah cukup membuat sang detektif menaruh rasa curiga pada orang tersebut.

Dari sosok bayangan hitam tadi, Fahri mengalihkan pandangannya ke sekitar. Dia melihat bahwa ada beberapa kamera CCTV yang terpampang di setiap tiang lampu jalanan, termasuk di tempat mayat perempuan yang tergantung tadi. Meski begitu, detektif merasa ada keganjalan dari beberapa kamera pengintai itu, yang menurutnya dapat sedikit memperumit kasus kematian sang wanita.

Lalu, dua menit berselang Detektif Fahri mulai berdiri. “Kapten…” ujarnya, “izinkan aku mengumpulkan beberapa dokumen. Aku akan mendalami kasus ini dengan lebih jeli lagi.”

“Menurutku, kasus ini bisa dengan mudah kita selesaikan. Lihat… ada banyak kamera pengintai di sekitaran sini. Barangkali dalam waktu satu atau dua hari, kita bisa menemukan pelakunya. Tapi, jika kau pikir kamera-kamera ity tak bisa membantu, aku tetap mengizinkanmu memiliki dokumen-dokumen yang menurutmu itu penting. Seperti biasa, kita bisa saling bekerja sama untuk menuntaskan kasus ini. Jadi, apapun yang kau dapatkan setelah mendalami beberapa dokumen yang kau maksud tadi, aku sangat berharap informasi darimu.”

“Baiklah…”

“Jadi, dokumen macam apa yang kau butuh?” tanya Kapten El.

Detektif Fahri lantas menyahut, “semua identitas korban. Barangkali dari situ aku bisa menemukan sesuatu.” sahutnya.

“Hanya itu…? bagaimana dengan rekaman CCTV…? kau tidak membutuhkannya?”

“Untuk saat ini, sepertinya tak ada gunanya kita mendalami rekaman kamera pengintai.”

“Apa maksudmu?” tanya Kapten El lagi sembari menaikkan satu alisnya.

“Barangkali… pelaku sudah melakukan sesuatu terhadap semua kamera CCTV yang ada di sekitar ini, hingga kita sama sekali takkan bisa mendapatkan apa-apa.”

Jawaban Detektif Fahri semakin membuat Kapten El bingung. “Aku tidak mengerti maksudmu.”

Di momen itu, baik El dan Fahri sama-sama diam, mata mereka pun juga saling menatap dengan cukup serius. Namun tak berselang lama, beberapa detik kemudian sang detektif melanjutkan, “jika kau tetap ingin mencari bukti dari kamera-kamera pengintai, maka lakukan saja. Tapi, lihatlah dengan lebih teliti — semua kamera CCTV sepertinya sama sekali tidak berfungsi.”

Kapten El lantas melirik ke kamera-kamera pengintai yang ada di sekitar. Benar saja yang dikatakan oleh Detektif Fahri, semua kamera itu terlihat seperti tidak menyala. Sang Kapolsek baru menyadarinya setelah ia tidak melihat adanya cahaya kecil berwarna hijau. Cahaya hijau itu hanya berupa titik kecil dan tertera di sisi kanan setiap kamera.

“Kau memang cukup jeli, detektif. Sepertinya ada seseorang yang meretas kamera-kamera itu. Dan sepertinya… sudah pasti itu ulah dari si pelaku. Dia benar-benar mencoba menghapus jejak kriminalnya sendiri.” ucap Kapten El.

Detektif Fahri tidak berkata apa-apa lagi. Ia langsung berjalan menuju ke mobil sedan putih, dan meninggalkan Kapten El bersama beberapa bawahannya. Meski tidak berujar sepatah kata pun, sang detektif sebenarnya sudah mengirimkan pesan singkat kepada El. Adapun sang Kapolsek segera mengambil ponsel dan membaca isi pesan yang dikirm oleh Fahri.

Dari pesan singkat itu, jelas bahwa detektif meminta kepada Kapten El untuk membahas perkara kasus mayat perempuan itu di kantor polisi. Selain itu, Detektif Fahri juga meminta sang Kapolsek agar dia menyuruh beberapa bawahannya untuk menandai sesosok pria yang yang bersembunyi di dekat sebuah gedung, di dalam kegelapan. Pria itu sendiri sudah berada di sekitar TKP tepat di saat Fahri tiba. Meski begitu, dari gerak-gerik tubuh serta sorot matanya, sang detektif tahu bahwa lelaki itu sebenarnya sudah ada di TKP jauh sebelum para polisi datang.

Bersambung…

--

--