Di Balik Cahaya Kegelapan

Tragedi berdarah

Reza Fahlevi
8 min read5 days ago
Photo by Marcus Bellamy on Unsplash

Bagian 2

— —

“Yang benar saja…?” tanya El kepada Detektif Fahri.

El dan Fahri saat ini sedang berada di kantor polisi. Mereka melanjutkan pembahasan perkara kasus seorang wanita yang tergantung di tiang lampu jalanan.

“Aku masih belum tau siapa sosok laki-laki yang berada di tempat gelap itu. Tapi, sepertinya dia tau banyak tentang kematian korban.” ujar Fahri.

Lantas El menyahut, “sepertinya dia bukan lagi tau banyak — barangkali dia juga terlibat.”

“Masih ada banyak hal yang harus kita lakukan sebelum memutuskan sesuatu kepada pria itu.”

“Jika kau menyadari ada sosok misterius di sekitar TKP, kenapa kau tak mengatakannya lebih awal? Harusnya kita bisa membawanya ke sini.”

“Bukan itu yang ku inginkan…” balas Fahri.

Di momen ini, Fahri tidak lagi melanjutkan pembahasan. Ia mulai bangkit dari duduk dan bersiap-siap untuk pergi. Saat sang detektif sudah berbalik badan dan hendak berjalan, dia mengurungkan niatnya dan memilih menolehkan kepala ke arah El.

“Seperti yang ku katakan, aku ingin mengumpulkan semua dokumen milik korban. Dan untuk pria misterius itu, aku sudah memberikan foto wajahnya padamu. Barangkali bawahanmu bisa mencarinya di suatu tempat. Tapi, aku juga akan mencarinya — ada hal yang ingin ku buktikan dari orang itu.” ujar Fahri.

“Aku tidak terlalu mengerti apa yang sedang kau rencanakan. Tapi, seperti biasa… aku tetap mengandalkanmu untuk menuntaskan kasus ini.” sahut sang Kapolsek.

Setelah mendengar perkataan El, Detektif Fahri segera berlalu dari ruangan Kapolsek. Ia terus beranjak keluar dari kantor polisi menuju mobil yang terpakir di pelataran parkir.

Tepat di pukul 11 malam, Detektif Fahri tiba ke lokasi tempat sang wanita tergantung. Ia berdiri di hadapan sebuah tiang lampu sembari menatap ke atas dengan menyilangkan kedua tangan di dada. Dia sedang membayangkan tragedi korban saat dirinya digantung paksa oleh sang pelaku. Di sekitar masih ada gambar posisi tubuh korban yang tergeletak di pelataran trotoar, tak lama ketika polisi menurunkannya dari tiang lampu.

Sesaat kemudian, Fahri menolehkan pandangan ke sebuah gedung. Selang beberapa detik kemudian, dia mulai melirik kamera-kamera CCTV. Ada empat kamera pengintai yang masing-masing terpampang di sudut atas tiang lampu jalanan. Dua tiang terletak di dekat sang detektif berdiri, sedangkan yang lainnya berada di seberang jalan.

Berbeda saat penemuan mayat wanita yang tergantung itu di mana keempat kamera CCTV sempat tidak berfungsi. Malam ini, semuanya menyala dengan normal.

Detektif lalu membalikkan posisi badan menghadap ke sebuah bangunan kumuh nan gelap. Bangunan itu sudah lama tidak dipakai, dan oleh karenanya kondisi gedungnya juga sudah lumayan rusak. Di situlah ia melihat sesosok bayangan mencurigakan pada saat malam tragedi tergantungnya sang perempuan. Meski terlihat hanya berupa bayangan hitam yang samar-samar, namun ia yakin bahwa sosok itu merupakan seorang pria.

Fahri lantas beranjak ke gedung kumuh tersebut dengan berjalan kaki. Begitu dirinya berada di pekarangan depan, ia menghentikan langkah dan menatap ke atas, tepat ke atap gedung. Setelah itu, detektif memandangi ke sekitar di mana yang ia lihat hanyalah cahaya kegelapan — hanya ada sedikit serpihan cahaya yang datang dari lampu-lampu di sekotar jalanan.

Oleh karena rasa penasaran semakin merasuki jiwa Fahri, lantas dia pun berjalan perlahan-lahan melewati pekarangan depan bangunan itu, hingga kemudian berada di dalamnya. Gedung kumuh ini bertingkat dua, dan detektif menerawang ke sekitar di dalam kegelapan — sebisanya — untuk mencari tangga. Sadar matanya tak mampu menemukan apa yang ia cari, maka sang detektif mengambil pistol — bukan untuk menembak melainkan untuk menyinari seisi area dalam gedung menggunakan senter yang terpampang di sisi depan senapannya.

Begitu cahaya senter dari pistol Fahri menerangi hampir ke seluruh area gedung, ia mulai mengarahkannya ke kiri, lalu ke kanan dan di waktu yang sama dia berhasil menemukan tangga — letaknya agak serong di sebelah kanan. Detektif lalu berjalan ke sana kemudian berhenti tepat di depan tangga. Awalnya ia hendak menaikinya namun ternyata anak tangga malah terputus di bagian tengah.

Lumayan jauh jarak anak tangga yang terputus itu, namun hal tersebut tidak membuat Fahri mengurungkan niatnya. Sang detektif pun mulai beranjak menaiki satu persatu anak tangga — ketika dia sampai ke tempat yang terputus, dengan penuh rasa percaya diri pria itu melompat, lalu menjalarkan kedua tangan ke atas untuk meraih anak tangga selanjutnya.

Kedua tangan Detektif Fahri berhasil menggapai anak tangga, lalu dengan cepat dirinya menarik tubuh ke atas. Saat ia sudah kembali berpijak, dengan segera lelaki itu melanjutkan perjalanan ke atas. Terdapat tiga ruangan dengan masing-masing hanya memiliki satu pintu. Dua ruangan terletak di sebelah kanan detektif, sedangkan yang satunya berada di sebelah kiri. Adapun di depan sana, Fahri melihat adanya jendela besar yang berlapis kaca, meski begitu kacanya sudah pecah setengah.

Fahri lantas berjalan menuju jendela kaca itu dan kemudian berdiri di depannya. Dari situ, ia menatap lurus ke arah tiang lampu di mana sang korban tergantung. Detektif juga melirik ke kamera-kamera CCTV yang pada saat kejadian sempat tidak berfungsi.

Ketika sedang memperhatikan situasi, ponsel Fahri bergetar. Ia pun mengambilnya dari dalam saku celana dan melihat El mengirimkam pesan.

“Aku sudah mendapatkan rekaman kamera pengintai. Ku harap kau bisa segera menemuiku di kantor.” begitulah yang ditulis oleh El.

Detektif Fahri lalu membalikkan posisi badan. Hanya selang beberapa detik kemudian, tanpa sengaja pistol yang ia genggam terjatuh. Lantas cahaya dari senapan itu menyorot sesuatu di lantai; bercak darah.

Fahri yang melihat adanya bercak darah seketika terkejut. Ia sama sekali tidak menyadarinya sesaat ketika tiba ke lantai dua. Samg detektif berdiam diri sejenak karena sedang memikirkan sesuatu. Sesaat kemudian, dia merunduk untuk mengambil pistol, lalu mulai menyorot cahayanya ke lantai, ke berbagai sisi. Bercak darah itu mengarah ke sebuah ruangan yang ada di sebelah kirinya.

Masih dalam posisi berjongkok, Fahri lantas menyentuh bercak darah. Tak lama kemudian, dia menyadari bahwa bekas darah itu belum terlalu lama.

“Apakah mungkin asumsiku selama ini benar?” tanya Fahri dalam hati.

Sang detektif semakin penasaran, namun ia tetap bersikap tenang dan memilih menelusuri bercak darah yang menuju ke sebuah ruangan. Saat dirinya berada di depan ruangan yang tertutup rapat oleh pintu, lelaki tersebut mencoba membukanya tapi terkunci.

Oleh karena pintunya terkunci, Fahri lantas berniat untuk mendobraknya. Tapi, sebelum dilakukan, ia malah mendengar suara orang berbicara, arahnya dari lantai satu. Maka, dengan cepat sang detektif berlari ke ruangan lain yang ada di seberangnya, dan kebetulan sekali pintunya tidak terkunci. Fahri pun segera masuk ke dalam, mematikan cahaya senter dan berdiam diri di situ itu.

Tak lama berselang, orang-orang yang berbicara tadi sudah tiba ke lantai dua. Suara mereka semakin terdengar mendekat saja, membuat Fahri yakin bahwa orang-orang itu sudah berada di sekitarnya.

“Buka pintunya…!” ujar seorang pria bertubuh kekar.

Mendengar itu, Fahri yang bersembunyi di balik pintu mencoba mengintip. Oleh karena situasinya gelap, ia tidak bisa menerawang lebih jauh. Meski begitu, detektif masih mampu menandai setidaknya tiga orang; dua pria dan satu lagi perempuan yang mengenakan jilbab berwarna hitam.

Seorang pria yang berdiri di samping perempuan berjilbab hitam membuka pintu ruangan yang sebelumnya hendak didobrak oleh Fahri.

Ctekk

Pintunya pun terbuka.

“Mereka memiliki kuncinya…” gumam detektif dalam hati.

Hati Detektif Fahri semakin penasaran terhadap orang-orang yang mencurigakan itu. Meski begitu, yang membuatnya bertanya-tanya adalah kenapa tidak ada sosok bayangan yang ia lihat ketika tragedi kematian korban. Padahal, sosok misterius itu memang bersembunyi di sekitar gedung kusam ini pada saat polisi sedang mengolah TKP. Dan lagi, sebenarnya detektif sudah mewanti-wanti bahwa kemungkinan besar ia akan bersua dengan orang itu — namun nyatanya dia malah menemukan sosok-sosok lain.

“Bos, apa yang kita lakukan dengan benda-benda ini?” tanya seorang pria yang membuka pintu tadi.

Lalu, laki-laki bertubuh kekar menjawab, “tak ada waktu untuk membawa semua benda itu. Tapi, polisi mungkin akan melakulan penyelidikan di sekitar TKP, termasuk di sekitar gedung ini. Jadi, satu-satunya cara untuk menghilangkan jejak adalah… musnahkan semua barang bukti . Ada minyak di sudut sana — lumuri lalu bakar semuanya.”

Ketika pria yang membuka pintu tadi hendak menaburi minyak, perempuan berjilbab hitam berujar, “membakar tak akan menghilangkan jejak. Lebih baik semua barang bukti disimpan ditempatku.”

“Apa kau yakin dengan itu?” tanya lelaki bertubuh kekar.

“Kau tau aku bukan perempuan biasa.”

Mendengar celotehan perempuan, sang lelaki bertubuh kekar lantas tersenyum. “Baiklah, barang bukti ini ku serahkan padamu. Tapi ingat, jangan terlalu lama disembunyikan sebab cepat atau lambat polisi bisa mengetahuinya. Jika kau punya kesempatan, cepat musnahkan semua benda itu atau… kematian wanita itu bisa terbongkar sampai ke akar-akarnya.” ucap orang itu.

Maka, si perempuan berjilbab hitam mengambil semua barang bukti bersamanya. Setelah selesai, mereka semua beranjak. Kini, di lantai dua hanya tertinggal Detektif Fahri; ia masih berdiam diri selama beberapa menit untuk memastikan keadaan. Begitu dia mengira situasinya sudah aman di mana suara orang-orang tadi tidak terdengar lagi, maka dia pun kembali menyalakan senter.

Fahri tidak langsung keluar melainkan menyorot ruangan tempat dirinya bersembunyi. Di sini, ia menemukan sebuah tas jinjing milik perempuan. Lantas dirinya pun berjalan mendekat dan melihat isi dalamnya.

Hal pertama yang ditemukan oleh Fahri adalah kartu pengenal lengkap dengan foto seorang wanita.

“Ternyata, tas ini milik korban.” detektif membatin.

Dari kartu pengenal, dapat diketahui bahwa wanita yang tergantung di tiang lampu jalanan itu merupakan seorang pelayan di sebuah kafe.

“Pertama bercak darah, kedua tas jinjing. Apakah mungkin korban dibunuh di gedung ini?” tanya Fahri dalam hati.

Penemuan-penemuan itu membuat teka-teki di balik kasus kematian sang wanita terasa sedikit ganjil. Kini, Fahri memiliki asumsi yang berbeda dari sebelumnya. Ia sekarang mulai beranggapan bahwa korban dibunuh di dalam gedung kusam ini, lalu jasadnya dibawa dan digantung ke tiang lampu jalanan. Namun demikian, ada pertanyaan yang terbesit di dalam kepalanya; jika memang benar seperti yang ia pikirkan, lantas apa tujuan si pembunuh melakukan semua itu? Kenapa dia malah memilih menggantung jasad korban ke tiang lampu jalanan? Jika memang seperti itu, maka hal tersebut terlihat seperti si tersangka seakan-akan sengaja mempertontonkan jasad korban ke hadapan publik.

Ya, bagi Fahri, dengan semua temuan sementara yang ia dapatkan, dirinya seakan yakin bahwa si pelaku sepertinya sengaja menggantung jasad korban di tiang lampu jalanan. Padahal, jika kasus itu merupakan pembunuhan tersembunyi, pelaku bisa saja membiarkan korban terbaring tak bernyawa di dalam gedung kusam ini sebab kecil kemungkinan ada orang yang mengetahuinya.

Selain itu, sosok bayangan misterius yang Fahri lihat sesaat ketika jasad korban diturunkan dari tiang lampu juga masih menjadi pertanyaan tersendiri baginya. Ia memang mencurigai sosok itu, tapi tujuannya yang hadir di sekitar gedung kusam ini sedikit agak ganjil. Detektif kini berprasangka bahwa orang itu muncul bukan secara tidak sengaja.

“Barangkali ada tujuan tertentu yang membuat orang itu berada di sekitaran TKP, meski dia tau bahwa polisi bisa saja menemukannya dengan mudah.” ujar detektif.

Namun nyatanya, tak ada satu pun polisi yang menyadari kehadiran sosok misterius itu kecuali sang Detektif.

“Barangkali, semua ini ada kaitannya dengan orang-orang yang datang tadi.” lanjut sang detektif.

Tak lama berselang, El lagi-lagi mengirimkan pesan kepada Detektif Fahri. Ia lantas mengambil ponsel dan membuka isi pesannya.

“Detektif, kami berhasil menemukan seorang terduga pelaku pembunuhan perempuan yang tergantung itu. Tapi, ada beberapa bukti yang masih harus didalami, karna itu aku membutuhkanmu. Ku harap kau segera datang ke kantorku.” begitulah isi pesan El.

Fahri sendiri bingung bagaimana El dan bawahannya bisa begitu cepat menemukan si tersangkanya walaupun masih berstatus dugaan. Namun demikian, ia tidak lagi berlama-lama dan bergegas pergi ke kantor polisi.

Bersambung…

--

--