Di Atas Pijakan Sunyi
Angin berembus mesra
Membawa serta kenangan masa lalu
Tepat di saat aku berada di bawah langit petang
Mendengar lantunan ombak yang silih berganti seakan-akan ingin meraih daratan
.
Di saat kicauan burung adalah momen penutup sore
Mereka terbang menghiasi cahaya senja
Mata yang memandang pun hanya mampu tertegun
Tertegun dan menikmati ketengangan
yang hadir begitu saja di dalam hati
.
Entah berapa juta detik yang telah lewat
Yang kulihat di masa lalu
Takkan mungkin kembali lagi
Sekali pun rasanya cukup menyenangkan
Sekali pun rasanya sangat berkesan
Namun semua itu hanya menjadi tulisan kenangan
Di dalam buku harianku
.
Karna dulu
Aku tidak mengenal yang namanya rasa sakit
Aku hanya melamun sambil bercita-cita
Bermimpi bahwa hidup ini akan menjadi cerita yang mudah
Meski pada akhirnya
Ada begitu banyak hambatan yang harus kulalui
.
Karna dulu
Aku hanya melihat orang-orang menangis
Bertanya-tanya kenapa mereka begitu cengeng
Namun sekarang kupahami
Tentang apa yang mereka rasakan
Sebab, aku pun juga sudah punya masa lalu yang takkan bisa kubalikkan lagi
.
Embusan desir angin mesra sudah sangat jarang kurasakan
Kini diriku terlalu banyak berjibaku dengan kewajiban
Memulai hari untuk bertarung dan tetap hidup
Dan kemudian mengakhiri hari dengan berdamai … berdamai dengan diriku sendiri
.
Ketenangan bukannya tak ada di dalam batinku
Hanya saja …
Kini kusadari bahwa ketenangan itu tak cukup jika hanya sekedar berharap
Aku harus mencari dan menjemputnya
Walaupun keadaan batin kacau balau terhadap lika-liku dunia ini
.
Yang terkadang membatu
Bisu
Diam sambil menyembunyikan air mata
Mereka bilang lelaki tidak menangis
Mereka pun bilang lelaki tidak bercerita
Aku setuju
Sebab, aku melampiaskannya melalui puisi sunyi
Hanya aku dan Tuhan saja yang mengetahui isinya
.
Namun
Setiap orang butuh kekuatan untuk mengarungi dunia
Tanpa terkecuali diriku
Dan sudah semestinya aku terjatuh sampai berdarah-darah
Menimbulkan bekas luka yang takkan pernah hilang
Terkadang ingin menitikkan air mata
Tapi sudah lebih dulu aku meyekanya
Karna … menangis tidak menyelesaikan masalah
Hanya membuat batin tenang untuk sementara waktu
.
Dan namun begitu
Ke mana pun aku pergi
Masalah itu selalu saja hadir
Bertanya-tanya kenapa …
Akan tetapi Tuhan sudah dari dulu mengatakannya
Bahwa hidup ini semuanya hanya tentang uji coba
.
Ingin ku berlalu menuju masa lalu
Semua sudah tak mungkin kujangkau
Ingin ku berlari lebih cepat ke masa depan
Namun semua itu mustahil dilakukan
Sebab, kehidupan di masa sekarang belumlah tuntas
.
Maka
Untuk menghibur diri yang sunyi ini
Aku hanya bisa merasakan kenangan yang tlah berlalu
Melalui desir angin nan teduh
Bersama rintikan gerimis syahdu
Juga di tengah lantunan ombak yang memercikkan irama mesra
Sungguh …
Luka yang sudah terbuka ini mustahil untuk kembali tertutup
Lantas, yang bisa kulakukan hanyalah menghiburnya … menghibur diriku sendiri
Agar semua terasa baik-baik saja di tengah tandusnya pijakan kaki hati
.
Semua ada masanya
Semua ada usainya
Aku hanya meyakini
Di suatu hari nanti
Akan tiba saat-saat penantian yang telah lama kuimpikan
Namun
Entah diriku bisa sampai ke sana …
Atau …
Aku malah lebih dulu terhenti di tengah perjalanan
Meninggalkan sisi dunia ini menuju ruang dan waktu yang berbeda