Di Antara Puisi dan Novel
Puisi oleh Reza Fahlevi
Kau terlanjur masuk
Menerobos ke dalam pandanganku
Dan terus jauh masuk ke dalam hatiku
Kau… bersemayam di situ
.
Membuatku terus berpikir
Memikirkanmu
Membuatku terus merasakan
Merasakan dirimu
Membuatku terus terbayang
Membayangimu
.
Entah dirimu…
Atau diriku…
Di antara kita ada yang terjebak
Mungkin saja kau yang terjebak di dasar kalbuku
Atau aku yang terjebak di dalam bayang-bayang halusinasimu
.
Semua itu membuatku candu
Tak ingin berhenti melirikmu
Meski hanya dari dunia imajinasi
Akan ku buat kata-kata sebagai gambaran
Menggambarkan dirimu yang unik
.
Saat kau tersenyum
Tak sengaja aku menatapnya
Hingga terus membekas lekukan bibirmu
Hingga membuatku ingin menulis puisi
Di tengah hati yang riang ini
.
Kau seolah membuat takjub matahari teduh
Dia memang bersinar terang dan terik
Tapi hawanya terasa sejuk di batin yang berharap
.
Kau seolah membuat hujan bernyanyi syahdu
Dia memang terus merintik deras
Tapi alunan rintikannya terdengar cukup merdu
.
Hai Rani,
Bolehkah sekali lagi ku katakan…?
Aku ini berdiri seorang diri
Sambil merenung dan membatin
“kau masih hidup di dalam jiwaku”.
.
Hai Rani,
Bolehkah aku bergumam…?
Aku duduk sambil bercerita kepada hati
“pancaran mata dan alunan senyumanmu semakin membuatku terpana”.
.
Duhai Khairani,
Bolehkah aku jujur…?
Aku meneguk kopi sembari menulis puisi
“Rani, masihkah ada tempat di hatimu untukku berlabuh?”
.
Walau pun ada realita pahit yang pernah mendengungkan kenyataan
Pada akhirnya…
Aku masih berdetak untukmu…
Semakin ku relakan
Semakin ku coba lepaskan
Semakin ku paksa abaiakan
Kau malah tetap hidup… kau malah semakin terasa nyata dalam ruang lingkup imajinasiku
.
Seandainya kisah-kisah di dalam novel dapat menjadi kenyataan
Maka,
Akan ku susun setiap babnya
Juga ku rangkai ujung ceritanya menjadi bahagia
Di antara kau dan aku… bersatu di bawah payung teduh yang sama
.
Seandainya cerita novel itu dapat menjadi sebuah realita
Akan ku buat kau jatuh cinta kepadaku
Seperti nadiku berdenyut seraya menyebut namamu
Tanpa henti di setiap detiknya
.
Karna…
Karna aku ingin merasakan hidup bersamamu
Mengukir kisah yang bukan hanya milikku seorang
Kau ada dan hidup di setiap titik koma yang ku tulis
Kau eksis di setiap kaimat yang ku rangkai
Ada senyumanmu di setiap alur yang ku tuangkan
.
Rasa bahagiaku… telah banyak ku rasakan
Tapi, bahagia bersamamu dengan perasaan yang sama sepertiku adalah impian terpendam
Aku ingin, tapi tak boleh memaksa
Memaksamu mencintaiku
Meski aku merasa benar-benar tulus mencintaimu
.
Rasa banggaku… telah ku rasakan banyak
Tapi, aku bisa menjadi sangat bangga
Karna dapat mengganding tanganmu dalam genggamanku
Kita berjalan
Melihat dunia
Menikmati lukisan langit biru
Menikmati setiap rintikan gerimis di bawah atap awan kelabu
Sungguh… bersamamu akan terasa lebih bahagia
.
Entah kapan
Entah sampai kapan
Aku harus mengagumimu dalam keadaan seorang diri seperti ini…
Aku ingin kau tau bagaimana diriku mengagumimu dengan cara yang cukup sederhana
Hanya dengan cara melirik dirimu
.
Lalu, jika sekali lagi
Sekali lagi saja…
aku mengungkapkan perasaan ini kepadamu
Apakah jawaban yang kau beri masih tetap sama?
Atau… kau mulai menerima keberadaanku di dalam satu tempat spesial di dasar hatimu?