Bahagiakan Dia

Reza Fahlevi
3 min readJun 22, 2021

--

Foto dari pexels.com

Dia telah menempuh perjalanan panjang. Kini telah memastikan sebuah tempat persinggahan, untuk sisa waktunya di dunia ini.

Dia telah melihat berbagai kejadian; bahagia dan kesedihan. Keduanya dialami dan berlalu dengan beberapa bekasan sebagai wujud dirinya hidup dan merasa.

Dia… telah seorang diri. Mencoba menciptakan ukiran senyumannya yang sudah tak sama lagi seperti sedia kala. Meski, kini ia masih melakukannya untuk menghibur dirinya dan mereka.

Dia… adalah wanita yang berjalan mencari jawaban. Kita tak memahami beberapa pilihannya, tapi lebih dari cukup untuk membiarkannya memilih.

Dia adalah wanita yang seharusnya pantas untuk larut dalam canda tawa. Karena kepeduliannya telah membawa secercah cahaya untuk menyelimuti diri dari tangisan syahdu.

Dia… adalah wanita yang pantas untuk bahagia. Dengan kedua kaki yang terkadang melemah, ia terus melalui rintangan dari bagian tahap-tahap kehidupan ini.

Dia… merupakan simbol kekuatan. Sebab, kegagalannya di beberapa fase, masih saja mampu mengokohkan batin untuk terus berada dalam arah kepercayaan.

Jangan sia-siakan dirinya. Karna ada luka yang masih berbekas di sudut-sudut hatinya.

Jangan kau tangisi dia, sebab perpisahannya dengan sang ibu masih begitu terasa nyata kenangannya di setiap denyut nadi miliknya.

Jangan kau hibur ia dengan kepalsuan, sebab dialah wanita pemilik hati.

Sanubari berbicara tentang kebenaran, air mata yang pernah menjadi saksi menangisnya ia di pangkuan ibu yang sudah tak bernyawa. Dialah wanita yang memang pantas untuk dipeluk dalam alunan kasih sayang.

Hingga kini ku lihat, senyuman itu masih menghiasi lekukan bibirnya yang syahdu dan jelita. Izinkanlah diriku untuk memberi kabar kepada para burung yang sedang terbang melayang di langit,

“dia wanita yang pantas untuk dicintai.”

Hatinya telah berlabuh pada seorang pangeran. Biarkan saja dia di sana untuk selamanya. Sebab ia telah memilih, memilih untuk singgah dan menetap bersama getaran cinta yang sama; miliknya dan lelaki itu.

Wajahnya masih berseri di tengah sunyinya kalbu. Dia wanita yang begitu tangguh.

Matanya masih memancarkan harapan, dialah wanita yang tak akan pernah terbenam.

Bahkan di saat sang ibu telah menutup mata, bahkan walaupun dia tetap menangis meski tak menitik karna tidak kuasa membendung air matanya, bahkan… walaupun sunyi adalah kenyataan yang kini harus dihadapi.

Tapi…

Dialah wanita yang memang pantas untuk bahagia

Dialah wanita yang berhak diberi ber-mayam-mayam emas.

Aku sendiri tak pernah ragu akan kekuatannya.

Itu karna, ia tak pernah ragu pada dirinya sendiri, juga terhadap ketentuan Tuhan.

Sebab, dialah wanita yang telah menjadi simbol kehebatan.

“sebab… lelaki akan selalu hebat di saat ada seorang wanita yang juga hebat di sampingnya.”

Atas nama cinta, biarkan dia bahagia bersama lelaki pilihannya. Sebagai pelipur lara terhadap kepergian sang ibu tercinta.

Darussalam, 20 Juni 2021

Puisi ini didedikasikan kepada kakak-kakak sepupu penulis yang telah ditinggal oleh ibu mereka beberapa bulan yang lalu. Puisi ini juga merupakan gambaran mereka yang tetap terus kuat menghadapi lika-liku kehidupan, baik yang sudah, sedang maupun yang akan terjadi. Semoga arwah sang ibu ditempatkan di sisi terbaik Allah SWT.

.

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet