Auramu Yang Syahdu

Puisi

Reza Fahlevi
2 min readFeb 2, 2025
Foto oleh Reza Fahlevi

Langit senja terlihat sedikit mendung — juga sedikit kemerahan

Saat kupandang langit senja itu… entah kenapa malah terlukis wajahmu…

Dan aku malah semakin tertegun menatap warna kemerahannya

Membuatku mengingat aura dari syahdunya senyumanmu

.

Engkau adalah simbol keindahan

Simbol keteduhan

Begitu syahdu rasanya setiap saat melirik senyumanmu

Aku tak ingin memalingkan tatapanku

.

Saat kupikir gerimis membawaku mengenangmu

Padahal

Aku hanya sedang merindukanmu

Merindukan kehadiranmu yang entah kapan akan kembali berjumpa

.

Aku teringat akan waktu-waktu yang pernah kita habiskan bersama

Semua hanya tentang senyuman kita

Yang terukir begitu saja

Terukir karna kita sudah saling mengenal perasaan masing-masing

Di antara hatimu dan hatiku

.

Aku selalu bermimpi ingin memiliki senyuman syahdumu

Lantas kuketahui kebenaran setelah mendengar apa yang kau utarakan

Meskipun aku mengagumi senyumanmu tanpa alasan

Sayangnya senyumanmu itu takkan pernah menjadi milikku

.

Aku selalu mencoba melukis wajahmu

Namun kemudian kusadari bahwa aku bukanlah seorang pelukis

Maka… kuambil selembar kertas dan mulai berpuisi

Kulampiaskan semua kekagumanku

Yang tak pernah bisa kujelaskan melalui lisan

.

Karna sebenarnya

Kau telah menyejukkan batinku

Memadamkan kegelisahan

Melenyapkan segala ketakutan

Dan mengubah mimpi buruk menjadi sebuah harapan terindah

Namun sayangnya… Semesta masih belum merestui

.

Karna aku ingin mengatakannya sekali lagi

Bahwa senyumanmu

telah menyelamatkanku dari tepian jurang yang tak berpengharapan

Senyumanmu telah menerbitkan asaku yang sempat hilang

Tapi sayang sekali

Lekukan bibirmu yang syahdu itu tetap tak bisa kumiliki

.

Kini

Yang bisa kulakukan hanyalah bergumam dan membatin

Berandai memiliki senyumanmu

Kurangkai sajak-sajak puisi agar semuanya menjadi kenyataan

Walaupun hanya dalam batasan ruang imajinasi

.

Mungkin senyumanmu terlalu syahdu untuk kumiliki

Mungkin dirimu terlalu indah untuk bersandar di pelukanku

Mungkin cahaya batinmu terlalu mewah

sehingga aku tak mampu menerimanya bersama sanubari yang kotor ini

.

Duhai wanita suci

Izinkan diriku berpuisi tentangmu

Sampai nanti aku tak tau lagi harus merangkainya dengan kata-kata

Sampai yang bisa kulakukan untuk mengagumi syahdunya senyumanmu

hanya dengan memandanginya saja

Tanpa kata — tanpa suara

.

Walaupun aku telah mengagumimu tanpa alasan

Pada akhirnya semua kekaguman milikmu takkan pernah bisa kugapai

Yang dapat kulakukan hanyalah memendamkamnya

Juga membatin pada diri sendiri

Hanya aku seorang diri

.

“Hai, Rani… auramu terlalu syahdu di balik tatapan mataku”

Tapi jangan tanya kenapa

Karna aku sendiri juga tak punya jawabannya

Biarkan semua ini terjadi sampai waktu yang tidak kuketahui

.

Seandainya kau bisa melihat luka batinku yang berhasil pulih karna pancaran auramu… mungkin kau paham kenapa aku akhirnya memilih jatuh cinta padamu — dan masih juga mencintaimu sampai detik ini.

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet