Aura Syahdu
Puisi oleh: Reza Fahlevi
Bayangkan
Jika kondisi batin murung
Tak ingin lagi kerja sama
Tak ingin lagi dikontrol
Semua terlepas begitu saja
Kemudian timbul perasaan di dalam hati
Sebagai penghancur harapan setia
Bayangkan saja
Apabila ada gejolak mulai membara
Menerbitkan bara hitam sebagai penghancur semua ketenangan di dalam jiwa
Lalu terduduk pasrah dengan seribu pertanyaan tak pasti
Berkaca di sebuah tempat yang tidak semestinya
Ku coba yakini hati
Ketika ia tak mau dituntun
Ko coba tanamkan kepedulian
Ketika ia begitu ingin merusak sebuah hubungan cinta yang ingin terukir abadi
Seribu malam merenung dengan rengekan
Seribu hari berlayar mencari titik temu
Ku bayangkan apa saja yang akan menjadi bencana
Hanya untuk ku lawan semua yang mencoba mengelabui cahaya batin
Ada banyak kawan berbicara
Yang lantang,
Yang sabar,
Yang berhati-hati,
Yang ceroboh
Yang tak tau kebenaran
Bersama kata yang terucap sama
Tapi tujuannya berbeda
Dan aku adalah seorang yang hanya ingin berada di sebuah ketenangan batin
Namun melalui rintangan di balik semuanya
Ada banyak sahabat yang tak berlisan
Hanya melakukan apa yang menjadi tanggung jawab
Berdirilah mereka di sebuah barisan
Meneguhkan hati yang telah melenceng
Ku lihat air mata sebagai pelipur lara
Ku lihat langkah sebagai jembatan untuk berada di sebuah titik pertemuan
Ku lihat bayangan yang bercerita masa depan
Entah apa yang dimaksud semua ini,
Aku pun tak tau
Ketika tak lagi sanggup ku paksakan tubuh ini berjalan
Maka berhentilah di sebuah persimpangan
Bernaungkan atap daun rindang di atasnya
Teringat akan sosok wanita,
Berdiri kokoh menghadap Sang Pencipta
Bibirnya senantiasa melantunkan nama suci
Matanya tetap memandang ke bawah
Kedipannya terasa begitu tenang
Maka bergeraklah merunduk dirinya
Hingga ku perhatikan saja gerakan itu
Ketika ia mulai bersujud beralaskan sajadah
Masih seperti itu
Wajahnya yang berseri
Seperti memberi kabar kebahagiaan
Ada kesejukan yang lahir
Dari lantunan kesucian itu
Kemudian
Menengadahkan tangan,
Meminta, berdoa
Mata mulai terpejam
Ada satu rasa percaya
Yang membuatnya terus bersama embusan angin syahdu
Lalu bertanya diriku,
"Benarkah?"
Tapi, aku tak melihat wanita itu menekan diri
Hanya diam dalam doa
Sebab dia yakin
Hanya Tuhan yang dapat menarik semua rintangan dalam hidupnya
Begitupun sebaliknya
Seperti menarik diri kembali
Lalu apa guna banyak berlisan jika tak sanggup melakukannya?
Untuk apa terus berbicara hingga membuat semua orang mengira kau hebat?
Tapi, hatimu tak berada di mana kata-katamu itu keluar
Untuk apa omongan itu, jika kau tak yakin akan melakukannya?
Ku coba membuka lembaran berdebu
Tentang masa lalu yang penuh dengan air mata menyerah
"Bukankah wanita itu memberimu sekilas jawaban yang kau cari? Apalagi yang masih meragukanmu untuk bersujud?"
Jika aku dapat kembali ke masa silam
Akan ku tarik hatiku
Akan ku rantai ia
Akan ku peluk erat dia
Agar dirinya tak pernah meninggalkanku seorang diri di sini
Tapi sekarang, entah di mana ia berada
Pergi menghilang di ujung senja
Tepat setelah ku lalui perjuangan hebat bersamanya
Jika masih bernapas
Apabila masih mampu mengedipkan mata
Wanita yang bersujud itu
Telah memberikan satu apa yang ku cari
Saat aku terus melihatnya dalam gerakan shalat
Aura syahdu, seakan terbit dan menerobos masuk ke dalam mataku
Inilah, ketenangan yang terasa di jiwa
Tapi sebelum semuanya berlalu dan berdebu
Dapatkah ku miliki?
Mungkinkah bagiku untuk meminang wanita itu?
Bahkan jika aku belum juga menemukan tempat bayangan putihku?
Meskipun aku tau,
Ada satu nama yang menggetarkan batinku
Dia...
Masih melalui hari mencari pangerannya
Yang akan menemani dirinya dari waktu ke waktu
Saling mengisi tinta dalam buku harian
Dan aku tak seharusnya berandai
Tak semestinya terlalu berharap
Biarkan bintang bersinar jauh di langit sana
Tuhan selalu tau ke arah mana hatiku condong
Saat ini...
Puisi ini bercerita tentang seorang lelaki yang mencari ketenangan hati. Ia terjebak dalam kesesatan setelah mengejar cinta yang tak pasti. Ditinggalkan dirinya karena telah berlabuh dalam obsesi. Kini, harapan di dalam hatinya telah lenyap. Hanya memandang diri sebagai sosok yang tak berguna. Lelaki itu terus mengabaikan kewajibannya dan bertanya-tanya terhadap takdir Tuhan yang dihadapinya sekarang. Akan tetapi, dari lubuk dalam hati, lelaki itu begitu ingin kembali kepada sosoknya dahulu, yang benar-benar jelmaan dirinya sendiri. Sekarang, ia sedang berjuang menghadapi rasa gelisah yang semakin menghancurkan masa depannya, agar hatinya yang dulu kembali. Semua agar, rasa tenang dapat kembali singgah dalam jiwanya. Jika memang cinta adalah penyebabnya, maka cinta pula yang akan menjadi jawabannya.
3 Februari, 2021