Aku Yang Bodoh
Puisi oleh: Reza Fahlevi
Dengarlah ini, duhai engkau yang menganggap diri benar!
“Memang, tak bisa ku pelajari apa yang menjadi tanggung jawabku. Sebagaimana kau melakukannya dengan sempurna. Aku terhenti di balik koma, dengan sebutan bodoh.”
“Memang… akulah yang selalu bermimpi menjadi siapa diriku ini. Tanpa ku pedulikan untuk menjadi seperti yang kau inginkan. Hingga kau menyebutku bodoh.”
“Memang, tak pernah sekalipun ku dengar suara lisanmu, untuk ku lakukan semua perintahmu. Dan kau menandaiku sebagai orang bodoh.”
“Ada secarik kertas yang ku lumuri dengan coretan tinta tak bermakna. Ku ukir saja sesuka ku tanpa kau pahami satu pun maksudnya. Lalu, kau mengabarkan mereka bahwa akulah teman bodohmu.”
“Lalu ku coba lihat orang-orang yang menangis. Tak pernah sekalipun ku berikan aksi nyata untuk mendiami mereka. Hanya mencoba merasakan apa yang telah mereka derita selama ini. Karna kini, kebodohanku telah merasuk ke dalam rasa di balik kalbu.”
Dan juga, ku pahami mereka yang terluka dari dalam. Tanpa pernah mau berlisan bertujuan menggurui siapa pun. Sebab aku, si bodoh yang mampu mengenali orang-orang yang tersakiti dari dalam. Agar mereka merasa punya teman senasib.”
“Tak ada cerita yang ingin ku mulai, seolah menggambarkan diriku hebat… telah mengarungi samudra seorang diri. Aku tak sepertimu, terlihat bijak walau sebenarnya kau paksakan demikian.”
“Tak ada pertunjukan yang ingin ku pertontonkan, bahwa akulah yang telah berhasil mengubah banyak orang menjelma bak orang-orang yang berilmu pengetahuan; berbicara lantang bermodalkan jas dan dasi, serta sepatu kulit hitam yang mengkilap. Aku tak sepandai dirimu dalam berkata-kata.”
“Akulah kebodohan, yang sama sekali tak mampu mengikuti alur kehidupan dalam keterpaksaan.”
“Akulah kebodohan, yang telah berprinsip untuk mencintai perempuan dalam diam, hanya agar dia tak terluka.”
“Akulah si bodoh itu, yang menahan diri untuk mencaci orang lain, agar mereka tidak tertekan.”
“Bodohnya aku karna tak pernah ingin menyalahkan keadaan saat semua berakhir tidak seperti yang ku harapkan.”
“Akulah si bodoh, yang percaya bahwa setiap orang terlahir dengan cahaya ilmu yang berbeda-beda.”
“Engkaulah yang selalu memanggilku bodoh, karna senantiasa yakin bahwa setiap kegagalan itu adalah bentuk dari pelajaran berharga. Bukan untuk mengutuk diri ataupun Tuhan.”
“Akulah si bodoh yang tak ingin menjadi sosok egois.”
“Dan karna akulah si bodoh yang rela dicaci serta dihina demi keutuhan rahasia mereka.”
“Tapi sebodoh-bodohnya aku, tak pernah ingin mengambil keputusan untuk menyelamatkan diri dari kegelapan dan meninggalkan mereka dalam kesesatan.”
“Aku bodoh, karna aku peduli.”
“Dan kau takkan pernah memahami itu, karna kau selalu merasa benar. Tapi terus mengabaikan kebaikan nyata yang terlihat tepat di depan matamu.”
Maka, biarlah ia berada dalam kebodohan, selama dirinya tak pernah merusak ketentuan dari Tuhan akan tujuan hidupnya.
Bodoh dia, bersama senyapnya kebaikan miliknya.
— Breaking Reza