Waktu telah berlalu setahun bagi Al Hadi sejak kejadian yang tak pernah ia ketahui bahwa apa yang telah ia lakukan kepada Zikra benar-benar sebuah bencana baginya. Waktu yang sebenarnya tidaklah lama, kembali membawanya merasakan ingatan masa lalu yang penuh akan hitam, suram, air mata, juga ditandai dengan berakhirnya ukiran cerita antara dirinya dan Zikra.
Al Hadi kembali termenung, merasakan sesuatu yang telah terjadi. Sungguh dalam benaknya ia berkata, “tak seharusnya aku melakukan itu kepada Zikra. Tak seharusnya aku bertindak bodoh seperti ini. Tapi semua sudah terjadi dan aku hanya dapat menyesalinya. Aku bingung, aku khawatir, aku bersalah padanya.”
Al Hadi memang sejak dulu sudah menyukai Zikra, wanita yang akrab disapa Ika. Sejak mereka bertemu sekitar tiga tahun yang lalu, dengan sekejap Al Hadi terpesona akan sosok wanita itu. Mata, sudah cukup membuat lelaki ini kian terjebak akan keindahan Ika. Lalu setelahnya, perbincangan singkat mereka sudah memantapkan Hadi untuk mengatakan pada dirinya bahwa ia memang terpikat terhadap gadis itu.
Namun pertemuan mereka singkat saat itu, memaksa keduanya harus terpisah seiring berjalannya waktu. Batin Hadi terus menerus memikirkan Ika, siang dan malam tanpa sedikitpun terlewatkan sebuah nama yang kian hari semakin sering dilantunkan di bibirnya. Ia mencoba meyakinkan lagi hatinya, apa yang membuatnya begitu tertarik terhadap Ika. Kenapa pertemuan singkat mereka begitu cepat datangnya sebuah kesimpulan. Tapi pertanyaan-pertanyaan itu terus membuat hati Hadi semakin gelisah. Ia ingin kembali berjumpa dengan gadis itu, ia kembali ingin menatap mata syahdu itu. Hadi berjuang keras untuk melawan sesuatu yang berontak di dalam batinnya.
Maka tibalah hari di mana keduanya kembali saling menyapa. Tak dapat dijelaskan betapa senang Hadi ketika kesempatan keduanya terealisasikan. Namun pertemuan keduanya juga singkat. Oleh karena itu, dua minggu sebelumnya, Hadi sudah mempersiapkan satu hal, melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan semasa hidupnya. Ia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Ika.
Maka, dengan segala pertimbangan yang telah ia bulatkan, dengan bibir yang terlihat gugup serta jantung yang kian berdebar tak karuan, ia mengungkapkan perasaan hatinya kepada Ika, tepat di hadapannya. Dengan harapan besar, Hadi bermaksud agar dirinya dan Ika dapat terus berkomunikasi. Ia sama sekali tak bermaksud tuk berpacaran. Sama sekali tidak.
Tapi harapan besar Hadi tak bisa ia raih. Dengan rasa bersalah, Ika tak bisa membalas perasaan lelaki ini sebagaimana perasaan pemuda ini terhadap gadis itu. Dengan alasan pribadinya, Ika menutup pintu rapat-rapat terhadap Hadi. Dan ia terlihat tetap pada pendiriannya.
Hadi pun harus menerima resiko ini. Dan ia mencoba menjadi bijak dengan berusaha mengerti apapun pilihan Ika terhadap perasaannya. Setelahnya, wanita itu pun berlalu dari hadapan Hadi. Sedangkan lelaki ini hanya dapat memejamkan mata, berusaha sekuat mungkin agar air tidak menitik membasahi pipinya.
Dan waktu berlalu. Bagaimanapun Hadi masih menyimpan rasa terhadap Ika. Padahal jelas bahwa gadis itu sudah memberikan jawaban pasti. Namun tetap Hadi bersikeras bahwa mungkin masih ada kesempatan lain untuknya membuktikan lagi bahwa rasa cintanya kepada Ika bukanlah sekedar candaan belaka. Lebih daripada itu, Hadi percaya bahwa ia memang serius mengangumi serta mencintai gadis itu dengan tulus.
Hadi pun melalui hari-harinya dengan perasaan gelisah yang tak menentu. Ia kalah terhadap pikiran jahatnya yang terus-menerus bermain peran dalam kepalanya. Semangatnya hilang, motivasi bekerjanya berkurang, fokusnya terabaikan, hobinya mulai terlupakan. Semua karena ia terus-menerus memikirkan Ika, wanita yang sudah lama berlalu dari hadapannya.
Dan tepatnya tahun lalu, saat Hadi merasa kegelisahannya sudah tak sanggup lagi dipikul, ia ingin sekali berjumpa dengan Ika hanya sekedar menyapa dan bercanda. Tapi bagaimana dapat terealisasi? Sebab, sejak Hadi mengungkapkan perasaannya, itu adalah kali terakhir mereka berjumpa. Setelahnya, komunikasi benar-benar terputus.
Tapi Hadi tetap tak menyerah, ia mencari segala cara. Baginya, walaupun tidak mungkin untuk bertemu tatap mata, berkomunikasi dengan Ika melalui sosial media sudah cukup untuk melampiaskan rindu kepada dara itu. Maka, dicarilah setiap akun sosial media atas nama Zikra ataupun Ika. Mata lelaki ini berhenti saat ia menemukan sebuah aku lnstagram yang ia yakini sebagai wanita itu. Maka ia ikuti akun tersebut sambil menanti sebuah balasan dari wanita itu.
Namun hari-hari berlalu tanpa ada sedikitpun kabar yang datang dari Ika. Hadi masih tak menyerah. Kali ini ia mencoba sesuatu yang sangat beresiko. Ia mengambil sebuah foto Ika, entah dari mana ia dapatkan itu, lalu digantinya foto profil miliknya dengan foto milik gadis itu. Hadi sedikit memotong foto tersebut agar tak ada orang yang menyadari bahwa itu adalah Ika. Namun dengan harapan — Ika menyadari hal tersebut, lalu menghubunginya, kemudian berbincang bersama. Karna pikir Hadi, ia bisa saja beralasan yang dibumbui candaan jika sewaktu-waktu Ika bertanya, “hei, itu fotoku, kan?”
Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Ika mengetahui perbuatan Hadi. Dan di luar dugaan lelaki ini, dara itu begitu marah saat ia tahu Hadi sudah mengabil fotonya tanpa sepengetahuan dirinya. Lebih lagi, Hadi memasangkan foto tersebut sebagai foto profil Instagramnya.
Tak dapat dijelaskan bagaimana Ika marah akan hal tersebut. Tapi, melalui Direct Message di Instagram, Ika jelas kecewa terhadap Hadi karena perbuatannya itu. Lelaki ini pun sadar, ia sudah bertindak di luar batas. Ia mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan fatal yang membuat seorang wanita idamannya marah serta kecewa terhadapnya.
Hadi menjelaskan semuanya kepada Ika. Bahwa, ia begitu rindu kepada wanita itu. Ingin sekali berjumpa dan berbincang seperti biasa terlepas dari perasaannya kepada gadis itu. Hadi juga mengatakan bahwa sejak Ika menolak balasan cintanya, ia masih sangat berharap agar suatu hari gadis itu dapat memahami sesuatu hingga ia membuka hatinya kepada Hadi. Maka, lanjutnya,
“aku memang sengaja mengganti foto profilku dengan fotomu. Semua agar kau lihat aku melakukannya. Aku hanya ingin berbicara denganmu lagi. Dan aku tak bermaksud tuk melukaimu seperti ini. Benar-benar tidak.”
Singkat cerita, Hadi meminta maaf dan Ika menerima maafnya. Namun ada satu catatan tegas dari gadis itu kepada lelaki ini. Itu adalah, Ika meminta agar Hadi segera melupakannya. Jika memang tak sanggup, Ika bersedia agar Hadi memblokir segala hal yang berkaitan dengannya. Dengan cara seperti itu, Ika berharap Hadi dapat melupakannya secara perlahan. Dan sekali lagi Ika menegaskan bahwa ia sama sekali tidak ingin membuka pintu kepada lelaki ini. Ia sudah menetapkan bahwa tak ada tempat bagi Hadi di dalam kehidupannya.
“Maka sekaranglah waktunya, lupakan dan biarkan berlalu semua perasaanmu terhadapku. Sudah saatnya kau hentikan menulis tentangku dalam buku harianmu.” Jelas Ika kepada Hadi.
Hadi, untuk sekali lagi ia harus menerima kenyataan bahwa, memang sebenarnya Ika tak pernah ingin membuka pintu hatinya kepada lelaki ini. Sekeras apapun usaha Hadi untuk membuktikan ia memang tulus, tapi Ika hanya ingin berlalu dari hadapannya.
Maka ini seperti sebuah pesan tersirat dari Tuhan kepada Hadi bahwa Ika bukanlah wanita yang ditakdirkan untuknya. Ika bukanlah orang yang akan dititipkan untuknya. Atau mungkin Tuhan berpesan kepada lelaki ini untuk bersabar dan senantiasa memanjatkan doa. Semua agar Hadi bisa menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Tapi Hadi hidup dengan penuh tanda tanya. Yang jelas adalah, Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuknya.
Tepat setahun lalu pecahnya hubungan Hadi dan Ika. Sebelum hari ulang tahunnya, yang mana ia sangat berharap hari itu akan sangat bermakna untuknya. Tapi satu kesalahan fatal mengubah segala alur kehidupan. Ia kian terbenam karna Ika. Ia tak bisa memaafkan dirinya karna kesalahannya. Hadi merasakan hari-harinya tak lagi bercahaya.
Bagaimana ia keluar dari situasi ini, itu semua tergantung pada dirinya. Sebagaimana Hadi sering berjumpa dengan orang-orang bijak, ia bisa belajar sesuatu dari kesalahannya itu. Belajar dari kesalahan untuk kehidupan yang lebih baik nantinya.
Ika adalah wanita juga seorang guru kehidupan bagi Al Hadi. Ya benar. Secara tak langsung wanita itu telah mengajarkan bagaimana menjadi pribadi dewasa serta bijak dalam mengambil segala keputusan yang mana terdapat sebuah resiko besar di depannya. Tuhan telah mempertemukan Hadi dengan Ika, agar mereka saling belajar satu sama lain. Walaupun harus dibaluti dengan perasaan marah serta kecewa, juga rasa bersalah dan gelisah. Tapi hal positif tetap ada jika keduanya ingin membuka mata serta hati mereka.
Sekarang yang harus dipelajari oleh Hadi adalah menerima masa lalunya dan belajar memaafkan dirinya sendiri. Karena jika ia mampu melakukannya, Hadi pasti dapat kembali merasakan perdamaian di dalam hatinya. Dan ketenangan batin yang selama ini ia cari, serta cara membenamkan segala kegelisahan di dalam jiwa, akan benar-benar datang kepadanya. Nanti, saat waktunya tiba. Yang harus dilakukan oleh Al Hadi sekarang ini adalah kembali berusaha dan senantiasa bersabar dengan ujian-ujian kehidupan yang sewaktu-waktu akan kembali datang kepadanya.
Dan Al Hadi tak perlu memaksakan diri tuk menghapus Zikra dari ingatannya. Yang harus ia lakukan adalah melanjutkan hidup dan memaafkan dirinya sendiri. Karena Tuhan tahu yang apa yang terbaik untuknya dan juga wanita itu.
19–05–2017,
Language Center of Syiah Kuala University, Banda Aceh
— breaking reza