Air Mata Kematian: Epilog I

Berakhirnya Masa Paceklik

Reza Fahlevi
2 min readJul 12, 2023

Setelah berbagai macam paceklik mengacaukan Kota Cot Jambee, perlahan tapi pasti suasana dan keadaan menjadi lebih kondusif. Kematian Djohan telah mengubah kota ini — masyarakat serta polisi kembali bersatu, saling bahu-membahu untuk menaruh kepercayaan terhadap sesama menumpas kejahatan. Sekarang, ada secercah cahaya yang dapat membangkitkan Cot Jambee… cahaya harapan untuk meredakan kekacauan dan meraih perdamaian.

Setelah sekian lama hidup dalam perasaan takut, saling curiga, banyak pertumpahan darah dan pembunuhan… kini mimpi buruk itu seakan memudar perlahan-lahan. Para perampok yang melakukan kejahatan atas nama dendam satu per satu tertangkap — beberapa malah dengan sukarela menyerahkan diri kepada polisi sebab mereka sudah tak punya cara lagi untuk beraksi. Meski begitu, fase penurunan drastis dari pihak mereka sebenarnya diakibatkan oleh kematian Djohan, sang dalang sekaligus ketua dari para berandal perampok itu. Mereka seakan-akan langsung hilang kekuatan dan nyali untuk melakukan penculikan, perampokan atau pembunuhan.

Selain itu, para perampok memang sudah tak punya cara lagi untuk beraksi sebab aku sudah mengetahui semua sektor markas mereka. Sekarang dalam beberapa waktu ke depan, aku dan para polisi beserta Kapten Tiyo sendiri akan menyergap mereka semua. Tak ada jalan keluar untuk melarikan diri dari Kota Cot Jambee, semua akses sudah tertutup bagi para perampok, dan tak ada cara lain selain menyerahkan diri. Jika pun mereka bersikeras untuk melawan kami, seperti yang ku bilang… kini nyali mereka sudah tak sebanding lagi sebab lebih dari setengah para perampok itu hanyalah sekumpulan remaja polos yang tak tahu apa-apa, selebihnya adalah mantan gengester yang mana keberadaan mereka sudah kami kepung.

Aksi kejahatan yang dilancarkan oleh para musuh telah menewaskan banyak orang termasuk salah satunya Komandan Arif, Kapolres Cot Jambee beserta istrinya. Mereka tewas dikeroyok oleh berandal-berandal tersebut di kediamannya. Sedangkan keempat anak mereka selamat, aku berhasil menyelamatkan mereka tapi sangat terlambat membawa pergi komandan dan istrinya.

Di sini, aku merasa sangat terpukul. Komandan Arif adalah sosok terbijak yang pernah ku kenal. Beliau juga ku kenal cerdas dan sangat baik terhadapku serta Tiyo. Kepergiannya jelas menjadi duka yang mendalam bagi para polisi terutama kepolisian Cot Jambee. Markas besar telah ditinggal oleh salah satu pria hebat.

Adapun yang menggantikan beliau, Pak Bukhari Daud selaku walikota Cot Jambee telah memutuskan bahwa Kapten Tiyo akan diangkat menjadi Kapolres selanjutnya di kota ini. Aku sangat setuju dengan pengangkatannya. Ia adalah orang yang tegas dan sangat terencana. Selain itu, dirinya sudah sangat mengenal Cot Jambee luar dan dalam. Lagipula, ia juga sudah banyak menumpas kasus kejahatan terutama di sektor korupsi dan bandar sabu-sabu. Setelah semua tugasnya itu, Tiyo adalah orang yang sangat layak untuk menggantikan posisi Komandan Arif. Aku yakin, jika komandan masih berada di sisi kami, ia pasti sangat bangga mengetahui Tiyo menjadi suksesornya.

Bersama Tiyo, aku akan melalui bab petualangan baru. Dia adalah orang yang sangat mengerti tentang diriku; baik secara personal maupun sebagai rekan polisi. Dia bahkan satu-satunya yang memahami kemampuanku sebagai detektif. Kini, setelah ia diangkat menjadi Kapolres, kami akan bergerak bersama untuk menumpas kejahatan yang barangkali dapat terjadi lagi di masa depan.

--

--

Reza Fahlevi
Reza Fahlevi

No responses yet