2022 Desember, di Titik Nol
Di titik nol, ku ucapkan selamat tinggal
Meninggalkan luka
Meninggalkan segala rasa takutku
Resahku, kecemasanku
Barangkali semua akan tertinggal di belakang
.
Telah ku capai tahun ini bersama doa
Ku raih yang tak mampu ku gapai
Ku pasrahkan semua hal yang tak dapat ku genggam
Ku tinggalkan perasaan terpendam ini di titik kilometer nol
Agar semua tidak menjadi benci
.
Dan ku tinggalkan 2022 dengan rasa ikhslas
Kini ku coba menatap lembaran catatan baru
Di saat tinta dan pena telah mempersiapkan diri
Mengukir huruf-huruf perjalananku
.
Tepat di kilometer nol, ku kepaskan semua
Di titik nol ini, aku terjatuh dan memulai bab baru lagi
Ku rangkai kata puitis untuk mewarnai sisi kelabu dalam sukma
.
Secangkir kopi pahit telah ku teguk
Aku akan kembali mencintai meski telah berulang kali berakhir pilu
Terakhir ku paksakan batin memendam rasa untuk selamanya
Merelakan, mengikhlaskan Awsya yang telah bahagia bersama cinta abadinya
.
Desember, kau telah membawaku melihat serta bersaksi
Bahwa semua yang ku impikan dapat lenyap dalam sekejap pejaman mata
Kau juga membawaku merasakan tentang seluk beluk kehidupan ini
.
2022,
Kau telah mengajariku untuk terus bertahan meski terlalu perih menahan gejolak ketakutan dan keputusasaan
Pada akhirnya, ada ujung cerita yang dapat memberiku secuil kebenaran
Bahwa, wanita yang ku cintai takkan pernah mengetahui rahasia di balik kalbuku
.
Kini, titik nol seakan memberi asa baru
Ku tinggalkan yang tlah berlalu
Untuk mengawali yang harapan lain
Ku taburi dengan doa
Sebab itulah kekuatan yang dapat membuatku terus hidup di balik luka
.
Kini, barangkali aku akan menyapa 2023 dengan bekas luka yang masih mengiris perih
Tapi tak perlu khawatir
Sebab, sejak awal aku hanya ingin melihat Awsya bahagia
Meski akhirnya kebahagiannya bukan terletak padaku
.
2022, sedari awal kau adalah puisi yang bercerita tentang kepiluan
Sejak Januari hingga November, kau memberi kenyataan yang tak sesuai hasrat
Meski begitu, kau selalu membantuku melewati kegelisahanku…
Seperti saat Agustus membawaku kepada Awsya dan menatap lagi mata serta senyumannya
Meski, itulah yang terakhir kalinya
.
Dan November,
Kau bagaikan bencana sebab tanpa belas kasih dikau memberi kabar duka padaku
Kabar tentang Awsya yang akan menikah
Saat itu aku tersandung, jatuh, tenggelam bahkan sirna
Tapi, aku berterima kasih padamu November
Berkatmu, aku telah lepas dari perasaan cinta… cintaku terhadap Awsya
Walaupun aku harus memendam perasaan ini untuk selama-lamanya
.
Dan Desember, kau adalah kekuatan
Saksi bisu aku menata kembali bagian-bagian dari diriku yang patah
Kau melihat sendiri bagaiamana aku mengumpulkan puing-puing hati, ku satukan lagi meski masih terlihat retak
Desember, kau adalah saksi di mana aku tersenyum bahagia di hari pernikahannya
Dan ku pastikan diriku merupakan lelaki paling bahagia saat melihat wanita yang ku idamkan selama 8 tahun akhirnya menikah
Desember, kau melihatnya kan?
.
Tak ada yang ku sesali dari hadirnya 2022
Bagiku kau adalah perpisahan untuk diriku dan Awsya
Kami berpisah karena telah menemukan kebahagiaan masing-masing
Walaupu , Awsya yang lebih dulu menemukannya dariku
Barangkali, kebahagiaanku akan menyusul nanti
.
2022
Kau adalah ucapan selamat tinggal
Aku telah memendam rasa kepada Awsya selama delapa tahun
Dan di penghujung tahun ini, aku menemukan waktu yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal
Ku lakukan dengan se-syahdu mungkin
Sebagaimana senyuman Awsya itu
.
2022,
Kau adalah ujung cerita dari sebuah novel
Yang ku beri judulnya “Catatan di Jalan Hamzah”
Novel ini bercerita tentang aku dan Sari
Kemudian berakhir dengan sebuah titik
Tepat di saat aku memutuskan untuk bahagia… bahagia untuk yang terakhir kalinya
Ketika ia menerima kecupan hangat dari lelaki yang ia pilih sendiri
.
Di Desember 2022
Adalah bagian yang tepat untuk mengakhirinya semua
Aku berada di titik nol
Menamatkankan kisah pilu ini menjadi sekuel yang paling berkesan serta bagian terindah
Aku telah melakukan semampuku
Selanjutnya, biarkan semua mengalir karena memang sudah berlalu
Sampai detim ini Tuhan masih menye ut namaku… Ia mendekapku bersama kasih dan sayang-Nya
.
Dari angka 0
Akan ku tulis sebuah kisah perjalanan lain di dalam novel baru
Ku tinggalkan Awsya dengan ikhlas
Untuk kembali melanjutkan apa-apa yang belum tuntas
.
Sebagaimana yang pernah ku katakan kepada Awsya
“Tersenyumlah karna kau sanggup. Aku yang akan melanjutkannya”
Sekarang, ia sudah tersenyum bahagia
Dan pun kini giliranku untuk melanjutkan kisah-kisah di dalam novel kehidupanku
Duhai Desember 2022
Terima kasih atas segala alur yang kau tulis di dalam diary-ku
Dari titik nol ini… aku akan kembali dengan lebih kuat… serta lebih bijak
.
Meski kisah percintaanku selalu berakhir terpendam
Tapi aku tak pernah kapok untuk jatuh cinta lagi
Karna… aku tahu, ada seorang wanita yang ‘kan mendampingi perjalananku nanti
Dia adalah alasan aku tak pernah lelah menggapai apapun yang terlihat mustahil di hadapan mata memandang
.
2022,
Selamat tinggal…
Selamat berbahagia Awsya… setidaknya kita berpisah dengan saling tersenyum bahagia, persis ketika saat pertama kali kita akrab… delapan tahun yang lalu. Untuk selanjutnya, kita akan berjumpa sebagai kawan saja, dan ini sudah lebih dari cukup untukku dan juga untukmu. Tak ada lagi rasa yang ku pendam seperti dahulu.
Sabang, 30 Desember 2022
— Breaking Reza —